Merajut Kembali Kebinekaan demi Membangun Peradaban Indonesia

Rabu, 18 Desember 2024 - 05:36 WIB
loading...
A A A
Di sisi lain, keakuran antar komponen bangsa harus dirajut ulang, pascapilpres, pileg dan pilkada 2024. Para elit prominen di Indonesia harus mampu menjaga stabilitas kohesivitas masyarakat akar rumput dengan tidak memproduksi narasi-narasi insinuatif dan melempar postulat politik yang kabur sehingga masyarakat awam yang sedang ‘terbakar’ karena calon-calon yang didukung kalah, mencercap sebagai kebenaran sehingga situasi menjadi chaos dan disorder yang akan berimplikasi terhadap ‘pembangkangan’ terhadap pemerintahan yang baru, sehingga menimbulkan disintegrasi bangsa, di saat kita membutuh persatuan dan kesatuan untuk membangun NKRI agar dapat sejajar dengan negara-negara raksasa di dunia.

Para politisi harus mengajari konstituennya, bahwa demokrasi bukanlah berbeda dalam kebencian, caci makian, dan baku hantam, karena demokrasi sejatinya berisikan dialektika gagasan demi kemajuan berkesinambungan bangsa Indonesia. Setiap anak bangsa harus bersikap aposteriori dan mulai menanggalkan sikap apriori dalam kehidupan berbangsa agar tercipta kohesivitas dan harmoni bersama demi menjadi sebuah bangsa yang unggul, terdepan, dan berperadaban.

Dalam diskursus keindonesiaan, para pemimpin Indonesia tidaklah dihadapkan pada perang fisik dewasa ini, melainkan 'perang' program. Pelbagai program heroik untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia harus terus digulirkan, hingga pengurangan bahkan pengentasan jumlah masyarakat miskin di Indonesia benar-benar terealisasikan. Program mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga anak-anak Indonesia ter-upgrade pendidikan mereka minimal 12 tahun juga harus terus ditindaklanjuti, dan dapat benar-benar dirasakan oleh jutaan anak Indonesia terutama pada kawasan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia juga menjadi prioritas pemimpin, sehingga tidak ada lagi warga Indonesia yang merasa ditelantarkan atau dianaktirikan bahkan di negerinya sendiri. Menyejahterakan rakyat Indonesia adalah hal lain yang sangat fundamental. Tidak ada lagi berita di media massa bahwa terdapat rakyat Indonesia yang mengalami malnutrisi, stunting, busung lapar, atau bahkan tidur di kolong jembatan, karena pemimpin yang heroik akan berpikir keras bagaimana menyediakan perumahan murah bagi warga negaranya.

Pada akhirnya, tugas para pemimpin adalah menunjukkan keheroikannya dengan berbagai terobosan program kerakyatan sebagai legacy yang bernilai tambah guna meneruskan catatan sejarah bangsanya, dan hal tersebut, dapat dicapai hanya dengan kembali merajut kebhinekaan demi membangun peradaban Indonesia.

Semoga!
Wallahu A'lamu Bishawab.
(zik)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2461 seconds (0.1#10.140)