Satgas Akui PSBB Bisa Cegah Potensi Penularan Covid-19
loading...
A
A
A
“Kalau dari analisis kita untuk kota besar seperti Jakarta itu diperlukan 55% atau lebih penduduk untuk tinggal di rumah saja untuk menurunkan transmisi Covid-19 ini,” kata Iwan dalam diskusi di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin.
Untuk mewujudkan kondisi itulah diperlukan kebijakan PSBB yang sesuai dengan aturan agar penduduk dengan transmisi tinggi persebaran Covid-19 mesti tinggal di rumah. “Jadi kita harus memperbanyak penduduk yang tinggal di rumah saja. Itu kan bisa dilakukan dengan PSBB karena sesuai dengan aturan diminta untuk tinggal di rumah saja,” katanya. (Baca juga: Haornas, Momentum Kebangkitan Olahraga Nasional)
Iwan menjelaskan dari data yang ada, membatasi mobilitas penduduk melalui pemberlakuan PSBB akan menekan angka penambahan kasus Covid-19. Di sisi lain walaupun PSBB diperlonggar, dengan diiringi disiplin protokol kesehatan, hal itu juga akan mencegah naiknya kasus Covid-19.
“Seharusnya ini tidak terjadi kalau protokol kesehatan yang dilakukan karena dari penelitian yang ada sebetulnya protokol kesehatan bisa mencegah naiknya kasus setelah PSBB dilonggarkan. Asal dilakukan dengan cakupan yang besar, konsisten, dan benar. Nah kita masih punya masalah di sini,” sebutnya.
Lebih jauh dia memaparkan, sebanyak 85% penduduk yang berdisiplin memakai masker akan menurunkan transmisi kasus Covid-19 seperti saat diberlakukan PSBB. “Kemudian kalau nanti PSBB-nya sudah mau dilonggarkan, kalau mulai terkendali kemudian PSBB dilonggarkan lagi, itu dari penelitian yang ada itu harusnya cakupan memakai masker 85%. Baru kita bisa mempertahankan seperti kita lakukan PSBB,” lanjutnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito membenarkan mobilitas penduduk berkontribusi terhadap penambahan kasus Covid-19 di Tanah Air. Wiku pun membandingkan data mobilitas penduduk saat PSBB dan PSBB transisi yang diberlakukan di DKI. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
“Jadi kalau kita lihat antara PSBB dan PSBB transisi, terlihat sekali pada PSBB garis-garisnya (pergerakan mobilitas penduduk) tidak terlalu padat, cukup padat tapi tidak terlalu padat dan kelihatan relatif merata di Pulau Jawa,” katanya. (Binti Mufarida/Bima Setiyadi/Arif Budianto)
Untuk mewujudkan kondisi itulah diperlukan kebijakan PSBB yang sesuai dengan aturan agar penduduk dengan transmisi tinggi persebaran Covid-19 mesti tinggal di rumah. “Jadi kita harus memperbanyak penduduk yang tinggal di rumah saja. Itu kan bisa dilakukan dengan PSBB karena sesuai dengan aturan diminta untuk tinggal di rumah saja,” katanya. (Baca juga: Haornas, Momentum Kebangkitan Olahraga Nasional)
Iwan menjelaskan dari data yang ada, membatasi mobilitas penduduk melalui pemberlakuan PSBB akan menekan angka penambahan kasus Covid-19. Di sisi lain walaupun PSBB diperlonggar, dengan diiringi disiplin protokol kesehatan, hal itu juga akan mencegah naiknya kasus Covid-19.
“Seharusnya ini tidak terjadi kalau protokol kesehatan yang dilakukan karena dari penelitian yang ada sebetulnya protokol kesehatan bisa mencegah naiknya kasus setelah PSBB dilonggarkan. Asal dilakukan dengan cakupan yang besar, konsisten, dan benar. Nah kita masih punya masalah di sini,” sebutnya.
Lebih jauh dia memaparkan, sebanyak 85% penduduk yang berdisiplin memakai masker akan menurunkan transmisi kasus Covid-19 seperti saat diberlakukan PSBB. “Kemudian kalau nanti PSBB-nya sudah mau dilonggarkan, kalau mulai terkendali kemudian PSBB dilonggarkan lagi, itu dari penelitian yang ada itu harusnya cakupan memakai masker 85%. Baru kita bisa mempertahankan seperti kita lakukan PSBB,” lanjutnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito membenarkan mobilitas penduduk berkontribusi terhadap penambahan kasus Covid-19 di Tanah Air. Wiku pun membandingkan data mobilitas penduduk saat PSBB dan PSBB transisi yang diberlakukan di DKI. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
“Jadi kalau kita lihat antara PSBB dan PSBB transisi, terlihat sekali pada PSBB garis-garisnya (pergerakan mobilitas penduduk) tidak terlalu padat, cukup padat tapi tidak terlalu padat dan kelihatan relatif merata di Pulau Jawa,” katanya. (Binti Mufarida/Bima Setiyadi/Arif Budianto)
(ysw)