Kepala BPIP: Puncak Kesadaran Nasionalisme Dimotori Anak Muda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi mengungkapkan bahwa sejarah telah membuktikan, puncak dari kesadaran nasionalisme Indonesia dimotori para anak muda dengan gelaran Sumpah Pemuda tahun 1928. Menurutnya para pemuda yang semula berjuang bersifat kedaerahan (primordial) menjadi kesadaran Nasionalisme kebangsaan. Inilah buah dari jerih payah lahirnya kemerdekaan. Sehingga, Nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari peranan pemuda.
“Karena itulah pencapaian masa pergerakan tersebut perlu kembali diteladani generasi muda Indonesia saat ini,” tegas Kepala BPIP Yudian Wahyudi, saat didapuk menjadi keynote speaker pada acara webinar ‘Muda Merdeka, Bicara Bangsa dan Pancasila’ yang diselenggarakan Senat dan Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, di Yogyakarta pada, Jumat (04/09/2020) lalu.
Guru Besar yang pernah nyantri di Pondok Pesantren ini kembali menegaskan, tantangan terhadap kebangsaan tidak berhenti meski sudah merdeka. Ancaman terhadap kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia tetap masih ada. Sebab itulah pemuda diharapkan mengembangkan kemampuan dan kecakapan diri agar bisa mengantisipasi ancaman kebangsaan tersebut.
“Soekarno muda, Hatta muda, bukan hanya berani. Tetapi mereka juga kelompok intelektual. Pemuda yang andal harus terpelajar dan berkualitas,” pesan mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin juga mengingatkan untuk mewaspadai kecenderungan generasi muda melupakan warisan kearifan bangsa. “Jangan sampai seperti Malin Kundang yang melupakan ibunya. Ibu pertiwi dan bahasa Ibu,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa komitmen pada kebangsaan dan Pancasila tidak semata diukur dari frekuensi berdebat tentang Pancasila. Tapi lebih ditentukan oleh perilaku dan tindakan Pancasilais sehari-hari. “Tidak usah banyak berdebat tentang Pancasila. Jadilah Pancasila,” terangnya.
Pada saat yang sama, Mochamad Sodik, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM), menegaskan komitmen UIN Sunan Kalijaga pada nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila. “Semoga ke depan kami akan menghasilkan lulusan yang berdaya saing sekaligus berjiwa Pancasila,” ujarnya.
Webinar menghadirkan pembicara Dr. Ali Imron (Kaprodi Ilmu Al-Qur’an Tafsir), Resti Lutfiani (Gerakan Pembumian Pancasila), dan Ulin Nuha Ahmad (alumni FISHUM). Webinar diikuti tidak kurang dari 120 orang dari UIN Sunan Kalijaga dan masyarakat umum.
“Karena itulah pencapaian masa pergerakan tersebut perlu kembali diteladani generasi muda Indonesia saat ini,” tegas Kepala BPIP Yudian Wahyudi, saat didapuk menjadi keynote speaker pada acara webinar ‘Muda Merdeka, Bicara Bangsa dan Pancasila’ yang diselenggarakan Senat dan Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, di Yogyakarta pada, Jumat (04/09/2020) lalu.
Guru Besar yang pernah nyantri di Pondok Pesantren ini kembali menegaskan, tantangan terhadap kebangsaan tidak berhenti meski sudah merdeka. Ancaman terhadap kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia tetap masih ada. Sebab itulah pemuda diharapkan mengembangkan kemampuan dan kecakapan diri agar bisa mengantisipasi ancaman kebangsaan tersebut.
“Soekarno muda, Hatta muda, bukan hanya berani. Tetapi mereka juga kelompok intelektual. Pemuda yang andal harus terpelajar dan berkualitas,” pesan mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin juga mengingatkan untuk mewaspadai kecenderungan generasi muda melupakan warisan kearifan bangsa. “Jangan sampai seperti Malin Kundang yang melupakan ibunya. Ibu pertiwi dan bahasa Ibu,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa komitmen pada kebangsaan dan Pancasila tidak semata diukur dari frekuensi berdebat tentang Pancasila. Tapi lebih ditentukan oleh perilaku dan tindakan Pancasilais sehari-hari. “Tidak usah banyak berdebat tentang Pancasila. Jadilah Pancasila,” terangnya.
Pada saat yang sama, Mochamad Sodik, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM), menegaskan komitmen UIN Sunan Kalijaga pada nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila. “Semoga ke depan kami akan menghasilkan lulusan yang berdaya saing sekaligus berjiwa Pancasila,” ujarnya.
Webinar menghadirkan pembicara Dr. Ali Imron (Kaprodi Ilmu Al-Qur’an Tafsir), Resti Lutfiani (Gerakan Pembumian Pancasila), dan Ulin Nuha Ahmad (alumni FISHUM). Webinar diikuti tidak kurang dari 120 orang dari UIN Sunan Kalijaga dan masyarakat umum.
(srf)