Korona Masih Ada

Senin, 31 Agustus 2020 - 06:37 WIB
loading...
Korona Masih Ada
Banyak masyarakat justru merasa korona sudah hilang. Tak jarang kita melihat kerumuman-kerumunan di tempat umum. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
TREN kenaikan kasus positif korona masih terus terjadi. Berbagai upaya pencegahan dan penanganan agar Covid-19 tak meluas sepertinya belum sesuai harapan. Jumlah kasus positif korona menjadi buktinya.

Data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Minggu (30/8) menyebutkan, terjadi kasus penambahan sebanyak 2.858 kasus sehingga secara akumulasi menjadi 172.053 kasus. Dari jumlah tersebut, Provinsi DKI Jakarta menjadi menjadi penyumbang harian terbanyak kasus positif yakni 1.094 kasus. Kedua, Jawa Timur (466 kasus), diikuti Kalimantan Timur (197 kasus) dan Jawa Tengah (138 kasus).

Dari data di atas terlihat bahwa persebaran Covid-19 masih belum terkendali, terutama di Ibukota Jakarta. Jika di negara-negara lain otoritasnya sedang sibuk meredam gelombang kedua korona, di sini gelombang pertama pun entah kapan berakhirnya.

Usaha-usaha mencegah penyebaran korona sesungguhnya sudah dilakukan sejak awal penyebaran Covid-19 di Tanah Air pada Maret lalu. Namun, berbagai kebijakan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) belum terasa optimal. Beragam perangkat aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah juga belum efektif menekan angka positif korona.

Di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, kebijakan PSBB berulang kali diperpanjang. PSBB tersebut makin ke sini kian diperlonggar dengan aneka modifikasi. Ada yang memberikan istilah PSBB transisi, PSBB proporsional, PSBB pra-adaptasi kebiasaan baru dan lain-lain.

Istilah-istilah tersebut seiring dengan pelonggaran PSBB yang sesungguhnya tidak pernah ketat dalam pelaksanaanya. Kekhawatiran bakal macetnya ekonomi masyarakat menjadi pertimbangan para pembuat kebijakan. Hasilnya, seperti sudah ditebak. Jumlah positif korona terus menanjak. Ekonomi pun tak terselamatkan. Di kuartal II/2020 terjadi konstraksi alias penurunan angka pertumbuhan ekonomi sebesar -5,32%.

Melonggarnya PSBB pada akhir Juni 2020, di satu sisi memberikan kesempatan kepada para pelaku usaha yang sempat tutup selama tiga bulan sebelumya untuk kembali beroperasi. Ini bisa terlihat dari aktivitas pusat perbelanjaan yang sudah mulai kembali buka secara bertahap.

Namun, tampaknya pelonggaran PSBB ini justru malah kebablasan. Banyak masyarakat justru merasa korona sudah hilang. Tak jarang kita melihat kerumuman-kerumunan di tempat umum. Warung-warung kopi dan restoran pun kembali dipadati pengunjung. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga mengakui, disiplin masyarakat masih rendah dalam menerapkan protokol kesehatan.

Pelonggaran PSBB juga berdampak pada aktivitas transportasi umum yang perlahan bangkit. Puncaknya, pada musim liburan 17–23 Agustus lalu jumlah penumpang kereta jarak jauh melonjak hingga 88%. Di sektor angkutan udara pun demikian. Operator Bandara Soekarno Hatta menyebut, terjadi kenaikan pergerakan jumlah penumpang yang mencapai 1,9 juta orang sepanjang periode 1-28 Agustus 2020. Angka itu naik 41% dibanding periode Juli lalu yang hanya 1,34 juta penumpang.

Yang juga terlihat adalah pergerakan kendaraan pribadi dari Jakarta menuju berbagai kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan catatan Jasa Marga, perusahaan operator jalan tol, kenaikan trafik pada liburan hari kemerdekaan mencapai hampir 40%. Bahkan, pada saat liburan Iduladha lalu, kenaikan jumlah trafiknya mencapai 50% dibanding hari biasa.

Melihat kembali bergeliatnya roda ekonomi, di satu sisi memberikan harapan di kuartal III/2020 akan membaik. Apalagi berbagai stimulus untuk menggenjot konsumsi secara hampir serentak diberikan kepada masyarakat terdampak. Mulai dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), pekerja bergaji di bawah Rp5 juta dan gaji ke-13 bagi PNS mulai dicairkan. Sebelumnya, masyaraakat terdampak lain juga diberikan bantuan dalam bentuk uang tunai melalui bantuan langsung tunai dan sembako.

Berbagai bantuan tunai tersebut diharapkan dapat menggenjot daya beli masyarakat sehingga sektor konsumsi kembali tumbuh. Namun, melihat kondisi penyebaran Covid-19 yang masih terus terjadi, sepertinya agak berat bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi. Kekhawatiran akan pandemi yang masih belum ketahuan kapan akan berakhir, membuat masyarakat cenderung lebih berhemat. Pilihan itu cukup realistis mengingat tidak ada jaminan korona menghilang meski vaksin sudah diujicobakan.
(ras)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0993 seconds (0.1#10.140)