Bisakah Berdamai dengan Covid-19? Begini Pendapat Pakar Epidemiologi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin masyarakat berdamai dengan virus Corona menuai polemik. Hal tersebut dinilai tak mudah direalisasikan di lapangan karena banyak orang tanpa gejala masih berkeliaran.
Pakar epidemiologi, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, virus Corona tidak akan menular jika orang yang positif diisolasi.
Selain itu, perlu melakukan survei atau pemeriksaan Corona yang banyak terhadap masyarakat, bisa dengan rapid atau polymerase chain reaction (PCR). “Screening yang kurang ketat akan terjadi penularan. Itu terjadi pada awal wabah ini di Jakarta. Dibuka, kemudian orang tetap ke Jakarta dan terjadi penyebaran di seluruh provinsi di Indonesia,” ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (8/5/2020).
Dia menyebut banyak orang yang bepergian ke pusat episentrum wabah Covid-19, DKI Jakarta menjadi penyebar ke daerah asalnya. Akhirnya terjadi transmisi lokal. Ini akibat tidak adanya screening dari pemerintah daerah terhadap warga yang baru kembali dari wilayah zona merah.
Apalagi sekarang diprediksi banyak orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP) gejala ringan, masih keluyuran. PDP itu banyak tidak melapor karena takut diisolasi.
“Yang kasus (positif-red) tidak boleh keluar,” ucapnya.( ')
Pemerintah mewacanakan pelonggaran untuk beberapa sektor, terutama perekonomian, di tengah pandemi Covid-19. Ini tentu mengkhawatirkan banyak pihak. Tri Yunis menyarankan jika ingin aman dilakukan survei atau tes yang masif.
Misalnya, membuka layanan penerbangan itu wajib dilakukan rapid test yang hasilnya keluar sekitar 30 menit. Yang hasilnya positif tidak boleh terbang.
Sementara yang negatif boleh terbang. Karena tingginya false negatif dan positif pada rapid test, mereka harus melakukan isolasi di daerah tujuan.
Menurut Tri Yunis saat ini sebenarnya belum ada tanda-tanda penurunan penyebaran virus Sars Cov-II. Alasannya, orang positif baru masih di atas 300 per hari.
Jika memaksa perekonomian dibuka, pemda harus melakukan pemeriksaan, misalnya terhadap penjual dan pembeli di pasar tradisional. Pasar merupakan titik berkerumun manusia yang berpotensi terjadi penularan.
“Kalau itu (survei-red) dilakukan, aman saja. Yang membiarkan pasar terbuka harus dijamin dengan survei. Itu hanya dilakukan di beberapa dearah itu. Di Jakarta tidak dilakukan,” terangnya.
Dosen Universitas Indonesia itu menyatakan virus Corona bisa dihentikan tanpa menggunakan vaksin. Syaratnya, hentikan penyebaran sampai nol kasus. Masalah di Indonesia ada pada upaya pendeteksian dan pelacakan yang masih rendah.
“Di kita tidak ada upaya yang demam dan panas itu di-rapid dan PCR seperti Korea Selatan. Di Korea dengan begitu, semua kasus bisa dideteksi, melakukan isolasi, dan social distancing,” tuturnya.
Pakar epidemiologi, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, virus Corona tidak akan menular jika orang yang positif diisolasi.
Selain itu, perlu melakukan survei atau pemeriksaan Corona yang banyak terhadap masyarakat, bisa dengan rapid atau polymerase chain reaction (PCR). “Screening yang kurang ketat akan terjadi penularan. Itu terjadi pada awal wabah ini di Jakarta. Dibuka, kemudian orang tetap ke Jakarta dan terjadi penyebaran di seluruh provinsi di Indonesia,” ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (8/5/2020).
Dia menyebut banyak orang yang bepergian ke pusat episentrum wabah Covid-19, DKI Jakarta menjadi penyebar ke daerah asalnya. Akhirnya terjadi transmisi lokal. Ini akibat tidak adanya screening dari pemerintah daerah terhadap warga yang baru kembali dari wilayah zona merah.
Apalagi sekarang diprediksi banyak orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP) gejala ringan, masih keluyuran. PDP itu banyak tidak melapor karena takut diisolasi.
“Yang kasus (positif-red) tidak boleh keluar,” ucapnya.( ')
Pemerintah mewacanakan pelonggaran untuk beberapa sektor, terutama perekonomian, di tengah pandemi Covid-19. Ini tentu mengkhawatirkan banyak pihak. Tri Yunis menyarankan jika ingin aman dilakukan survei atau tes yang masif.
Misalnya, membuka layanan penerbangan itu wajib dilakukan rapid test yang hasilnya keluar sekitar 30 menit. Yang hasilnya positif tidak boleh terbang.
Sementara yang negatif boleh terbang. Karena tingginya false negatif dan positif pada rapid test, mereka harus melakukan isolasi di daerah tujuan.
Menurut Tri Yunis saat ini sebenarnya belum ada tanda-tanda penurunan penyebaran virus Sars Cov-II. Alasannya, orang positif baru masih di atas 300 per hari.
Jika memaksa perekonomian dibuka, pemda harus melakukan pemeriksaan, misalnya terhadap penjual dan pembeli di pasar tradisional. Pasar merupakan titik berkerumun manusia yang berpotensi terjadi penularan.
“Kalau itu (survei-red) dilakukan, aman saja. Yang membiarkan pasar terbuka harus dijamin dengan survei. Itu hanya dilakukan di beberapa dearah itu. Di Jakarta tidak dilakukan,” terangnya.
Dosen Universitas Indonesia itu menyatakan virus Corona bisa dihentikan tanpa menggunakan vaksin. Syaratnya, hentikan penyebaran sampai nol kasus. Masalah di Indonesia ada pada upaya pendeteksian dan pelacakan yang masih rendah.
“Di kita tidak ada upaya yang demam dan panas itu di-rapid dan PCR seperti Korea Selatan. Di Korea dengan begitu, semua kasus bisa dideteksi, melakukan isolasi, dan social distancing,” tuturnya.
(dam)