Optimalisasi Program Stunting

Kamis, 24 September 2020 - 07:22 WIB
loading...
A A A
Persoalan gizi adalah fenomena kompleks. UNICEF menyebutkan bahwa kendala ekonomi atau kemiskinan merupakan hal paling mendasar yang menyebabkan anak-anak balita terpuruk status gizinya. Hasil penelitian disertasi IPB Adriana S (2014) mengungkapkan kebiasaan poligami berdampak buruk bagi balita karena pola asuh menjadi tidak optimal dan ibu balita harus pontang-panting menjadi pilar utama ekonomi keluarga.

Untuk mengatasi persoalan gizi di Indonesia, pemerintah mengandalkan posyandu sebagai ujung tombak di lapangan yang diharapkan mampu mendeteksi masalah gizi sedini mungkin. Namun, kinerja posyandu saat ini masih belum optimal. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan kader dan belum maksimalnya dukungan pendanaan dari pemerintah. Sejak tahun 1999 telah dilakukan revitalisasi posyandu, tetapi ternyata gaungnya tidak terdengar. Posyandu kini juga terhenti pelayanannya karena Covid-19.

Penelitian di 19 propinsi (Ali Khomsan & Tin Herawati, 2014) mengungkapkan bahwa persentase partisipasi anak yang datang ke posyandu hanya 58.4%. Anak-anak balita sudah drop-out dari posyandu ketika usia 2-3 tahun. Mereka kemudian terdaftar di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan posyandu akhirnya semakin ditinggalkan.

Posyandu yang jangkuannya sudah sangat luas masih layak untuk menerima beban tanggung jawab dalam mengatasi stunting. Syaratnya hanya satu, segera lakukan revitalisasi posyandu dengan melengkapi pelayanannya. Pelayanan yang sangat krusial untuk segera diimplementasikan adalah pemberian makanan tambahan yang berkualitas (bukan lagi secangkir kacang ijo setiap bulan).

Untuk mendongkrak kinerja posyandu, maka kader-kadernya yang mayoritas perempuan perlu dihargai pemerintah, misalnya: keluarga kader gratis berobat, anak-anak kader mendapat beasiswa dan pendidikan gratis sampai SMA, atau kader memperoleh insentif bulanan yang memadai. Pada kenyataannya ada kader yang menerima insentif Rp300.000 per tahun. Suatu jumlah yang sangat kecil dan mungkin tidak berarti.

Ketika seorang anak menderita problem gizi (stunting alias pendek ataupun gizi buruk), maka seringkali ibu (perempuan) merasa paling bertanggung jawab terhadap musibah yang terjadi. Mengapa? Karena ibu adalah orang paling dekat dalam pengasuhan anak balita terutama dalam hal makannya. Padahal, timbulnya masalah gizi pada anak balita jelas bukan melulu persoalan perempuan. Apalagi, sebagian istri ternyata juga berkarier sebagai pekerja.

Pada keluarga-keluarga miskin trade-off yang terjadi apabila ibu bekerja adalah hilangnya kesempatan baginya untuk mengasuh dan membesarkan anaknya secara optimal. Ini bagaikan buah simalakama, sebab seandainya ibu tidak bekerja dan penghasilan suami tidak mencukupi, maka seluruh anggota keluarga (termasuk anak balita) akan mengalami defisit konsumsi gizi.

Ibu yang berpendidikan akan lebih giat mencari dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memelihara anak. Mereka juga akan menaruh perhatian lebih besar pada konsep sehat yang harus dicapai oleh seluruh anggota keluarganya sehingga anak-anak akhirnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Upaya-upaya untuk meningkatkan pendidikan perempuan, memberi kesempatan dalam berbagai sektor pekerjaan, serta memudahkan akses mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi akan berdampak besar pada kualitas bangsa secara keseluruhan.
(ras)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Rekomendasi
Menangkan Satu Kilogram...
Menangkan Satu Kilogram Emas dari Program Badai Emas Pegadaian, Catat Tanggalnya
Manjakan Hewan Kesayangan,...
Manjakan Hewan Kesayangan, PCG Hadir di PetFest 2025 dengan Produk Premium
Legislator Partai Perindo...
Legislator Partai Perindo Arnol Aholai Door to Door Serap Curhatan Masyarakat Parigi Moutong
Berita Terkini
Maqdir Ismail Soroti...
Maqdir Ismail Soroti RUU KUHAP yang Berpotensi Batasi Advokat Berpendapat di Luar Persidangan
28 menit yang lalu
Purnawirawan TNI-Polri...
Purnawirawan TNI-Polri Tegaskan Dukung Program Pemerintahan Prabowo Subianto
50 menit yang lalu
Kemanfaatan dan Makna...
Kemanfaatan dan Makna Ketentuan Suatu Undang-Undang
1 jam yang lalu
7 Danlanud Dimutasi...
7 Danlanud Dimutasi Panglima TNI Akhir April 2025, Ini Sosok Penggantinya
1 jam yang lalu
Kloter Pertama Jemaah...
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat ke Tanah Suci, BPKH Komitmen Tingkatkan Pelayanan
1 jam yang lalu
Kisah Mulyono yang Ternyata...
Kisah Mulyono yang Ternyata Pernah Gantikan Gatot Nurmantyo di Jabatan Ini
4 jam yang lalu
Infografis
5 Negara yang Menerapkan...
5 Negara yang Menerapkan Program Mirip dengan Tapera
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved