Din Syamsuddin, Tokoh Muhammadiyah yang Konsisten Kritis dari Dulu hingga Kini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau biasa dikenal dengan Din Syamsuddin beberapa waktu belakangan menjadi buah bibir masyarakat luas. Karena keikutsertaannya dalam KAMI (Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia) bersama Gatot Nurmantyo dan para tokoh-tokoh nasional lainnya.
Lalu siapa Din? Din Syamsuddin merupakan pria kelahiran di Sumbawa, NTB pada 31 Agustus 1958. Masa pendidikan dasar dan menengah kental dengan nuasa religius. Dirinya bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Nahdhatul Ulama (NU) Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Baca juga: Gatot Nurmantyo, Garang di Militer, Kritis ke Pemerintah)
Usai menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Din melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur dan selesai pada tahun 1975. Usai mondok di Gontor, Din melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama dan ia sukses meraih gelar sarjananya pada tahun 1982.
Usai meraih gelar sarjananya, Din menuntut ilmu master dan doktornya di luar negeri. Dirinya kuliah di University of California, Los Angels (UCLA), Amerika Serikat, Interdepartmental Programme in Islamic Studies.
Selain pendidikannya yang tokcer, Din juga aktif dalam organisasi. Pada usia pelajar Din bahkan telah diberi kepercayaan untuk memimpin Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Sumbawa. Lalu pada jenjang perkuliahan, Din aktif pada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Kegiatan organisasi Din pun berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, hingga dirinya didapuk menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah. Din sudah dianggap tokoh Muhammadiyah yang kritis terhadap pemerintah.
Lalu pada 2014, Din Syamsuddin Resmi Jadi Ketua Umum MUI sebagai ketua umum menggantikan Sahal Mahfudz yang meninggal dunia pada Jumat 24 Januari 2014. Pada tahun 2015, ia digantikan oleh KH Ma'ruf Amin sebagai Ketua Umum MUI yang baru.
Selain keorganisasian, Din pun sempat terjun ke dunia politik sekitar 7 tahun lamanya sejak tahun 1993. Din dipercaya untuk menjadi Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan DPP Golkar dan pernah menjadi Anggota MPR dari Fraksi Golongan Karya serta sempat ditunjuk untuk menjadi Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnaker RI.
Namun mulai tahun 2000, Din mengundurkan diri dari dunia politik dan aktif di dunia akademisi, organisasi keagamaan, dan sosial. Ia menjadi dosen di berbagai Perguruan Tinggi, seperti UMJ, UHAMKA, UI, dan UIN. Gelar kehormatan Guru Besar pun telah diperolehnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Din juga aktif di dunia Internasional, seperti di Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), World Islamic People's Leadership (WIPL), World Council of World Islamic Call Society (WCWICS), Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), serta World Peace Forum (WPF).
Sementara di Indonesia sendiri, Din sering dikenal sebagai cendekiawan dan akademisi. Din juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pluralis dan toleran terhadap agama lain bahkan dirinya melekat dengan sosok sebagai tokoh Muhammadiyah yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Kekritisan Din tidak pudar begitu saja, dirinya selalu konsisten mengkritik jika kebijakan pemerintah dianggap tidak baik bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. (Baca juga: Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin Tak Diizinkan Jenguk Syahganda Nainggolan dkk)
Dan pada tanggal 18 Agustus 2020 di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Din bersama dengan Gatot Nurmantyo dan tokoh-tokoh nasional lainnya bersepakat dan mendeklarasikan gerakan moral bernama KAMI. KAMI merupakan gerakan moral yang bertujuan menegakkan kebenaran dan menciptakan keadilan bagi masyarakat.
Lalu siapa Din? Din Syamsuddin merupakan pria kelahiran di Sumbawa, NTB pada 31 Agustus 1958. Masa pendidikan dasar dan menengah kental dengan nuasa religius. Dirinya bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Nahdhatul Ulama (NU) Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Baca juga: Gatot Nurmantyo, Garang di Militer, Kritis ke Pemerintah)
Usai menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Din melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur dan selesai pada tahun 1975. Usai mondok di Gontor, Din melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama dan ia sukses meraih gelar sarjananya pada tahun 1982.
Usai meraih gelar sarjananya, Din menuntut ilmu master dan doktornya di luar negeri. Dirinya kuliah di University of California, Los Angels (UCLA), Amerika Serikat, Interdepartmental Programme in Islamic Studies.
Selain pendidikannya yang tokcer, Din juga aktif dalam organisasi. Pada usia pelajar Din bahkan telah diberi kepercayaan untuk memimpin Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Sumbawa. Lalu pada jenjang perkuliahan, Din aktif pada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Kegiatan organisasi Din pun berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, hingga dirinya didapuk menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah. Din sudah dianggap tokoh Muhammadiyah yang kritis terhadap pemerintah.
Lalu pada 2014, Din Syamsuddin Resmi Jadi Ketua Umum MUI sebagai ketua umum menggantikan Sahal Mahfudz yang meninggal dunia pada Jumat 24 Januari 2014. Pada tahun 2015, ia digantikan oleh KH Ma'ruf Amin sebagai Ketua Umum MUI yang baru.
Selain keorganisasian, Din pun sempat terjun ke dunia politik sekitar 7 tahun lamanya sejak tahun 1993. Din dipercaya untuk menjadi Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan DPP Golkar dan pernah menjadi Anggota MPR dari Fraksi Golongan Karya serta sempat ditunjuk untuk menjadi Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnaker RI.
Namun mulai tahun 2000, Din mengundurkan diri dari dunia politik dan aktif di dunia akademisi, organisasi keagamaan, dan sosial. Ia menjadi dosen di berbagai Perguruan Tinggi, seperti UMJ, UHAMKA, UI, dan UIN. Gelar kehormatan Guru Besar pun telah diperolehnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Din juga aktif di dunia Internasional, seperti di Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), World Islamic People's Leadership (WIPL), World Council of World Islamic Call Society (WCWICS), Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), serta World Peace Forum (WPF).
Sementara di Indonesia sendiri, Din sering dikenal sebagai cendekiawan dan akademisi. Din juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pluralis dan toleran terhadap agama lain bahkan dirinya melekat dengan sosok sebagai tokoh Muhammadiyah yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Kekritisan Din tidak pudar begitu saja, dirinya selalu konsisten mengkritik jika kebijakan pemerintah dianggap tidak baik bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. (Baca juga: Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin Tak Diizinkan Jenguk Syahganda Nainggolan dkk)
Dan pada tanggal 18 Agustus 2020 di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Din bersama dengan Gatot Nurmantyo dan tokoh-tokoh nasional lainnya bersepakat dan mendeklarasikan gerakan moral bernama KAMI. KAMI merupakan gerakan moral yang bertujuan menegakkan kebenaran dan menciptakan keadilan bagi masyarakat.
(kri)