Inovasi dan Pentingnya Peran Pemuda Dalam Restorasi Gambut

Kamis, 29 Oktober 2020 - 01:04 WIB
loading...
Inovasi dan Pentingnya...
Badan Restorasi Gambut (BRG), UKI, Universitas Pancasila, dan Rumah Milenial Indonesia menggelar Youth Peatland Conference dengan mengambil tema Youth on Peatland: How To Strengthen SDGs In Tropical Peatland?. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Indonesia merupakan negara dengan sebaran gambut tropis terbesar di dunia. Gambut tropis memiliki peranan penting dalam memengaruhi iklim dunia, karena fungsinya sebagai penyimpan karbon terbesar. Namun, ekosistem gambut ini sering terbakar dan sudah terdegradasi.

Upaya restorasi ekosistem gambut sudah banyak dilakukan, salah satunya oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). Upaya ini dipandang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama anak muda sebagai penerus bangsa.

Beranjak dari gagasan inilah, Badan Restorasi Gambut (BRG), Universitas Kristen Indonesia (UKI), Universitas Pancasila, dan Rumah Milenial Indonesia menggelar Youth Peatland Conference dengan mengambil tema Youth on Peatland: How To Strengthen SDGs In Tropical Peatland? Acara ini digelar 26-28 Oktober 2020. (Baca juga: BRG Manfaatkan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)

Dalam pembukaan acara, Rektor UKI Dr Dhaniswara K Harjono mengatakan, pentingnya konferensi ini untuk memantau kondisi gambut di Indonesia, khususnya Asia Tenggara. Gambut di Indonesia banyak mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan dan pengembangan pertanian yang belum berkelanjutan.

“Kondisi ini berdampak pada generasi muda di Asia Tenggara yang terpapar asap akibat kerusakan lahan,” ujar Dhaniswara, Rabu (28/10/2020).

Dia mengapresiasi perhelatan ini karena generasi muda dapat melihat bagaimana manajemen lahan gambut dan menemukan perspektif baru berbasis sains. “Semoga perhelatan ini bisa menghasilkan pandangan produktif dan inovasi mengenai restorasi gambut,” ucapnya.

Apresiasi juga disampaikan Kepala BRG Nazir Foead. Menurut dia, restorasi gambut memerlukan peran anak muda sebagai pembawa obor untuk generasi mendatang yang lebih baik.

Dia menyebut BRG menggunakan pendekatan rewetting, revegetation, dan revitalitation. “Kami juga melibatkan komunitas warga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya dengan pengolahan lahan tanpa bakar dan menginisiasi Desa Peduli Gambut (DPG). Saat ini sudah sekitar 624 Desa Peduli Gambut,” ungkapnya. (Baca juga: BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini)

Kabag Humas, Hukum, dan Sistem Informasi Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mustadin Taggala mengatakan, terus mengaktifkan simpul pemuda di daerah hingga nasional untuk ikut terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan. Meski tak secara spesifik, Kemenpora mendorong gerakan kesukarelawanan dan pelopor pemuda untuk memaksimalkan lahan yang rusak sebagai lahan pertanian baru.

“Beberapa di antaranya di Gunung Kidul, Yogyakarta, para pemuda memaksimalkan lahan di sekelilingnya yang terancam rusak untuk memproteksi lingkungannya,” ujar Mustadin.

Dia berharap gagasan di konferensi ini bisa disampaikan ke para pemangku kepentingan sehingga gagasan itu menjadi menjadi landasan untuk menerapkan kebijakan di masa mendatang.

Inovasi dan Kreasi Milenial

Konferensi ini mendiskusikan gagasan yang disampaikan para panelis. Salah satu panelis Edwin Kamarga menyoroti peran revitalisasi ekonomi BRG bagi warga di sekitar Taman Nasional Berbak Sembilang, Jambi, yang terlibat pembalakan liar.

Menurut peneliti Universitas Brawijaya ini, kegiatan yang membahayakan lingkungan itu nyatanya tak memiliki keuntungan besar. “Keuntungan bersihnya 1 juta itu kemudian dibagi lagi di tiap anggota kelompoknya,” katanya. (Baca juga: Greenpeace: Luas Karhutla Gambut 8 Kali Pulau Bali dalam 5 Tahun)

Maka itu, untuk peningkatan kesejahteraan warga perlu dibuatkan program yang bisa memberikan tambahan penghasilan sekaligus menjaga ekosistem gambut seperti budidaya ternak lebah. “Produksi ternak lebah bisa mencapai 2-4 kilogram per hari dengan nilai jual Rp60 ribu per kilogram,” ujar Edwin.

Gagasan lain yang muncul dari konferensi ini salah satunya mengenai teknik pembasahan lahan gambut. Peneliti dari Northeast Forest University Harbin China Ainun Hasanah mengajukan gagasan mengenai pemanfaatan pipa PVC untuk pembuatan sekat kanal. Pipa PVC diajukan karena selama ini pembuatan sekat kanal banyak menggunakan material kayu. “Karena kita tak ingin memotong pohon lagi,” ucapnya.

Dia menyebut penggunaan pipa PVC sebagai sekat kanal bisa dilakukan secara multilayer menggunakan vegetasi yang ada.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1404 seconds (0.1#10.140)