Indonesia Re Institute Ajak Stakeholders Mitigasi Potensi Gempa Megathrust

Jum'at, 11 Oktober 2024 - 22:07 WIB
loading...
Indonesia Re Institute...
Indonesia Re Institute ajak stakeholders mitigasi potensi gempa megathrust. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Indonesia Re Institute mengajak stakeholders untuk melakukan langkah mitigasi terhadap potensi gempa megathrust. Hal itu penting mengingat Indonesia berada di daerah rawan bencana.

Upaya mitigasi bencana tersebut dibahas dalam webinar bertajuk “Potensi Gempa Megathrust: Identifikasi Bahaya, Potensi Kerugian, dan Langkah Mitigasi”. Kegiatan ini mengajak para stakeholders membahas isu krusial terkait bahaya gempa megathrust, strategi mitigasi, dan peran industri asuransi dalam mengelola risiko finansial akibat bencana alam.

Hadir dalam diskusi tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kegiatan ini merupakan bagian dari program iLearn, yang diinisiasi Indonesia Re Institute untuk memperkuat kapabilitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi risiko bencana.



Acara ini dihadiri 278 peserta yang terdiri dari berbagai profesional di sektor asuransi dan reasuransi, yang berperan penting dalam manajemen risiko, evaluasi klaim, dan pengambilan keputusan strategis di perusahaan mereka masing-masing.

Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Beatrix Santi Anugerah mengatakan, Indonesia berada di wilayah rawan bencana, termasuk potensi gempa megathrust yang dapat memberikan risiko signifikan bagi berbagai sektor, terutama asuransi, dan reasuransi.



"Kolaborasi yang kuat antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi potensi risiko bencana megathrust," kata Beatrix Santi, Jumat (11/10/2024)

BMKG mencatat di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust, terutama yang bisa menimbulkan dampak bencana dari skala ringan hingga berat. Karena itu, diperlukan kewaspadaan, kesiapan dan mitigasi risiko dari berbagai sektor.

Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Septa Anggraini mengatakan, pihaknya telah membangun sistem end-to-end yang memonitor dan mendeteksi gempa.

"Sistem ini mengolah data seismograf menjadi informasi yang kemudian disampaikan kepada pemerintah, sehingga tindakan atau kebijakan yang tepat dapat segera diambil untuk melindungi masyarakat," katanya.

Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Udrekh menjelaskan, siklus kegempaan yang terjadi saat ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi terjadinya gempa di masa depan. Informasi ini sangat penting bagi asuransi dalam menghitung risiko terjadinya bencana berdasarkan waktu terakhir sebuah segmen gempa aktif.

"BNPB bekerja sama dengan para pakar untuk menghasilkan peta bahaya dan risiko bencana. Peta ini menjadi alat penting dalam mitigasi bencana serta dalam perhitungan potensi kerugian, baik dari perspektif asuransi maupun ekonomi," katanya.

Akademisi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Irwan Meilano menyoroti pentingnya membangun ketahanan bangsa dalam menghadapi gempa juga menjadi prioritas. Dengan model perhitungan probabilitas, kita dapat mengestimasi potensi kerugian akibat gempa, termasuk pada bangunan seperti sekolah yang sering rusak akibat guncangan atau tsunami. Hal ini penting untuk mitigasi di berbagai daerah yang berisiko.

"Melalui data historis dan analisis yang baik, kita bisa memprediksi potensi kerugian, walaupun kita tidak bisa memastikan kapan gempa akan terjadi," kata Irwan.

(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1051 seconds (0.1#10.140)