Partai Islam di Indonesia Sudah Menjelma Menjadi Partai Sekuler
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan partai Islam di Indonesia telah mendorong sejumlah akademisi untuk meneliti lebih dalam mengenai peran dan eksistensi mereka. Termasuk dalam isu-isu kebangsaan yang berkembang seperti praktik oligarki politik.
Menurut Dekan FISIP UIN Jakarta, Ali Munhanif, tanpa mengecualikan partai tertentu yang berbasis Islam, keberadaan partai Islam di Indonesia disebutnya telah menjelma menjadi partai sekuler.
"Dalam perkembangan partai politik di Indonesia, partai Islam akan dicatat dalam sejarah dari ideologi menjadi partai sekuler," tutur Ali dalam diskusi akhir tahun bertajuk 'Partai Politik dan Kecenderungan Oligarki Politik' di Auditorium Bahtiar Effendy FISIP UIN Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Ali mengatakan, hampir seluruh partai Islam di Indonesia telah mengubah warna mereka menjadi partai yang sekuler. Dia menduga, perubahan ini didasari kepentingan masing-masing partai dalam mentransformasikan nilai-nilai demokrasi yang terus berkembang.
Masalahnya, transformasi tersebut tanpa memberikan dampak terhadap kemajuan partai. Alih-alih menjadi partai penguasa, keberadaan partai Islam hanya bertengger di posisi tengah dan masih kalah dengan partai nasionalis-sekuler lainnya. "Padahal partai Islam saat ini tidak memiliki beban yang berkaitan dengan agenda keagamaan," ujarnya.
Lebih jauh Ali mengatakan, partai Islam justru ikut dalam arus perpolitikan dengan memaklumi praktik oligarki dan pada saat yang sama, terjebak dalam kartel politik. Menurut Ali, sikap yang demikian agak dimaklumi mengingat sistem politik yang tumbuhkembang saat ini berbasis elektoral murni.
"Saya lebih melihat kasusnya, oligarki ini lebih dipraktikan oleh segelintir orang. Kalau di partai Islam biasanya memanfaatnya budaya, culture, bisa kiai, ulama dan tokoh ormas dan lain sebagainya," kata dia.
Menurut Dekan FISIP UIN Jakarta, Ali Munhanif, tanpa mengecualikan partai tertentu yang berbasis Islam, keberadaan partai Islam di Indonesia disebutnya telah menjelma menjadi partai sekuler.
"Dalam perkembangan partai politik di Indonesia, partai Islam akan dicatat dalam sejarah dari ideologi menjadi partai sekuler," tutur Ali dalam diskusi akhir tahun bertajuk 'Partai Politik dan Kecenderungan Oligarki Politik' di Auditorium Bahtiar Effendy FISIP UIN Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Ali mengatakan, hampir seluruh partai Islam di Indonesia telah mengubah warna mereka menjadi partai yang sekuler. Dia menduga, perubahan ini didasari kepentingan masing-masing partai dalam mentransformasikan nilai-nilai demokrasi yang terus berkembang.
Masalahnya, transformasi tersebut tanpa memberikan dampak terhadap kemajuan partai. Alih-alih menjadi partai penguasa, keberadaan partai Islam hanya bertengger di posisi tengah dan masih kalah dengan partai nasionalis-sekuler lainnya. "Padahal partai Islam saat ini tidak memiliki beban yang berkaitan dengan agenda keagamaan," ujarnya.
Lebih jauh Ali mengatakan, partai Islam justru ikut dalam arus perpolitikan dengan memaklumi praktik oligarki dan pada saat yang sama, terjebak dalam kartel politik. Menurut Ali, sikap yang demikian agak dimaklumi mengingat sistem politik yang tumbuhkembang saat ini berbasis elektoral murni.
"Saya lebih melihat kasusnya, oligarki ini lebih dipraktikan oleh segelintir orang. Kalau di partai Islam biasanya memanfaatnya budaya, culture, bisa kiai, ulama dan tokoh ormas dan lain sebagainya," kata dia.
(cip)