Bahas soal Puan Maharani di Rapat Anggaran, Arteria-Sahroni Adu Mulut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan berdebat dengan Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni dalam Rapat kerja (Raker) dengan Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramoni terkait anggaran Polri 2021. Pasalnya, Arteria membahas soal pembakaran bendera PDIP dan konflik Puan Maharani soal Sumatera Barat (Sumatera Barat).
"Ada pembakaran bendera PDIP, Kapolres Jakarta Pusat-nya nggak tahu pak, ada apa. Kapolda metronya nggak tahu, kemudian akan dikabarin nggak ada sampai sekarang," kata Arteria dalam Raker di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (14/9/2020).
(Baca juga : Terpapar Virus Corona, Satu Dokter dari Kabupaten Bekasi Meninggal Dunia )
Kemudian, Sahroni sebagai pimpinan Raker memberikan peringatan bahwa rapat ini membahas soal anggaran. Tapi, Arteria justru membahas tentang kasus Puan Maharani mengenai Sumbar. ( )
"Kami mohon sekali bagaimana kerja-kerja penanganan paham radikalisme dan intoleransi, masalah hoaks, kalau bapak saya kasih contoh kemarin kerja-kerja cyber lebih terukur lagi. Saya terima kasih masalah ibu Puan Maharani lebih responsif, tapi kerja-kerja lain pak diberikan pelayanan yang hampir sama. Bagaimana serangan, ancaman, ideologi, politik dan sosial," kata Arteria.
(Baca juga : Lurah Meruya Selatan Meninggal, Hasil Swab Test Positif Covid-19 )
"Ini rapat kerja anggaran, bukan pengawasan. Untuk proses yang lain harap saat raker pengawasan Rabu nanti," kata Sahroni.
Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat Santoso juga menyinggung soal pribadi dan ditegur kembali oleh Sahroni dan langsung berhenti membahas hal di luar anggaran. ( )
Lalu, Sahroni menjelaskan bahwa rapat anggaran itu adalah bagaimana Komisi III mendukung dan melihat kekurangan yang dimiliki oleh polisi. Sehingga, yang ditanggapi jangan masuk ke dalam urusan rumah atau internal masing-masing.
"Jangan sampai anggaran terkait masalah hubungan parpol atau dengan pimpinannya. Ini menyikapi jangan sampai mencampuri urusan terkait anggaran. Begitu juga dengan masalah personalnya Pak Santoso, saya sudah tahu, tapi ini adalah faktor personal yang akan disampaikan pada fungsi pengawasan, begitu Pak Arteria," katanya.
Kemudian, Sahroni mempersilakan Wakapolri untuk menjelaskan sejumlah pertanyaan anggota Komisi III yang berkaitan tentang anggaran.
"Pak Wakapolri, karena teman-teman sudah menyampaikan hal terkait monggo kiranya Pak Wakapolri menjelaskan sebelum saya memberikan Pak Wakapolri penjelasan saya perpanjang lagi 10 menit untuk Pak Wakapolri untuk menjawab para anggota yang terhormat," tuturnya.
Namun, Arteria membalas bahwa sebenarnya ia hendak membahas soal anggaran Polri, namun pimpinan rapat sudah terlanjur berprasangka. "Tapi sebenernya Pak Ketua, saya sebenernya membahas anggaran tapi Pak Ketua ini apa sudah berprasangka dulu. Padahal yang saya katakan ini angka-angka semua," kilahnya.
Sahroni tidak menanggapi tapi, meminta perpanjangan waktu 10 menit karena waktu Raker yang disahkan sudah hampir habis. "Jadi jangan terlalu diiniin pak ketua, ini saya angka-angka semua," imbuh Arteria.
Sahroni mengatakan, ia dapat memahami itu, tapi karena ini rapat kerja anggaran, jadi ia meminta agar tidak dimasukkan faktor lain di dalamnya selain soal anggaran.
"Saya paham. Tapi angka yang berkaitan dengan program kritisi pada Polri jangan pada faktor yang lain gitu pak," ujarnya.
Arteria menjawab bahwa ia merasa tidak nyaman dipimpin oleh Sahroni karena dituduh demikian. "Jadi kalau begini saya kan juga enggak nyaman dipimpin sama Pak Ketua. Orang lagi bicara anggaran dibilang saya bicara pengawasan,” ungkap politikus PDIP itu.
Menurut Sahroni, ia sebagai pimpinan rapat berhak untuk mengingatkan anggota bahwa rapat ini berkaitan dengan anggaran dan bukan pengawasan. "Karena saya sebagai pimpinan saya berhak menyampaikan kepada saudara Arteria menjelaskan bahwa ini adalah fungsi pengawasan anggaran bukan pada fungsi pengawasan pada saat rapat kerja. Pak Wakapolri monggo silakan," katanya.
