Soal Pembubaran, KAMI Bisa Mainkan Strategi Playing Victim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penolakan demi penolakan terhadap deklarasi Komite Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) berlangsung hampir di seluruh daerah tanah air. Meski demikian, Presidium KAMI terus melakukan pembentukan pengurusnya.
(Baca juga: Acara KAMI Dihalangi Massa, Politikus PAN: Itu Tindakan Represif)
Menilai hal itu, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan, penolakan terhadap KAMI menjadi seperti berkah karena membuat mereka lebih besar dan solid.
(Baca juga: Polri Beberkan Alasan Pembubaran Acara KAMI di Surabaya)
"Ada aksi ada reaksi logika sederhananya begitu, ketika mereka (KAMI) deklarasi ada reaksi penolakan. Benturan inilah yang membuat kelompok ini solid dan semakin besar," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Rabu (30/9/2020).
Kedepannya lanjut Fadhli, benturan-benturan semacam ini bukan tidak mungkin akan dimanfaatkan kelompok KAMI untuk merebut simpati masyarakat.
"Bagaimana caranya, dengan mencoba memainkan strategi playing victim (korban) seolah-olah penolakan itu dilakukan rezim penguasa. Dengan begitu akan menumbuhkan simpati di tengah masyarakat," terangnya.
Alumni UIN Jakarta itu pun memprediksi bahwa deklarasi akan terus dilakukan kelompok KAMI meskipun mendapat penolakan dari kelompok lain atau tidak mendapat izin dari kepolisian.
"Justru saya melihat pengadangan dan penolakan akan semakin membuat kelompok KAMI semakin giat bergerilya. Menjahit yang tercerai dan semakin merapatkan barisan. Bukan malah surut," pungkasnya.
(Baca juga: Acara KAMI Dihalangi Massa, Politikus PAN: Itu Tindakan Represif)
Menilai hal itu, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab mengatakan, penolakan terhadap KAMI menjadi seperti berkah karena membuat mereka lebih besar dan solid.
(Baca juga: Polri Beberkan Alasan Pembubaran Acara KAMI di Surabaya)
"Ada aksi ada reaksi logika sederhananya begitu, ketika mereka (KAMI) deklarasi ada reaksi penolakan. Benturan inilah yang membuat kelompok ini solid dan semakin besar," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Rabu (30/9/2020).
Kedepannya lanjut Fadhli, benturan-benturan semacam ini bukan tidak mungkin akan dimanfaatkan kelompok KAMI untuk merebut simpati masyarakat.
"Bagaimana caranya, dengan mencoba memainkan strategi playing victim (korban) seolah-olah penolakan itu dilakukan rezim penguasa. Dengan begitu akan menumbuhkan simpati di tengah masyarakat," terangnya.
Alumni UIN Jakarta itu pun memprediksi bahwa deklarasi akan terus dilakukan kelompok KAMI meskipun mendapat penolakan dari kelompok lain atau tidak mendapat izin dari kepolisian.
"Justru saya melihat pengadangan dan penolakan akan semakin membuat kelompok KAMI semakin giat bergerilya. Menjahit yang tercerai dan semakin merapatkan barisan. Bukan malah surut," pungkasnya.
(maf)