Pengamat Intelijen Sebut Pandemi Corona Ancaman Nirmiliter
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat intelijen dan pertahanan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, wabah Covid-19 atau virus Corona, merupakan ancaman nirmiliter. Menurutnya, ancaman nirmiliter berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter.
"Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang. Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI," kata perempuan yang biasa disapa Nuning ini, Senin (4/5/2020).
(Baca juga: Kemhan Terapkan Strategi Perang Semesta Tangani Wabah Corona)
Perempuan kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1964 ini menjelaskan, pada masa depan ancaman Nuklir, Biologi dan Kimia (Nubika), harus masuk dalam kewaspadaan. Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer.
"Tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru. Pada waktu dekat ini beberapa Laksamana calon Kasal dan Marsekal calon Kasau juga dituntut memiliki kemampuan intelektual yang tinggi," ucapnya.
Selain itu kata Nuning, latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan tinggi. "Para Laksamana dan Marsekal sebagian sudah dikenal publik sebagai intelektual TNI, merupakan hasil proses seleksi dari Mabes TNI mengajukan para Calon Kasal dan Calon Kasau yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior," ujarnya.
"Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang. Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI," kata perempuan yang biasa disapa Nuning ini, Senin (4/5/2020).
(Baca juga: Kemhan Terapkan Strategi Perang Semesta Tangani Wabah Corona)
Perempuan kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1964 ini menjelaskan, pada masa depan ancaman Nuklir, Biologi dan Kimia (Nubika), harus masuk dalam kewaspadaan. Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer.
"Tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru. Pada waktu dekat ini beberapa Laksamana calon Kasal dan Marsekal calon Kasau juga dituntut memiliki kemampuan intelektual yang tinggi," ucapnya.
Selain itu kata Nuning, latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan tinggi. "Para Laksamana dan Marsekal sebagian sudah dikenal publik sebagai intelektual TNI, merupakan hasil proses seleksi dari Mabes TNI mengajukan para Calon Kasal dan Calon Kasau yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior," ujarnya.
(maf)