Inovasi dan Pentingnya Peran Pemuda Dalam Restorasi Gambut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia merupakan negara dengan sebaran gambut tropis terbesar di dunia. Gambut tropis memiliki peranan penting dalam memengaruhi iklim dunia, karena fungsinya sebagai penyimpan karbon terbesar. Namun, ekosistem gambut ini sering terbakar dan sudah terdegradasi.
Upaya restorasi ekosistem gambut sudah banyak dilakukan, salah satunya oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). Upaya ini dipandang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama anak muda sebagai penerus bangsa.
Beranjak dari gagasan inilah, Badan Restorasi Gambut (BRG), Universitas Kristen Indonesia (UKI), Universitas Pancasila, dan Rumah Milenial Indonesia menggelar Youth Peatland Conference dengan mengambil tema Youth on Peatland: How To Strengthen SDGs In Tropical Peatland? Acara ini digelar 26-28 Oktober 2020. (Baca juga: BRG Manfaatkan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)
Dalam pembukaan acara, Rektor UKI Dr Dhaniswara K Harjono mengatakan, pentingnya konferensi ini untuk memantau kondisi gambut di Indonesia, khususnya Asia Tenggara. Gambut di Indonesia banyak mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan dan pengembangan pertanian yang belum berkelanjutan.
“Kondisi ini berdampak pada generasi muda di Asia Tenggara yang terpapar asap akibat kerusakan lahan,” ujar Dhaniswara, Rabu (28/10/2020).
Dia mengapresiasi perhelatan ini karena generasi muda dapat melihat bagaimana manajemen lahan gambut dan menemukan perspektif baru berbasis sains. “Semoga perhelatan ini bisa menghasilkan pandangan produktif dan inovasi mengenai restorasi gambut,” ucapnya.
Apresiasi juga disampaikan Kepala BRG Nazir Foead. Menurut dia, restorasi gambut memerlukan peran anak muda sebagai pembawa obor untuk generasi mendatang yang lebih baik.
Dia menyebut BRG menggunakan pendekatan rewetting, revegetation, dan revitalitation. “Kami juga melibatkan komunitas warga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya dengan pengolahan lahan tanpa bakar dan menginisiasi Desa Peduli Gambut (DPG). Saat ini sudah sekitar 624 Desa Peduli Gambut,” ungkapnya. (Baca juga: BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)
Kabag Humas, Hukum, dan Sistem Informasi Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mustadin Taggala mengatakan, terus mengaktifkan simpul pemuda di daerah hingga nasional untuk ikut terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan. Meski tak secara spesifik, Kemenpora mendorong gerakan kesukarelawanan dan pelopor pemuda untuk memaksimalkan lahan yang rusak sebagai lahan pertanian baru.
“Beberapa di antaranya di Gunung Kidul, Yogyakarta, para pemuda memaksimalkan lahan di sekelilingnya yang terancam rusak untuk memproteksi lingkungannya,” ujar Mustadin.
Upaya restorasi ekosistem gambut sudah banyak dilakukan, salah satunya oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). Upaya ini dipandang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama anak muda sebagai penerus bangsa.
Beranjak dari gagasan inilah, Badan Restorasi Gambut (BRG), Universitas Kristen Indonesia (UKI), Universitas Pancasila, dan Rumah Milenial Indonesia menggelar Youth Peatland Conference dengan mengambil tema Youth on Peatland: How To Strengthen SDGs In Tropical Peatland? Acara ini digelar 26-28 Oktober 2020. (Baca juga: BRG Manfaatkan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)
Dalam pembukaan acara, Rektor UKI Dr Dhaniswara K Harjono mengatakan, pentingnya konferensi ini untuk memantau kondisi gambut di Indonesia, khususnya Asia Tenggara. Gambut di Indonesia banyak mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan dan pengembangan pertanian yang belum berkelanjutan.
“Kondisi ini berdampak pada generasi muda di Asia Tenggara yang terpapar asap akibat kerusakan lahan,” ujar Dhaniswara, Rabu (28/10/2020).
Dia mengapresiasi perhelatan ini karena generasi muda dapat melihat bagaimana manajemen lahan gambut dan menemukan perspektif baru berbasis sains. “Semoga perhelatan ini bisa menghasilkan pandangan produktif dan inovasi mengenai restorasi gambut,” ucapnya.
Apresiasi juga disampaikan Kepala BRG Nazir Foead. Menurut dia, restorasi gambut memerlukan peran anak muda sebagai pembawa obor untuk generasi mendatang yang lebih baik.
Dia menyebut BRG menggunakan pendekatan rewetting, revegetation, dan revitalitation. “Kami juga melibatkan komunitas warga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya dengan pengolahan lahan tanpa bakar dan menginisiasi Desa Peduli Gambut (DPG). Saat ini sudah sekitar 624 Desa Peduli Gambut,” ungkapnya. (Baca juga: BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)
Kabag Humas, Hukum, dan Sistem Informasi Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mustadin Taggala mengatakan, terus mengaktifkan simpul pemuda di daerah hingga nasional untuk ikut terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan. Meski tak secara spesifik, Kemenpora mendorong gerakan kesukarelawanan dan pelopor pemuda untuk memaksimalkan lahan yang rusak sebagai lahan pertanian baru.
“Beberapa di antaranya di Gunung Kidul, Yogyakarta, para pemuda memaksimalkan lahan di sekelilingnya yang terancam rusak untuk memproteksi lingkungannya,” ujar Mustadin.