Langkah Gatot Nurmantyo Tak Hadiri Penerimaan Tanda Jasa Dinilai Tepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi telah menyerahkan bintang tanda jasa kepada para pejabat negara yang dinilai berjasa. Dari 71 orang yang menerima hanya mantan Panglima TNI (Purn) Jenderal Gatot Nurmantyo yang tidak menghadiri acara seremoni tersebut.
(Baca juga : Ketika Sayyidah Aisyah Tak Diberi Minuman Oleh Rasulullah )
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan ketidakhadiran Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu sudah tepat. Alasannya, sebagai salah satu tokoh KAMI yang dikenal kerap mengritisi pemerintah, Gatot telah menunjukkan posisi tegas sebagai oposisi pemerintah. (Baca juga: Covid-19, Manuver Aman Gatot Hadapi Jebakan Bintang Mahaputera)
Kedua, ketidakhadiran Gatot merupakan simbol bahwa sebagai oposisi hal yang tidak pantas memasuki Istana Negara, bukan karena dia dilarang atau tidak dibolehkan, tetapi lebih kepada faktor etika dalam berdemokrasi. "Logika oposisi yang perlu dibangun seharusnya begitu, ada garis tegas pemisah, Gatot menyimbolkan dengan tidak hadir ke Istana Negara," kata Fadhli, kepada SINDOnews, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: PKS Sebut Gatot Nurmantyo Tak Ingin Ditaklukkan Pemerintah)
Menurutnya, alasan Gatot tidak menghadiri serahterima tanda jasa karena Covid-19 hanya sebagai alibi, bisa disebut sebagai 'penolakan halus', tetapi dia menilai penolakan itu lebih kepada posisinya sebagai salah satu tokoh sentral KAMI yang masih teguh dalam memegang prinsip oposisi. "Terlebih beberapa kawannya masih ditahan oleh kepolisian. Tiba-tiba GN datang dengan wajah sumringah karena dapat penghargaan bertemu dan bersalaman, bercakap-cakap ria dengan Presiden, tanda tanya besar itu," ujar Analis Politik asal UIN Jakarta ini.
(Baca juga : Trump Akan Fokus Bisnis )
(Baca juga : Ketika Sayyidah Aisyah Tak Diberi Minuman Oleh Rasulullah )
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan ketidakhadiran Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu sudah tepat. Alasannya, sebagai salah satu tokoh KAMI yang dikenal kerap mengritisi pemerintah, Gatot telah menunjukkan posisi tegas sebagai oposisi pemerintah. (Baca juga: Covid-19, Manuver Aman Gatot Hadapi Jebakan Bintang Mahaputera)
Kedua, ketidakhadiran Gatot merupakan simbol bahwa sebagai oposisi hal yang tidak pantas memasuki Istana Negara, bukan karena dia dilarang atau tidak dibolehkan, tetapi lebih kepada faktor etika dalam berdemokrasi. "Logika oposisi yang perlu dibangun seharusnya begitu, ada garis tegas pemisah, Gatot menyimbolkan dengan tidak hadir ke Istana Negara," kata Fadhli, kepada SINDOnews, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: PKS Sebut Gatot Nurmantyo Tak Ingin Ditaklukkan Pemerintah)
Menurutnya, alasan Gatot tidak menghadiri serahterima tanda jasa karena Covid-19 hanya sebagai alibi, bisa disebut sebagai 'penolakan halus', tetapi dia menilai penolakan itu lebih kepada posisinya sebagai salah satu tokoh sentral KAMI yang masih teguh dalam memegang prinsip oposisi. "Terlebih beberapa kawannya masih ditahan oleh kepolisian. Tiba-tiba GN datang dengan wajah sumringah karena dapat penghargaan bertemu dan bersalaman, bercakap-cakap ria dengan Presiden, tanda tanya besar itu," ujar Analis Politik asal UIN Jakarta ini.
(Baca juga : Trump Akan Fokus Bisnis )
(cip)