Merangkai Kata, Mendulang Suara Para Calon Kepala Daerah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kampanye para calon kepala daerah tidak bisa dilepaskan dari slogan kampanye. Dengan mengusung slogan yang tepat, para calon kepala daerah bisa menarik simpati dan suara calon pemilih.
Kita tentu masih ingat slogan kampanye #IndonesiaMaju yang diusung oleh pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pemilu 2019. Atau #IndonesiaMenang yang diusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pun dengan slogan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017, #MajuKotanya, BahagiaWarganya serta beribu slogan lain yang diusung hampir semua pasangan calon saat maju menjadi pemimpin wilayah. (Baca: Cukup Diucapkan, Amalan Ringan Ini Pahalanya Melimpah)
Menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 , jalanan di 270 wilayah telah dipenuhi gambar pasangan calon dengan berbagai slogan kampanye mereka. Di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, misalnya, gambar tiga pasangan calon kepala daerah yang telah mendaftarkan diri ke KPU setempat memenuhi sudut-sudut jalan.
Gambar pasangan Muhammad-Rahayu Saraswati dengan slogan kampanye ”Tangsel untuk Semua”; pasangan Benjamin Davnie-Pilar Saga Ichsan dengan slogan ”Pengalaman-Profesional, Lanjutkan”; serta pasangan Siti Nur Azizah-Ruhamaben dengan slogan ”Permata Tangsel”.
Di Depok, Jawa Barat pasangan Mohammad Idris-Iman Budi Hartono Depok menggaungkan ”Maju Berbudaya Sejahtera”, sedang saingannya pasangan Pradi Supriatna-Afifah Alia mengusung slogan ”Kota Depok Mengayomi Semua”.
Slogan kampanye ini dalam dunia pemasaran disebut dengan tagline, yakni deskripsi singkat terdiri atas satu atau beberapa kata yang menggambarkan suatu produk secara keseluruhan. Tentu bukan perkara yang mudah dalam merumuskan tagline atau slogan kampanye pasangan calon kepala daerah.
Slogan ini harus tepat secara kata, rima, hingga makna. Slogan ini juga harus mengakomodasi karakter calon pemimpin dan calon pemilih. Dengan demikian, slogan maupun tagline kampanye yang dipilih sesuai dengan tujuan akhir kampanye, yakni menggaet sebanyak mungkin suara pemilih. (Baca juga: Ekspor Agustus Anjlok, Industri Pengolahan Turun 4,91%)
CEO dan Founder Alvara Research Center Hasanudin Ali mengatakan, slogan bagi kandidat punya tiga fungsi. Pertama, memiliki makna sebagai kristalisasi visi, misi, dan janji kandidat yang akan ditawarkan kepada pemilih.
"Kedua, slogan kampanye merupakan alat untuk menunjukkan diferensiasi atau pembeda kandidat dengan kandidat lain," ujar Hasanuddin Ali, Selasa (15/9/2020).
Ketiga, slogan kampanye juga sebagai jargon dan alat konsolidasi internal tim pemenangan. "Jadi peran slogan sangat sentral bagi kandidat dalam setiap kontestasi politik," tuturnya.
Menurut Hasanuddin, slogan kampanye didapatkan melalui dua pendekatan. Pertama, riset persepsi pemilih untuk mendapatkan potret citra kandidat. Kedua, eksplorasi visi dan misi kandidat. "Dari dua pendekatan ini, kemudian proses penentuan slogan bisa dilakukan," urainya.
Untuk menyosialisasikan sebuah slogan kampanye, kata Hasanuddin, semua media baik untuk digunakan, baik media konvensional maupun online. Hasanuddin mengatakan, dari beberapa kali survei, penggunaan billboard atau spanduk masih sangat efektif untuk mengenalkan popularitas kandidat.
"Namun untuk menyampaikan slogan, tidak cukup hanya dengan spanduk dan lain-lain, perlu alat komunikasi yang lain, terutama komunikasi yang bersifat dua arah seperti dialog. Ini penting agar slogan tidak hanya berhenti hanya sebatas kata-kata slogan, tapi makna slogan juga dipahami oleh kandidat," tuturnya.
Bagaimana dengan peran media sosial dalam menyosialisasikan slogan kampanye pasangan calon saat ini? Hasanuddin mengatakan bahwa media sosial sangat penting dalam sosialisasi slogan karena sifatnya bisa interaktif, bisa komunikasi dua arah. (Baca juga: Studi: Virus Corona Baru Mampu Menyerang Otak)
Sementara itu, Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, slogan dalam Kampanye politik harus menjadi representasi kata-kata kunci yang menjadi warna, identitas atau visi perjuangan para pasangan calon (paslon). Karena itu, slogan harus bersifat jelas, merepresentasikan karakter paslon dan mudah dicerna publik. "Slogan memang penting untuk mengikat narasi dari para basis pemilih loyal maupun untuk memikat masyarakat yang masih dalam kategori swing voters," katanya.