Lihat Juga: Komisi III DPR Kutuk Keras Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar, Desak Pengusutan Tuntas!
"Ada pembakaran bendera PDIP, Kapolres Jakarta Pusat-nya nggak tahu pak, ada apa. Kapolda metronya nggak tahu, kemudian akan dikabarin nggak ada sampai sekarang," kata Arteria dalam Raker di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (14/9/2020).
(Baca juga : Terpapar Virus Corona, Satu Dokter dari Kabupaten Bekasi Meninggal Dunia )
Kemudian, Sahroni sebagai pimpinan Raker memberikan peringatan bahwa rapat ini membahas soal anggaran. Tapi, Arteria justru membahas tentang kasus Puan Maharani mengenai Sumbar. ( )
"Kami mohon sekali bagaimana kerja-kerja penanganan paham radikalisme dan intoleransi, masalah hoaks, kalau bapak saya kasih contoh kemarin kerja-kerja cyber lebih terukur lagi. Saya terima kasih masalah ibu Puan Maharani lebih responsif, tapi kerja-kerja lain pak diberikan pelayanan yang hampir sama. Bagaimana serangan, ancaman, ideologi, politik dan sosial," kata Arteria.
(Baca juga : Lurah Meruya Selatan Meninggal, Hasil Swab Test Positif Covid-19 )
"Ini rapat kerja anggaran, bukan pengawasan. Untuk proses yang lain harap saat raker pengawasan Rabu nanti," kata Sahroni.
Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat Santoso juga menyinggung soal pribadi dan ditegur kembali oleh Sahroni dan langsung berhenti membahas hal di luar anggaran. ( )
Lalu, Sahroni menjelaskan bahwa rapat anggaran itu adalah bagaimana Komisi III mendukung dan melihat kekurangan yang dimiliki oleh polisi. Sehingga, yang ditanggapi jangan masuk ke dalam urusan rumah atau internal masing-masing.
"Jangan sampai anggaran terkait masalah hubungan parpol atau dengan pimpinannya. Ini menyikapi jangan sampai mencampuri urusan terkait anggaran. Begitu juga dengan masalah personalnya Pak Santoso, saya sudah tahu, tapi ini adalah faktor personal yang akan disampaikan pada fungsi pengawasan, begitu Pak Arteria," katanya.
Kemudian, Sahroni mempersilakan Wakapolri untuk menjelaskan sejumlah pertanyaan anggota Komisi III yang berkaitan tentang anggaran.
"Pak Wakapolri, karena teman-teman sudah menyampaikan hal terkait monggo kiranya Pak Wakapolri menjelaskan sebelum saya memberikan Pak Wakapolri penjelasan saya perpanjang lagi 10 menit untuk Pak Wakapolri untuk menjawab para anggota yang terhormat," tuturnya.
Namun, Arteria membalas bahwa sebenarnya ia hendak membahas soal anggaran Polri, namun pimpinan rapat sudah terlanjur berprasangka. "Tapi sebenernya Pak Ketua, saya sebenernya membahas anggaran tapi Pak Ketua ini apa sudah berprasangka dulu. Padahal yang saya katakan ini angka-angka semua," kilahnya.
Sahroni tidak menanggapi tapi, meminta perpanjangan waktu 10 menit karena waktu Raker yang disahkan sudah hampir habis. "Jadi jangan terlalu diiniin pak ketua, ini saya angka-angka semua," imbuh Arteria.
Sahroni mengatakan, ia dapat memahami itu, tapi karena ini rapat kerja anggaran, jadi ia meminta agar tidak dimasukkan faktor lain di dalamnya selain soal anggaran.
"Saya paham. Tapi angka yang berkaitan dengan program kritisi pada Polri jangan pada faktor yang lain gitu pak," ujarnya.
Arteria menjawab bahwa ia merasa tidak nyaman dipimpin oleh Sahroni karena dituduh demikian. "Jadi kalau begini saya kan juga enggak nyaman dipimpin sama Pak Ketua. Orang lagi bicara anggaran dibilang saya bicara pengawasan,” ungkap politikus PDIP itu.
Menurut Sahroni, ia sebagai pimpinan rapat berhak untuk mengingatkan anggota bahwa rapat ini berkaitan dengan anggaran dan bukan pengawasan. "Karena saya sebagai pimpinan saya berhak menyampaikan kepada saudara Arteria menjelaskan bahwa ini adalah fungsi pengawasan anggaran bukan pada fungsi pengawasan pada saat rapat kerja. Pak Wakapolri monggo silakan," katanya.
Lihat Juga: Komisi III DPR Kutuk Keras Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar, Desak Pengusutan Tuntas!
(abd)