KKP Sebut Jumlah Kapal Asing yang Masuk Perairan Indonesia Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menemukan adanya peningkatan kapal ikan asing (KIA) yang memasuki perairan Indonesia.
Untuk mengatasi persoalan itu, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) meningkatkan patroli dan memanfaatkan analisis data pergerakan kapal-kapal asing untuk menghentikan illegal fishing.
Dirjen PSDKP KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan ada tren peningkatan aktivitas KIA pada tiga sektor operasi di Laut Natuna Utara, Selat Malaka, dan Sulawesi. “Ada 19 KIA yang ditangkap oleh kapal Pengawas Perikanan KKP dalam kurun waktu tidak terlalu lama, yakni 1,5 bulan. Ini tentu angka yang harus dicermati,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Kamis (16/04/2020).
Peningkatan itu, menurutnya, teridentifikasi melalui analisis data radar, automatic indentification system (AIS), patrol udara (aerial surveillance), dan laporan yang disampaikan masyarakat. Menurut dia, KKP menerapkan integrated surveillance system (ISS) sebagai strategi untuk melumpuhkan kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing.
“Ada sistem pengelolaan data dan informasi yang dikelola Pusdal. Kemudian diinformasikan kepada Kapal Pengawas. Dengan pendekatan tersebut, operasi di lapangan menjadi efektif dan low-cost. Penangkapan 19 kapal tersebut adalah bukti bahwa strategi tersebut dijalankan dengan efektif,” ungkap Haeru.
Senada, Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Pung Nugroho Saksono mengatakan setiap operasi pelumpuhan dilakukan secara matang berdasarkan informasi pusat pengendalian (Pusdal) KKP yang memantau 24 jam nonstop pergerakan kapal di lautan Indonesia.
”Berbekal hasil analisis Pusdal tersebut, kami merencanakan operasi, mengatur pola pergerakan kapal pengawas, menentukan intercept point (titik pencegatan) sehingga kapal-kapal tersebut bisa dilumpuhkan,” ujarnya.
Pung mengungkapkan strategi itu membuat kapal pengawas perikanan tidak lagi menggergaji laut untuk menangkap kapal ikan asing. Namun, kesuksesan semua itu akan ditentukan oleh eksekutor lapangan, yakni nakhoda dan awak kapal pengawas.
”Strategi yang saat ini kami terapkan merupakan perpaduan antara penggunaan teknologi, data dan informasi , kemampuan dan kesigapan awak kapal pengawas. Tentu penyempurnaan masih terus dilakukan,” katanya.
Untuk mengatasi persoalan itu, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) meningkatkan patroli dan memanfaatkan analisis data pergerakan kapal-kapal asing untuk menghentikan illegal fishing.
Dirjen PSDKP KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan ada tren peningkatan aktivitas KIA pada tiga sektor operasi di Laut Natuna Utara, Selat Malaka, dan Sulawesi. “Ada 19 KIA yang ditangkap oleh kapal Pengawas Perikanan KKP dalam kurun waktu tidak terlalu lama, yakni 1,5 bulan. Ini tentu angka yang harus dicermati,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Kamis (16/04/2020).
Peningkatan itu, menurutnya, teridentifikasi melalui analisis data radar, automatic indentification system (AIS), patrol udara (aerial surveillance), dan laporan yang disampaikan masyarakat. Menurut dia, KKP menerapkan integrated surveillance system (ISS) sebagai strategi untuk melumpuhkan kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing.
“Ada sistem pengelolaan data dan informasi yang dikelola Pusdal. Kemudian diinformasikan kepada Kapal Pengawas. Dengan pendekatan tersebut, operasi di lapangan menjadi efektif dan low-cost. Penangkapan 19 kapal tersebut adalah bukti bahwa strategi tersebut dijalankan dengan efektif,” ungkap Haeru.
Senada, Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Pung Nugroho Saksono mengatakan setiap operasi pelumpuhan dilakukan secara matang berdasarkan informasi pusat pengendalian (Pusdal) KKP yang memantau 24 jam nonstop pergerakan kapal di lautan Indonesia.
”Berbekal hasil analisis Pusdal tersebut, kami merencanakan operasi, mengatur pola pergerakan kapal pengawas, menentukan intercept point (titik pencegatan) sehingga kapal-kapal tersebut bisa dilumpuhkan,” ujarnya.
Pung mengungkapkan strategi itu membuat kapal pengawas perikanan tidak lagi menggergaji laut untuk menangkap kapal ikan asing. Namun, kesuksesan semua itu akan ditentukan oleh eksekutor lapangan, yakni nakhoda dan awak kapal pengawas.
”Strategi yang saat ini kami terapkan merupakan perpaduan antara penggunaan teknologi, data dan informasi , kemampuan dan kesigapan awak kapal pengawas. Tentu penyempurnaan masih terus dilakukan,” katanya.
(cip)