Signifikansi Peran PKB sebagai Representasi Politik Hijau dalam Pemerintahan Prabowo
loading...
A
A
A
Abdul Rochim
Lulusan Ilmu Komunikasi Politik Program Pascasarjana Universitas Paramadina Jakarta dan Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI
KEHADIRAN Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam acara Rapat Konsolidasi Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Hotel Sahid, Jakarta pada Kamis malam (10/10/2024), memiliki makna penting dalam konteks komunikasi politik. Pertama, para elite dan ribuan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota dari PKB yang hadir dalam forum tersebut, begitu mengelu-elukan Prabowo sebagai presiden terpilih.
Begitu masuk ruang acara, Prabowo disambut dengan hamparan karpet merah baru, gema Salawat Badar, dan berkali-kali terdengar teriakan, ”Pak Prabowo…., Presiden kita!”. Sikap hangat yang ditunjukkan kader dan elite PKB itu memberikan gambaran bahwa persaingan keras dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu, sudah benar-benar berakhir dan tidak relevan lagi untuk terus dipelihara.
Sebaliknya, ketika kontestasi sudah berakhir maka semua pihak harus kembali bersatu untuk membangun bangsa ke depan. Bahkan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menegaskan dengan lantang bahwa PKB akan all out mengawal dan menyukseskan pemerintahan Prabowo. Muhaimin menyebut pemerintahan Prabowo tidak boleh tidak sukses, dan PKB siap menjadi bagian di dalamnya.
Sikap senada juga ditunjukkan Prabowo yang menyatakan bahwa PKB akan menjadi bagian dari pemerintahannya ke depan. Hal itu ditegaskan Prabowo dalam sambutannya bahwa dirinya akan mengajak PKB untuk bersama-sama membangun bangsa dengan menempatkan kader PKB di kabinetnya, meskipun dalam Pilpres 2024 lalu, PKB berada di jalur berlawanan dengan Prabowo.
Menteri Pertahanan itu mengatakan bahwa perbedaan pilihan atau sikap dalam kontestasi politik adalah hal biasa yang tidak perlu dipersoalkan dan dijadikan sebagai permusuhan yang abadi. Sebab, bangsa Indonesia yang begitu besar dan kaya harus dibangun secara bersama-sama oleh seluruh kekuatan elemen bangsa.
Prabowo menyatakan kegembiraannya bisa diundang di forum PKB tersebut karena hal itulah yang menjadi keinginannya untuk menghimpun seluruh kekuatan bangsa. Prabowo menginginkan ke depan bisa mengolah, mengelola, dan menjaga kekayaan bangsa secara bersama-sama demi kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan rakyat. Prabowo mengaku bersyukur bahwa partai politik yang memiliki pilihan politik yang berbeda, ternyata bisa duduk bersama untuk membangun bangsa.
Bahkan, dengan lantang Prabowo menyebutkan bahwa meskipun PKB sempat meninggalkannya dan memilih berkoalisi dengan Nasdem dan PKS untuk mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, namun Prabowo sejak awal meyakini PKB akan kembali untuk mendukungnya dan ikut bersama-sama menyukseskan pembangunan di pemerintahannya. Sebab, perbedaan pilihan politik baik di pilpres ataupun pilkada adalah persoalan biasa dalam politik. Namun, Prabowo meyakini bahwa masing-masing partai politik memiliki niatan yang sama untuk membangun bangsa.
Sinyal bahwa Prabowo akan mengajak serta PKB di pemerintahannya bukan baru kali ini ditunjukkan. Bahkan, PKB adalah partai politik pertama yang didatangi Prabowo, setelah dinyatakan menang pada Pilpres 2024. Begitu KPU menggelar sidang penetapan presiden dan wakil presiden terpilih pada Rabu pagi (24/4/2024) yang dihadiri oleh Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, pada sore harinya, Prabowo dan sejumlah elite Partai Gerindra langsung datang ke Kantor DPP PKB di Jalan Raden Saleh, dan mengajak PKB untuk bersama-sama dalam koalisi pemerintahannya.
Sikap Prabowo ini menunjukkan bahwa PKB memiliki peran sangat penting sebagai representasi “politik hijau” pada pemerintahannya mendatang. Apalagi, saat ini PKB adalah satu-satunya resresentasi “politik hijau” di Parlemen, setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak lolos parliamentary threshold (PT) sehingga tersingkir dari Senayan. Prabowo menyebut PKB adalah satu kekuatan politik religius yang nasionalis sedangkan Gerindra adalah parpol nasionalis yang religius.
