Kisah Pertemanan Mahfud dan Luhut: Setiap Minggu Saya Dikirimi Uang Tiket dan Pulsa
loading...
A
A
A
Namun ketika terpilih menjadi Anggota DPR, Mahfud MD meminta Luhut tidak lagi memberinya uang karena menurut undang-undang tidak diperbolehkan. Namun Luhut bersikeras tetap memberikan bantuan uang seperti biasa, sehingga akhirnya Mahfud diangkat menjadi komisaris di perusahaannya.
"Itu bulan November tahun 2006, saya masih ingat masih ada akta notarisnya, saya komisaris utama ya setiap bulan dapatlah karena kerja kan. Yang ngantari uang kepada saya atau ngirim lewat bank itu Mbak Uli, istri Pak Maruli (KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak)," tutur Mahfud.
Sementara Luhut mengaku tidak mengingat-ingat bantuan apa yang telah diberikan kepada Mahfud MD. Namun menurutnya tidak ada ruginya membantu teman-temannya.
"Saya tidak merasa rugi memberikan bantuan kepada teman-teman saya, termasuk Pak Mahfud. Jika kita berbagi, kebahagiaan kita akan berlipat," ujar Luhut.
Ketika diangkat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD harus mematuhi aturan yang melarang hakim menerima uang atau bantuan eksternal. Meski begitu, Luhut tetap mendukungnya dengan cara lain. "Waktu saya menjadi Ketua MK, saya mengundurkan diri dari perusahaan yang dikelola Pak Luhut. Tapi, kami tetap berkomunikasi dan saling mendukung," kata Mahfud.
Luhut, dengan penuh keikhlasan, berkata bahwa bantuan yang ia berikan bukanlah hal besar, tetapi lebih kepada nilai berbagi dan membantu teman-teman yang membutuhkan. "Bagi saya, itu bukan soal uang. Persahabatan adalah tentang saling mendukung dan berbagi kebahagiaan," ujar Luhut.
Bagi keduanya, hubungan ini jauh lebih dari sekadar persahabatan politik atau dunia bisnis. Itu adalah tentang kesetiakawanan yang dibangun dan dipupuk dengan penuh cinta dan pengertian, yang dimulai sejak zaman Gus Dur.
"Gus Dur yang menyatukan kami. Gus Dur yang mengajarkan kami tentang persahabatan sejati, tentang berbagi, dan tentang kesetiaan," kata Mahfud, mengenang sosok Gus Dur yang selalu mempersatukan mereka dengan caranya yang penuh kehangatan dan kearifan.
Lihat Juga: Panggilan Yang Mulia bagi Hakim Berlebihan, Mahfud MD: Lebih Layak Disebut Yang Terhinakan
"Itu bulan November tahun 2006, saya masih ingat masih ada akta notarisnya, saya komisaris utama ya setiap bulan dapatlah karena kerja kan. Yang ngantari uang kepada saya atau ngirim lewat bank itu Mbak Uli, istri Pak Maruli (KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak)," tutur Mahfud.
Sementara Luhut mengaku tidak mengingat-ingat bantuan apa yang telah diberikan kepada Mahfud MD. Namun menurutnya tidak ada ruginya membantu teman-temannya.
"Saya tidak merasa rugi memberikan bantuan kepada teman-teman saya, termasuk Pak Mahfud. Jika kita berbagi, kebahagiaan kita akan berlipat," ujar Luhut.
Ketika diangkat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD harus mematuhi aturan yang melarang hakim menerima uang atau bantuan eksternal. Meski begitu, Luhut tetap mendukungnya dengan cara lain. "Waktu saya menjadi Ketua MK, saya mengundurkan diri dari perusahaan yang dikelola Pak Luhut. Tapi, kami tetap berkomunikasi dan saling mendukung," kata Mahfud.
Luhut, dengan penuh keikhlasan, berkata bahwa bantuan yang ia berikan bukanlah hal besar, tetapi lebih kepada nilai berbagi dan membantu teman-teman yang membutuhkan. "Bagi saya, itu bukan soal uang. Persahabatan adalah tentang saling mendukung dan berbagi kebahagiaan," ujar Luhut.
Bagi keduanya, hubungan ini jauh lebih dari sekadar persahabatan politik atau dunia bisnis. Itu adalah tentang kesetiakawanan yang dibangun dan dipupuk dengan penuh cinta dan pengertian, yang dimulai sejak zaman Gus Dur.
"Gus Dur yang menyatukan kami. Gus Dur yang mengajarkan kami tentang persahabatan sejati, tentang berbagi, dan tentang kesetiaan," kata Mahfud, mengenang sosok Gus Dur yang selalu mempersatukan mereka dengan caranya yang penuh kehangatan dan kearifan.
Lihat Juga: Panggilan Yang Mulia bagi Hakim Berlebihan, Mahfud MD: Lebih Layak Disebut Yang Terhinakan
(abd)