Namun, sering kali paslon tidak bisa memanfaatkan slogan yang mereka pilih untuk mengoptimalkan mesin kampanyenya sehingga menjadi angin lalu saja. Menurut Umam, slogan harus kontekstual dengan isu, narasi, dan kebutuhan calon pemilih. Selain itu, slogan juga harus sesuai dengan karakter paslon. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
"Kalau berbeda dengan karakter asli mereka, hal itu berpotensi memunculkan wacana yang inkonsisten dan bisa menggembosi kepercayaan publik terhadap paslon yang didukungnya," katanya. (Abdul Rochim)
Lihat Juga: Didukung Ribuan Mahasiswa, Ahmad Ali Satu-satunya Aktivis Mahasiswa Palu yang Menasional
Kita tentu masih ingat slogan kampanye #IndonesiaMaju yang diusung oleh pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pemilu 2019. Atau #IndonesiaMenang yang diusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pun dengan slogan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017, #MajuKotanya, BahagiaWarganya serta beribu slogan lain yang diusung hampir semua pasangan calon saat maju menjadi pemimpin wilayah. (Baca: Cukup Diucapkan, Amalan Ringan Ini Pahalanya Melimpah)
Menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 , jalanan di 270 wilayah telah dipenuhi gambar pasangan calon dengan berbagai slogan kampanye mereka. Di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, misalnya, gambar tiga pasangan calon kepala daerah yang telah mendaftarkan diri ke KPU setempat memenuhi sudut-sudut jalan.
Gambar pasangan Muhammad-Rahayu Saraswati dengan slogan kampanye ”Tangsel untuk Semua”; pasangan Benjamin Davnie-Pilar Saga Ichsan dengan slogan ”Pengalaman-Profesional, Lanjutkan”; serta pasangan Siti Nur Azizah-Ruhamaben dengan slogan ”Permata Tangsel”.
Di Depok, Jawa Barat pasangan Mohammad Idris-Iman Budi Hartono Depok menggaungkan ”Maju Berbudaya Sejahtera”, sedang saingannya pasangan Pradi Supriatna-Afifah Alia mengusung slogan ”Kota Depok Mengayomi Semua”.
Slogan kampanye ini dalam dunia pemasaran disebut dengan tagline, yakni deskripsi singkat terdiri atas satu atau beberapa kata yang menggambarkan suatu produk secara keseluruhan. Tentu bukan perkara yang mudah dalam merumuskan tagline atau slogan kampanye pasangan calon kepala daerah.
Slogan ini harus tepat secara kata, rima, hingga makna. Slogan ini juga harus mengakomodasi karakter calon pemimpin dan calon pemilih. Dengan demikian, slogan maupun tagline kampanye yang dipilih sesuai dengan tujuan akhir kampanye, yakni menggaet sebanyak mungkin suara pemilih. (Baca juga: Ekspor Agustus Anjlok, Industri Pengolahan Turun 4,91%)
CEO dan Founder Alvara Research Center Hasanudin Ali mengatakan, slogan bagi kandidat punya tiga fungsi. Pertama, memiliki makna sebagai kristalisasi visi, misi, dan janji kandidat yang akan ditawarkan kepada pemilih.
"Kedua, slogan kampanye merupakan alat untuk menunjukkan diferensiasi atau pembeda kandidat dengan kandidat lain," ujar Hasanuddin Ali, Selasa (15/9/2020).
Ketiga, slogan kampanye juga sebagai jargon dan alat konsolidasi internal tim pemenangan. "Jadi peran slogan sangat sentral bagi kandidat dalam setiap kontestasi politik," tuturnya.
Menurut Hasanuddin, slogan kampanye didapatkan melalui dua pendekatan. Pertama, riset persepsi pemilih untuk mendapatkan potret citra kandidat. Kedua, eksplorasi visi dan misi kandidat. "Dari dua pendekatan ini, kemudian proses penentuan slogan bisa dilakukan," urainya.
Untuk menyosialisasikan sebuah slogan kampanye, kata Hasanuddin, semua media baik untuk digunakan, baik media konvensional maupun online. Hasanuddin mengatakan, dari beberapa kali survei, penggunaan billboard atau spanduk masih sangat efektif untuk mengenalkan popularitas kandidat.
"Namun untuk menyampaikan slogan, tidak cukup hanya dengan spanduk dan lain-lain, perlu alat komunikasi yang lain, terutama komunikasi yang bersifat dua arah seperti dialog. Ini penting agar slogan tidak hanya berhenti hanya sebatas kata-kata slogan, tapi makna slogan juga dipahami oleh kandidat," tuturnya.
Bagaimana dengan peran media sosial dalam menyosialisasikan slogan kampanye pasangan calon saat ini? Hasanuddin mengatakan bahwa media sosial sangat penting dalam sosialisasi slogan karena sifatnya bisa interaktif, bisa komunikasi dua arah. (Baca juga: Studi: Virus Corona Baru Mampu Menyerang Otak)
Sementara itu, Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, slogan dalam Kampanye politik harus menjadi representasi kata-kata kunci yang menjadi warna, identitas atau visi perjuangan para pasangan calon (paslon). Karena itu, slogan harus bersifat jelas, merepresentasikan karakter paslon dan mudah dicerna publik. "Slogan memang penting untuk mengikat narasi dari para basis pemilih loyal maupun untuk memikat masyarakat yang masih dalam kategori swing voters," katanya.
Namun, sering kali paslon tidak bisa memanfaatkan slogan yang mereka pilih untuk mengoptimalkan mesin kampanyenya sehingga menjadi angin lalu saja. Menurut Umam, slogan harus kontekstual dengan isu, narasi, dan kebutuhan calon pemilih. Selain itu, slogan juga harus sesuai dengan karakter paslon. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
"Kalau berbeda dengan karakter asli mereka, hal itu berpotensi memunculkan wacana yang inkonsisten dan bisa menggembosi kepercayaan publik terhadap paslon yang didukungnya," katanya. (Abdul Rochim)
Lihat Juga: Didukung Ribuan Mahasiswa, Ahmad Ali Satu-satunya Aktivis Mahasiswa Palu yang Menasional
(ysw)