Pancasila sebagai Ideologi yang Mampu Memecahkan Tantangan Bangsa Majemuk

Senin, 14 September 2020 - 09:27 WIB
loading...
Pancasila sebagai Ideologi yang Mampu Memecahkan Tantangan Bangsa Majemuk
Acara simposium nasional tentang, Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila yang dilaksanakan oleh BPIP bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Banten yang disiarkan secara virtual, Jumat (11/9/2020
A A A
SERANG - Pancasila bisa mempersatukan berbagai tenik, budaya dan keyakinan yang berbeda di Indonesia. Pernyataan itu disampaikan oleh rohaniwan Franz Magnis Suseno saat mengikuti acara simposium nasional tentang, Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila yang dilaksanakan oleh BPIP bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Serang, Banten yang disiarkan secara virtual, Jumat (11/9/2020).

"Pancasila adalah sesuatu yang luar biasa, berhasil memecahkan suatu tantangan. Indonesia terdiri dari ratusan etnik dan budaya berbagai macam lintas agama kok bisa bersatu," ujar Franz Magnis Suseno.

Dia menuturkan, Pancasila menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa seperti yang tercantum dalam sila pertama. Dalam sila tersebut tidak membedakan antara yang mayoritas dengan minoritas.

"Saya sendiri terharu dengan kenyataan yang fundamental, penting bagi Indonesia bahwa mayoritas agama yaitu Islam wakil-wakilnya pada 18 Agustus 1945 bersedia untuk tidak menuntut kedudukan khusus di dalam UUD 1945 dan Pancasila itu berarti di Indonesia," ucapnya.

Menurutnya, identitas nasional tidak mengancam, apalagi menindas kelompok tertentu. Justru, kata dia melindungi dan mengangkat identitas masing-masing yang ada di Indonesia.

"Sehingga orang Jawa tetap Jawa, orang Bugis tetap Bugis, orang Islam tetap Islam, orang Katolik tetap Katolik dengan menjadi Indonesia,"

Sementara itu, Romo Endang Binawan menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila itu harus dihayati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga Gereja Katolik tidak akan lagi terjebak pada inkslusifisme, radikalisme. Pasalnya, Gereja pernah terjebak menjadi eksklusif bahwa gereja melihat sebuah masyarakat kumpulan orang diharapkan memiliki negara. Tapi jika dilihat iman yang lebih dalam menjadi paradog.

“Gereja Katholik pernah mengkaji bahwa ajarannya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan bahkan kepercayaan katolik sama dengan apa yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila,”tuturnya.

Gereja menyadari sebagai isntitusi spiritual bukan institusi politik. Gereja harus bisa mewartakan kebaikan-kebaikan, hal ini juga sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia itu sungguh berharga seperti Tuhan yang menciptakan secara utuh dan memiliki nilai-nilai kebaikan. Realitas sosial menjadi rusak karena pemahaman agama yang masih menginklusifkan sendiri tanpa memperhatikan orang lain.

Pancasila menjadi rahmat bagi semua manusia dan tidak membeda-bedakan agama, suku maupun ras. Sebagai manusia harus berani bersikap kritis dan rendah diri, alangkah baiknya melakukan kritik untuk diri sendiri untuk membangun kebaikan.

Sedangkan, Direktur Pendidikan Agama Katolok yang diwakili oleh Hari mengatakan, ravitalisasi Pancasila perlu dilakukan melalui studi lintas agama berparadigma Pancasila. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila sungguh merasuk dalam kesadaran masyarakat Indonesia dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari .

Studi lintas agama di Indonesia, pancasila sebagai landasan etik studi lintas agama. Ukuran baik buruk prilaku masyarakat Indonesia diukur dari pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai pancasila mengarahkan umat Katolik untuk menjadi manusia Kristiani yang makin adil dan makin beradap. Makin adil berarti berpihak pada kebenaran dan makin beradab berarti telah berkembang tingkat kehidupan lahir dan batinya. Makin adil makin beradab adalah dua istilah yang saling bersinergi, utuh dan terpadu, jika disinergikan berarti kehidupan lahir dan batin yang matang akan berpegang teguh pada kebenaran.

Dalam studi dan relasi lintas agama berparadigma Pancasila yang pada harapan akhirnya terwujud masyarakat Indonesia yang inklusif, toleran, dan moderat. Dalam terminology katolik dapat terjalin persaudaraan sejati antar warga masyarakat Indonesia. (syarif wibowo)
(srf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)