Luncurkan Buku Tetap Waras Jangan Ngeres, Ini Pesan Bamsoet
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo kembali meluncurkan buku terbaru berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres. Buku ke-18 yang ditulisnya ini memuat refleksi pemikiran dirinya selama setahun terakhir.
Buku ini terbagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah Indonesia didera pandemi Covid-19. Di dalamnya terdapat otokritik dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang terkadang justru malah menghilangkan nalar kebangsaan.
"Tetap Waras, Jangan Ngeres, bermakna pemimpin dari tingkat pusat hingga daerah harus memberikan harapan, bukan menimbulkan kecemasan. Pejabat memberikan informasi akurat bukan menutupi kebenaran. Rakyat seharusnya taat pada aturan bukan melanggar," ujar pria yang biasa disapa Bamsoet ini dalam peluncuran buku berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres, di Jakarta, Selasa (10/11/2020).( )
Turut hadir antara lain Wakil Ketua Komisi III DPR Nasdem Ahmad Sahroni, Anggota Komisi III dan Ketua MKD DPR Aboe Bakar Al Habsyi, Ketua Umum BS Center Ahmadi Noor Supit, Ketua Dewan Pakar BS Center Didin Damanhuri, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, Rektor Universitas Hasanuddin Dwia Aries Tina Pulubuhu, dan Dosen Universitas Paramadina Abdul Hadi serta mantan Wakapolri Nanan Soekarna.
Mantan Ketua DPR ini menekankan, ketimbang sibuk berwacana tentang rekayasa atau teori konspirasi di balik pandemi Covid-19, jauh lebih baik jika semua orang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk peduli terhadap penanganan pandemi Covid-19.( )
Salah satunya melalui disiplin menjalankan protokol kesehatan. Data kasus Covid-19 di dalam maupun di luar negeri harus dilihat sebagai sebuah fakta, bukan malah dijadikan bahan akrobat untuk berwacana.
"Lebih dari satu juta orang di dunia, 14 ribu lebih diantaranya adalah warga Indonesia, telah meninggal dunia karena virus Covid-19. Angka ini seharusnya menyadarkan kita bahwa virus Covid-19 adalah sesuatu yang nyata, bukan bagian dari teori konspirasi maupun sekadar wacana. Semua orang harus terdorong mencari solusi menekan penyebarannya. Saling menyalahkan satu sama lain, maupun menuduh pemerintah lamban mengantisipasi penularan Covid-19, bukanlah hal yang patut dilakukan," tandas Bamsoet.
Bamsoet menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menimbulkan banyak kecemasan. Masyarakat kebingungan, tenaga medis dan kesehatan kewalahan, para pengusaha kelimpungan, bahkan pemerintah pun terkadang terkesan tidak kompak.
Kejadian ini tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan negara lainnya. Mengingat tidak ada negara yang punya pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 yang bisa dijadikan sebagai rujukan.
"Dalam situasi krisis, khawatir berlebihan atau terlalu menggampangkan masalah merupakan sikap yang tak boleh dilakukan, karena malah akan membuat persoalan tambah runyam. Karena itu saya mengajukan pentingnya kita tetap menjaga kesadaran dan akal sehat. Tetap waras. Waras dalam arti tetap rasional, terukur, namun juga waspada. Serta jangan Ngeres, yang berarti tak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan instabilitas," jelas Bamsoet.
Buku ini terbagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah Indonesia didera pandemi Covid-19. Di dalamnya terdapat otokritik dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang terkadang justru malah menghilangkan nalar kebangsaan.
"Tetap Waras, Jangan Ngeres, bermakna pemimpin dari tingkat pusat hingga daerah harus memberikan harapan, bukan menimbulkan kecemasan. Pejabat memberikan informasi akurat bukan menutupi kebenaran. Rakyat seharusnya taat pada aturan bukan melanggar," ujar pria yang biasa disapa Bamsoet ini dalam peluncuran buku berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres, di Jakarta, Selasa (10/11/2020).( )
Turut hadir antara lain Wakil Ketua Komisi III DPR Nasdem Ahmad Sahroni, Anggota Komisi III dan Ketua MKD DPR Aboe Bakar Al Habsyi, Ketua Umum BS Center Ahmadi Noor Supit, Ketua Dewan Pakar BS Center Didin Damanhuri, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, Rektor Universitas Hasanuddin Dwia Aries Tina Pulubuhu, dan Dosen Universitas Paramadina Abdul Hadi serta mantan Wakapolri Nanan Soekarna.
Mantan Ketua DPR ini menekankan, ketimbang sibuk berwacana tentang rekayasa atau teori konspirasi di balik pandemi Covid-19, jauh lebih baik jika semua orang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk peduli terhadap penanganan pandemi Covid-19.( )
Salah satunya melalui disiplin menjalankan protokol kesehatan. Data kasus Covid-19 di dalam maupun di luar negeri harus dilihat sebagai sebuah fakta, bukan malah dijadikan bahan akrobat untuk berwacana.
"Lebih dari satu juta orang di dunia, 14 ribu lebih diantaranya adalah warga Indonesia, telah meninggal dunia karena virus Covid-19. Angka ini seharusnya menyadarkan kita bahwa virus Covid-19 adalah sesuatu yang nyata, bukan bagian dari teori konspirasi maupun sekadar wacana. Semua orang harus terdorong mencari solusi menekan penyebarannya. Saling menyalahkan satu sama lain, maupun menuduh pemerintah lamban mengantisipasi penularan Covid-19, bukanlah hal yang patut dilakukan," tandas Bamsoet.
Bamsoet menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menimbulkan banyak kecemasan. Masyarakat kebingungan, tenaga medis dan kesehatan kewalahan, para pengusaha kelimpungan, bahkan pemerintah pun terkadang terkesan tidak kompak.
Kejadian ini tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan negara lainnya. Mengingat tidak ada negara yang punya pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 yang bisa dijadikan sebagai rujukan.
"Dalam situasi krisis, khawatir berlebihan atau terlalu menggampangkan masalah merupakan sikap yang tak boleh dilakukan, karena malah akan membuat persoalan tambah runyam. Karena itu saya mengajukan pentingnya kita tetap menjaga kesadaran dan akal sehat. Tetap waras. Waras dalam arti tetap rasional, terukur, namun juga waspada. Serta jangan Ngeres, yang berarti tak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan instabilitas," jelas Bamsoet.