Tak Mau Parpol Islam Tinggal Papan Nama, PKB Ajak Masyumi Satukan Visi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Masyumi kembali dideklarasikan pada Sabtu (7/11/2020), bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-75 sejak didirikan pada 1945. Sejumlah tokoh dikabarkan masuk menjadi calon anggota Majelis Syuro Partai Masyumi, antara lain mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua, dan beberapa tokoh lain.
Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin yang lahir pada 7 November 1945 pernah menjadi salah satu partai politik besar di Indonesia. Tiga komponen utama di dalamnya kala itu adalah tiga organisasi Islam, yakni Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Akibat adanya gesekan politik, pada 1952 NU memilih keluar dari Masyumi dan akhirnya berdiri sendiri sebagai sebuah partai. Pada tahun 1960, Masyumi yang getol menolak Nasakom dibubarkan Presiden Soekarno. Kini, PKB yang notabene berbasis NU membuka pintu Masyumi yang baru dideklarasikan untuk bergabung.
(Baca: Ada Masyumi Reborn, Yusril Ingatkan Parpol Islam Ngos-ngosan karena Tak Ada Cukong)
Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengaku tak merasa khawatir dengan lahirnya kembali Masyumi sebagai partai baru berbasis Islam. Tetapi harus diakui munculnya Masyumi dua dekade setelah reformasi kian menunjukkan terpecahnya kekuatan politik umat Islam.
”PKB semangatnya ingin bersama. Tetapi dari para tokoh yang mau mendirikannya, melihat kondisi yang ada saat ini, kalau Masyumi hanya bermodalkan semangat kejayaan masa lalu, menurut saya sudah tidak kontekstual dan bisa jadi nanti tidak lolos persyaratan electoral threshold dan persyaratan kepartaian,” ujar Gus Jazil di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/11/2020).
(Baca: Masyumi Reborn Bisa Besar jika Tawarkan Gagasan Istimewa dan Tokohnya Beri Teladan)
Wakil Ketua MPR ini, jika semakin banyak partai politik berbasis suara umat Islam, justru yang dikhawatirkan adalah kekuatan umat semakin kecil lagi. ”Menurut saya lebih baik kita bersama, menyatukan visi partai. Toh Masyumi ini sebagai partai baru juga tidak memiliki tema-tema besar yang kekinian,” katanya.
Gus Jazil mengaku belum melakukan komunikasi dengan para tokoh Masyumi, namun, dia menegaskan bahwa PKB adalah partai terbuka. ”Jadi boleh saja kita saling berdialog, nggak ada masalah. Cuma kan kepada siapa belum tahu ini. Tapi selama ini PKB adalah partai yang mengedepankan dialog, mengedepankan kebersamaan dan terbuka untuk melakukan diskusi untuk membahas apapun,” katanya.
Menurutnya, adanya partai politik baru berbasis Islam jangan sampai malah menjadikan kekuatan umat tidak kompak dan terpecah belah. ”Nah, di situ nanti khawatirnya hanya tinggal nama-nama, hanya partai papan nama, nggak ada orangnya,” pungkasnya.
Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin yang lahir pada 7 November 1945 pernah menjadi salah satu partai politik besar di Indonesia. Tiga komponen utama di dalamnya kala itu adalah tiga organisasi Islam, yakni Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Akibat adanya gesekan politik, pada 1952 NU memilih keluar dari Masyumi dan akhirnya berdiri sendiri sebagai sebuah partai. Pada tahun 1960, Masyumi yang getol menolak Nasakom dibubarkan Presiden Soekarno. Kini, PKB yang notabene berbasis NU membuka pintu Masyumi yang baru dideklarasikan untuk bergabung.
(Baca: Ada Masyumi Reborn, Yusril Ingatkan Parpol Islam Ngos-ngosan karena Tak Ada Cukong)
Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengaku tak merasa khawatir dengan lahirnya kembali Masyumi sebagai partai baru berbasis Islam. Tetapi harus diakui munculnya Masyumi dua dekade setelah reformasi kian menunjukkan terpecahnya kekuatan politik umat Islam.
”PKB semangatnya ingin bersama. Tetapi dari para tokoh yang mau mendirikannya, melihat kondisi yang ada saat ini, kalau Masyumi hanya bermodalkan semangat kejayaan masa lalu, menurut saya sudah tidak kontekstual dan bisa jadi nanti tidak lolos persyaratan electoral threshold dan persyaratan kepartaian,” ujar Gus Jazil di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/11/2020).
(Baca: Masyumi Reborn Bisa Besar jika Tawarkan Gagasan Istimewa dan Tokohnya Beri Teladan)
Wakil Ketua MPR ini, jika semakin banyak partai politik berbasis suara umat Islam, justru yang dikhawatirkan adalah kekuatan umat semakin kecil lagi. ”Menurut saya lebih baik kita bersama, menyatukan visi partai. Toh Masyumi ini sebagai partai baru juga tidak memiliki tema-tema besar yang kekinian,” katanya.
Gus Jazil mengaku belum melakukan komunikasi dengan para tokoh Masyumi, namun, dia menegaskan bahwa PKB adalah partai terbuka. ”Jadi boleh saja kita saling berdialog, nggak ada masalah. Cuma kan kepada siapa belum tahu ini. Tapi selama ini PKB adalah partai yang mengedepankan dialog, mengedepankan kebersamaan dan terbuka untuk melakukan diskusi untuk membahas apapun,” katanya.
Menurutnya, adanya partai politik baru berbasis Islam jangan sampai malah menjadikan kekuatan umat tidak kompak dan terpecah belah. ”Nah, di situ nanti khawatirnya hanya tinggal nama-nama, hanya partai papan nama, nggak ada orangnya,” pungkasnya.
(muh)