Tak Ada yang Kebal

Kamis, 01 Oktober 2020 - 06:01 WIB
loading...
A A A
“Dunia kita telah mencatat sejarah dan capaian yang kelam,” ujar Guterres dalam keterangan pers, dikutip Reuters. “Ini merupakan data yang memprihatinkan dan menyedihkan. Kita tidak boleh lengah dan harus menghargai nyawa setiap orang. Mereka adalah ayah dan ibu, suami dan istri, adik dan kakak, teman, dan kolega,” sambungnya.

Hanya berselang tiga bulan, jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat tajam dari 500.000 menjadi 1 juta orang. Lebih dari 5.400 orang tewas di seluruh dunia setiap 24 jam atau 226 orang per jam atau satu orang per 16 detik hingga terjadi krisis lahan pemakaman. Para ahli juga masih ragu data resmi yang dikeluarkan pemerintah tidak akurat.

Respons terhadap Covid-19 di berbagai negara berbeda-beda karena ditentukan berbagai faktor, mulai dari tingkat keterbukaan dengan dunia, luas negara, topografi wilayah, jumlah penduduk, sumber ekonomi, kualitas kesehatan, budaya, dan situasi politik. AS, Brasil, dan India juga dinilai kurang cepat memberlakukan lockdown. Kooperasi dari masyarakat juga rendah.

“Warga AS harus mengantisipasi peningkatan kasus pada hari-hari yang akan datang,” ujar Wakil Presiden AS Mike Pence setelah AS memperlonggar protokol kesehatan. Sementara itu, India yang mencatat angka penularan harian tertinggi di dunia (87.500 kasus) juga telah membuka lockdown dan mulai mengizinkan akses menuju tempat wisata. (Lihat videonya: Tempat Karaoke di Depok Ditutup Paksa Petugas)

Dengan tren saat ini, India kemungkinan besar dapat menyalip AS sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia pada akhir 2020. Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi juga tidak memiliki pilihan lain selain membuka lockdown menyusul pelambatan ekonomi nasional. Warga India juga mengalami banyak krisis keuangan.

Meski jumlah pasien meningkat, jumlah kematian akibat Covid-19 di India sekitar 95.500, jauh lebih rendah daripada di AS, Brasil, bahkan Inggris. Di Eropa yang terhitung menyumbangkan 25% dari total kematian di dunia juga diimbau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk waspada. Pasalnya, Eropa Barat sebentar lagi dilanda flu musim dingin. (Dita Angga/Binti Mufarida/Muh Shamil/F.W. Bahtiar)
(ysw)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1750 seconds (0.1#10.140)