Hardikan dan Candaan: Ketika Komunikasi Menjadi Luka Psikologis

Rabu, 04 Desember 2024 - 13:29 WIB
loading...
A A A
Untuk memutus siklus perundungan, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi komunikasi psikologi. Literasi ini mencakup pemahaman tentang komunikasi empati, asertivitas, dan kesadaran emosional.

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain sebelum berkata atau bertindak. Asertivitas adalah soal cara menyampaikan pendapat tanpa menyakiti perasaan orang lain. Dan, Kesadaran emosional merupakan pemahaman kita bahwa setiap kata memiliki konsekuensi psikologis.

Kampanye edukasi seperti "Bicara Baik" yang digaungkan Perhimpunan Humas Indonesia (Perhumas) dan didukung Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dapat menjadi langkah menarik yang efektif. Dengan mendorong budaya komunikasi yang lebih positif, masyarakat dapat belajar untuk menghindari ucapan atau tindakan yang merugikan orang lain.

Di sisi lain, masyarakat juga harus pro-aktif melakukan langkah bersama menciptakan budaya komunikasi yang lebih baik. Sekolah misalnya, perlu menyediakan materi khusus tentang dampak perundungan dan pentingnya komunikasi yang sehat untuk siswanya, serta mengajak para pengajar (termasuk guru) dan orangtua mengembangkan komunikasi yang lebih baik dan kemampuan mendeteksi tanda-tanda perundungan dan cara menanganinya.

Sekolah dan komunitas juga perlu menyediakan layanan konseling untuk korban perundungan. Sementara itu, pemerintah juga hadir dengan regulasi yang lebih baik menerapkan kebijakan anti-bullying yang tegas di lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Ucapan, baik dalam bentuk candaan atau hardikan, bukanlah hal sepele. Kata-kata memiliki kekuatan untuk membangun atau meruntuhkan seseorang. Di tangan yang salah, komunikasi bisa menjadi senjata yang menyakitkan. Namun, jika digunakan dengan baik, komunikasi bisa menjadi alat untuk saling mendukung dan membangun.

"We are masters of the unsaid words, but slaves of those we let slip out," begitulah ungkapan Winston Churchill tentang kekuatan dan tanggung jawab dalam komunikasi. Kita sepenuhnya mengendalikan kata-kata yang belum kita ucapkan dan memiliki kebebasan memilih pesan yang akan kita sampaikan. Komunikasi yang bijak berawal dari cara berpikir yang baik, mempertimbangkan dampak, dan pemilihan cara komunikasi.

Kata yang telah terucap keluar dari kendali kita, dan dapat berdampak kebaikan. Di sisi lain, pesan yang mengandung perundungan ataupun bullying berpotensi disalahartikan, melukai perasaan, atau menciptakan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Kita menjadi "budak" dari kata-kata yang kita keluarkan tersebut, karena harus menghadapi dampaknya, baik positif maupun negatif. Dengan memahami dampak psikologis dari kata-kata, kita dapat menciptakan pesan positif yang lebih sehat, di mana setiap orang merasa dihargai dan didengarkan. Seperti kata pepatah, "Kata-kata itu seperti pedang, gunakanlah dengan bijak." Mari kita mulai berbicara dengan lebih baik, agar kita tidak hanya menyembuhkan luka, tetapi juga mencegahnya terjadi.
(cip)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0907 seconds (0.1#10.140)