Kota Sehat, Bangsa Sehat

Kamis, 12 November 2020 - 05:35 WIB
loading...
Kota Sehat, Bangsa Sehat
Nirwono Joga
A A A
Nirwono Joga
Peneliti Pusat Studi Perkotaan

JANGAN sakit. Sehat itu mahal. Jaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Itulah pesan inti Hari Kesehatan Nasional (HKN) pada tahun ini.

Setiap 12 November masyarakat memperingati Hari Kesehatan Nasional. Tema tahun ini ialah “Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat” dengan subtema “Jaga Diri, Keluarga, dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa dari Pandemi Covid-19”. HKN merupakan momentum bangsa Indonesia untuk menyadari (kembali) akan pentingnya pembangunan (infrastruktur) kesehatan masyarakat di kala pandemi Covid-19.

Peringatan HKN di tengah pandemi Covid-19 menjadi kesempatan merefleksi sejenak ke belakang saat awal peringatan HKN. Pada sekitar 1950-an rakyat Indonesia dilanda wabah penyakit malaria yang menelan korban ratusan ribu jiwa. Pemerintah membentuk Dinas Pembasmian Malaria (1959), kemudian berubah menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (1963).

Pemerintah bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan USAID melakukan penyemprotan massal untuk pembasmian malaria, disertai kegiatan pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat. Presiden Soekarno melakukan penyemprotan secara simbolis pada 12 November 1959 di Desa Kalasan, Yogyakarta. Keberhasilan pemerintah membasmi malaria kemudian diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional pertama pada 12 November 1964. Hari itu menjadi titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa Indonesia dalam pembangunan (infrastruktur) kesehatan masyarakat di Tanah Air.

56 tahun kemudian bertepatan dengan HKN 2020, rakyat Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19. HKN merupakan momentum bangsa Indonesia untuk menyadari pentingnya pembangunan kesehatan masyarakat. Tujuan HKN ialah mengajak masyarakat agar memiliki perilaku budaya hidup sehat dan bersih.

Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya akan terwujud, jika semua komponen bangsa ikut berperan dalam membangun infrastruktur kesehatan masyarakat. Pandemi Covid-19 yang telah mengubah kehidupan kota dan warganya harus menjadi momentum bersama untuk mewujudkan kota sehat. Lalu apa yang harus dilakukan?

Pertama, WHO, UN Environment Programe, dan UN Habitat (Oktober, 2020) melaporkan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak di hampir seluruh kota di dunia (90%), menampilkan kesenjangan yang tajam di kota (antara permukiman tertata dengan permukiman padat kumuh), memperlihatkan ketangguhan dan kearifan lokal, serta kurang dari 50% warga memiliki akses ke ruang terbuka hijau (taman) terdekat (400 meter dari rumah).

Pemulihan kota di tengah pandemi memberikan peluang untuk memikirkan ulang kehidupan kota yang lebih menyehatkan, menyejahterakan masyarakat, mengantisipasi perubahan iklim, serta mempersiapkan diri menghadapi pandemi pada masa mendatang.

Kedua, pemerintah harus memprioritaskan peremajaan permukiman padat, terutama kluster-kluster penyebaran Covid-19 atau RW/kelurahan yang masuk dalam zona merah. Revitalisasi permukiman padat menghadirkan permukiman terjangkau dan berkelanjutan, didukung perbaikan bedah rumah sehat atau peremajaan kampung dengan menyediakan hunian vertikal berupa flat pekerja atau rumah susun masyarakat berpenghasilan rendah, serta ruang terbuka hijau yang memadai.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2740 seconds (0.1#10.140)