Pandemi COVID-19 Belum Usai, Perubahan Perilaku Ringankan Beban Tenaga Kesehatan

Kamis, 08 Oktober 2020 - 12:15 WIB
loading...
Pandemi COVID-19 Belum...
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto mengatakan perubahan perilaku untuk mematuhi protokol kesehatan secara disiplin, terus-menerus dan bersama-sama maka beban layanan rumah sakit akan menurun dan meringankan be
A A A
JAKARTA - Saat ini kasus baru COVID-19 di Tanah Air masih belum menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, peran serta masyarakat menjadi faktor penentu di dalam pengendalian COVID-19 saat ini.

Apabila pengendalian di tengah masyarakat bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya seperti perubahan perilaku untuk mematuhi protokol kesehatan secara disiplin, terus-menerus dan bersama-sama maka beban layanan rumah sakit akan menurun dan meringankan beban para tenaga kesehatan. (Baca juga: Debat Cawapres AS: Harris dan Pence Saling Serang soal Penanganan Covid-19)

“Kita pahami bersama bahwa pandemi COVID-19 belum selesai. Oleh karena itu kita harus mulai menata kembali kehidupan kita. Tidak lagi kita berasumsi untuk menyerah pada kondisi,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto yang sebelumnya pernah ditunjuk sebagai Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan COVID-19 yang dikutip dari siaran pers di kanal YouTube BNPB, Kamis (8/10/2020).

“Namun kita harus bangkit bersama-sama bergotong-royong untuk kemudian bisa produktif kembali di tengah situasi pandemi Covid-19 ini. Karena ini lah yang paling bijak yang harus kita lakukan di tengah-tengah pandemi COVID-19 ini,” sambung Yuri.

Mau tidak mau, kata Yuri masyarakat saat ini harus melakukan perubahan pada perilaku keseharian. Karena disadari sepenuhnya bahwa pandemi COVID-19 ini masih belum berakhir. Apalagi hingga saat ini vaksin COVID-19 masih dalam proses. “Oleh karena itu sepanjang proses ini masih belum bisa diselesaikan, maka kita tidak akan duduk diam, untuk kemudian tidak produktif di dalam kondisi pandemi ini,” ajak Yuri.

Sehingga, masyarakat harus melakukan adaptasi agar tidak tertular COVID-19. “Kita pahami bersama bahwa COVID-19 ini penyakit yang disebabkan oleh virus dan menularkan dari yang membawa virus ini kepada orang lain yang rentan. Dengan merubah perilaku maka mencegah terjadinya penularan,” kata Yuri.

Dengan disiplin menjalankan perubahan perilaku artinya juga akan mengurangi beban tenaga kesehatan. Bahkan, kata Yuri beberapa tenaga kesehatan juga terdampak COVID-19 dan kemudian gugur dalam menjalankan tugasnya. “Ini kesedihan kita bersama, ini duka kita yang mendalam. Karena dengan demikian pasti akan mengurangi kapasitas rawatan yang ada di rumah sakit. Ini yang harus menjadi perhatian kita bersama,” jelasnya.

Oleh karena itu, Yuri mengajak seluruh masyarakat yang menjadi tulang punggung pengendalian COVID-19 ini jalankan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya. “Kita yang bisa menghentikan sebaran ini. Tetap gunakan masker dengan cara yang benar, jaga jarak setidak-tidaknya lebih dari satu meter dan rajin mencuci tangan. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan peran saudara-saudara sekalian menjadi penentu di dalam memutuskan rantai penularan COVID-19 ini,” paparnya.

Sementara itu, beberapa waktu lalu dalam sebuah diskusi Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih memberikan dua solusi yang bisa dilakukan menyikapi penambahan kasus COVID-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Pertama yakni menambah kapasitas pelayanan terutama di rumah sakit-rumah sakit rujukan Covid-19. “Memang ada dua hal penting yang harus kita siapkan. Yang pertama memang menambah kapasitas pelayanan,” ucapnya.

Jika tidak ditambah kapasitasnya, dia khawatir petugas kesehatan akan kelelahan karena pasien overload. “Kalau pasiennya overload akan gampang kelelahan sehingga memudahkan penularan. Sehingga untuk melindungi petugas kesehatan bukan hanya dokter ya, seluruh petugas kesehatan juga bukan nakes, kawan-kawan yang membantu membersihkan, ngurusin alat-alat itu juga petugas kesehatan yang rentan.”

Sehingga hal ini, kata Daeng berisiko para tenaga kesehatan terpapar COVID-19. “Kalau kapasitas tidak ditambah overload itu kita memang kasihan kepada petugas kesehatan. Karena pasti akan berisiko kelelahan beresiko tertular,” jelasnya.

Kedua yakni kampanye perubahan perilaku untuk mendorong masyarakat disiplin protokol kesehatan. “Yang kedua, memang mau tidak mau nanti kami akan berembuk dengan seluruh petugas kesehatan untuk mendorong masyarakat ini disiplin sebenarnya. Kalau tidak disiplin protokol kesehatan, penularan di masyarakat tetap tinggi, segiat apapun kita melakukan penambahan kapasitas, suatu saat hampir juga terlampaui kapasitas itu,” terang Daeng. (Baca juga: BKKBN: Lansia Paling Berisiko terhadap Kematian karena Covid-19)

“Sehingga mungkin nanti tenaga kesehatan selain di pelayanan, kami akan bertemu untuk melakukan kampanye bersama masyarakat itu supaya penularan di masyarakat bisa ditekan. Tentunya dengan kampanye untuk disiplin melakukan protokol kesehatan, minimal disiplin memakai masker,” imbuh Daeng.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0923 seconds (0.1#10.140)