Ini Upaya Ditjen SDA untuk Meminimalisir Banjir di Jakarta
loading...
A
A
A
Pemerintah memastikan, kebutuhan air warganya terpenuhi serta meminimalisir dampak . Oleh karena itu, melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan.
Hal ini diejawantahkan dalam beberapa pilar yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak untuk meminimalir dampak yang diakibatkan bencana, salah satunya banjir yang terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.
Sejumlah hal yang dilakukan Ditjen SDA, yakni membangun dua bendungan kering pertama di Indonesia, yaitu Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang dikerjakan oleh BBWS Ciliwung Cisadane. Saat ini kedua bendungan yang terletak di Bogor tersebut masih dalam tahap pembangunan.
Bendungan Ciawi dibangun dengan kapasitas tampung 6,05juta m3 dengan debit banjir 111,75 m3/detik dan luas genangan sebesar 39,40 hektar. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki kapasitas tampung 1,68juta m3 dengan debit banjir 15,47 m3/detik.
Bendungan Ciawi adalah salah satu dari dua bendungan kering (dry dam) yang berada di hulu Sungai Ciliwung. Bendungan ini merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir di Ibu kota Jakarta sebagai wujud komitmen Kementerian PUPR untuk pengendalian banjir dari hulu hingga hilir Sungai Ciliwung. Jika kedua bendungan ini telah beroperasi, akan mereduksi banjir sekitar 11,9 persen.
Kedua bendungan ini merupakan bendungan kering pertama di Indonesia. Keunikannya dibanding bendungan lainnya yaitu usia ketahanannya lebih lama dibanding bendungan pada umumnya, dimana bendungan kering umurnya bisa sepanjang masa.
Sistem dry dam merupakan pengendalian banjir yang dilakukan dengan mengalirkan debit banjir melalui terowongan. Pada awal banjir, elevasi muka air berada pada elevasi yang rendah, air mengalir dengan kondisi bebas melalui terowongan. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan muka air di hulu bendungan sehingga debit banjir hanya mengalir sesuai kapasitas terowongan.
Proses pembebasan lahan pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang dikerjakan oleh BBWS Ciliwung Cisadane menjadi pengalaman yang berharga. Tercatat sejak proses pengumpulan data awal sudah melibatkan banyak pihak, diantaranya jajaran di tingkat kecamatan, desa kemudian dilanjutkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Selain pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, untuk pengendalian banjir Sungai Ciliwung (dari hulu ke hilir) juga ada kegiatan yang lainnya yang dilakukan oleh BBWS Ciliwung Cisadane yaitu normalisasi Sungai Ciliwung, Sudetan Ciliwung ke KBT, Penambahan Pintu Air Manggarai, Penambahan Satu Pintu Air Karet dan Peningkatan Kapasitas Sungai Ciliwung Lama.
Hal ini diejawantahkan dalam beberapa pilar yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak untuk meminimalir dampak yang diakibatkan bencana, salah satunya banjir yang terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.
Sejumlah hal yang dilakukan Ditjen SDA, yakni membangun dua bendungan kering pertama di Indonesia, yaitu Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang dikerjakan oleh BBWS Ciliwung Cisadane. Saat ini kedua bendungan yang terletak di Bogor tersebut masih dalam tahap pembangunan.
Bendungan Ciawi dibangun dengan kapasitas tampung 6,05juta m3 dengan debit banjir 111,75 m3/detik dan luas genangan sebesar 39,40 hektar. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki kapasitas tampung 1,68juta m3 dengan debit banjir 15,47 m3/detik.
Bendungan Ciawi adalah salah satu dari dua bendungan kering (dry dam) yang berada di hulu Sungai Ciliwung. Bendungan ini merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir di Ibu kota Jakarta sebagai wujud komitmen Kementerian PUPR untuk pengendalian banjir dari hulu hingga hilir Sungai Ciliwung. Jika kedua bendungan ini telah beroperasi, akan mereduksi banjir sekitar 11,9 persen.
Kedua bendungan ini merupakan bendungan kering pertama di Indonesia. Keunikannya dibanding bendungan lainnya yaitu usia ketahanannya lebih lama dibanding bendungan pada umumnya, dimana bendungan kering umurnya bisa sepanjang masa.
Sistem dry dam merupakan pengendalian banjir yang dilakukan dengan mengalirkan debit banjir melalui terowongan. Pada awal banjir, elevasi muka air berada pada elevasi yang rendah, air mengalir dengan kondisi bebas melalui terowongan. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan muka air di hulu bendungan sehingga debit banjir hanya mengalir sesuai kapasitas terowongan.
Proses pembebasan lahan pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang dikerjakan oleh BBWS Ciliwung Cisadane menjadi pengalaman yang berharga. Tercatat sejak proses pengumpulan data awal sudah melibatkan banyak pihak, diantaranya jajaran di tingkat kecamatan, desa kemudian dilanjutkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bogor dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Selain pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, untuk pengendalian banjir Sungai Ciliwung (dari hulu ke hilir) juga ada kegiatan yang lainnya yang dilakukan oleh BBWS Ciliwung Cisadane yaitu normalisasi Sungai Ciliwung, Sudetan Ciliwung ke KBT, Penambahan Pintu Air Manggarai, Penambahan Satu Pintu Air Karet dan Peningkatan Kapasitas Sungai Ciliwung Lama.
(atk)