Lulusan Ilmu Komunikasi Politik Program Pascasarjana Universitas Paramadina Jakarta dan Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI
KEHADIRAN Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam acara Rapat Konsolidasi Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Hotel Sahid, Jakarta pada Kamis malam (10/10/2024), memiliki makna penting dalam konteks komunikasi politik. Pertama, para elite dan ribuan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota dari PKB yang hadir dalam forum tersebut, begitu mengelu-elukan Prabowo sebagai presiden terpilih.
Begitu masuk ruang acara, Prabowo disambut dengan hamparan karpet merah baru, gema Salawat Badar, dan berkali-kali terdengar teriakan, ”Pak Prabowo…., Presiden kita!”. Sikap hangat yang ditunjukkan kader dan elite PKB itu memberikan gambaran bahwa persaingan keras dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu, sudah benar-benar berakhir dan tidak relevan lagi untuk terus dipelihara.
Sebaliknya, ketika kontestasi sudah berakhir maka semua pihak harus kembali bersatu untuk membangun bangsa ke depan. Bahkan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menegaskan dengan lantang bahwa PKB akan all out mengawal dan menyukseskan pemerintahan Prabowo. Muhaimin menyebut pemerintahan Prabowo tidak boleh tidak sukses, dan PKB siap menjadi bagian di dalamnya.
Sikap senada juga ditunjukkan Prabowo yang menyatakan bahwa PKB akan menjadi bagian dari pemerintahannya ke depan. Hal itu ditegaskan Prabowo dalam sambutannya bahwa dirinya akan mengajak PKB untuk bersama-sama membangun bangsa dengan menempatkan kader PKB di kabinetnya, meskipun dalam Pilpres 2024 lalu, PKB berada di jalur berlawanan dengan Prabowo.
Menteri Pertahanan itu mengatakan bahwa perbedaan pilihan atau sikap dalam kontestasi politik adalah hal biasa yang tidak perlu dipersoalkan dan dijadikan sebagai permusuhan yang abadi. Sebab, bangsa Indonesia yang begitu besar dan kaya harus dibangun secara bersama-sama oleh seluruh kekuatan elemen bangsa.
Prabowo menyatakan kegembiraannya bisa diundang di forum PKB tersebut karena hal itulah yang menjadi keinginannya untuk menghimpun seluruh kekuatan bangsa. Prabowo menginginkan ke depan bisa mengolah, mengelola, dan menjaga kekayaan bangsa secara bersama-sama demi kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan rakyat. Prabowo mengaku bersyukur bahwa partai politik yang memiliki pilihan politik yang berbeda, ternyata bisa duduk bersama untuk membangun bangsa.
Bahkan, dengan lantang Prabowo menyebutkan bahwa meskipun PKB sempat meninggalkannya dan memilih berkoalisi dengan Nasdem dan PKS untuk mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, namun Prabowo sejak awal meyakini PKB akan kembali untuk mendukungnya dan ikut bersama-sama menyukseskan pembangunan di pemerintahannya. Sebab, perbedaan pilihan politik baik di pilpres ataupun pilkada adalah persoalan biasa dalam politik. Namun, Prabowo meyakini bahwa masing-masing partai politik memiliki niatan yang sama untuk membangun bangsa.
Sinyal bahwa Prabowo akan mengajak serta PKB di pemerintahannya bukan baru kali ini ditunjukkan. Bahkan, PKB adalah partai politik pertama yang didatangi Prabowo, setelah dinyatakan menang pada Pilpres 2024. Begitu KPU menggelar sidang penetapan presiden dan wakil presiden terpilih pada Rabu pagi (24/4/2024) yang dihadiri oleh Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, pada sore harinya, Prabowo dan sejumlah elite Partai Gerindra langsung datang ke Kantor DPP PKB di Jalan Raden Saleh, dan mengajak PKB untuk bersama-sama dalam koalisi pemerintahannya.
Sikap Prabowo ini menunjukkan bahwa PKB memiliki peran sangat penting sebagai representasi “politik hijau” pada pemerintahannya mendatang. Apalagi, saat ini PKB adalah satu-satunya resresentasi “politik hijau” di Parlemen, setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak lolos parliamentary threshold (PT) sehingga tersingkir dari Senayan. Prabowo menyebut PKB adalah satu kekuatan politik religius yang nasionalis sedangkan Gerindra adalah parpol nasionalis yang religius.