Nadiem: Banyak Guru Sudah Positif Covid-19 Sebelum Sekolah Dibuka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim tak ingin pembukaan sekolah dijadikan dalih meluasnya penyebaran virus Corona, seperti terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur. Dia mengatakan, sebenarnya banyak guru sudah terinfeksi Covid-19 sebelum pembelajaran tatap muka kembali dibuka.
Nadiem menerangkan, para guru tersebut selama proses Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) tetap berkegiatan di sekolah. Banyak dari mereka pun tidak menyadari kalau terinfeksi Covid-19. Ketika ada rencana pembelajaran tatap muka kembali, barulah mereka dites dan ketahuan positif mengidap Covid-19.
"Kita tidak tahu mereka positif sampai adanya rencana pembukaan, sekolah mau tatap muka, ketahuan gurunya positif," ujar Nadiem saat Rapat Kerja dengan Komisi X DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020).
(Baca: Akhirnya Pemerintah Alokasikan Rp9 Triliun untuk Pulsa Siswa dan Guru)
Setelah diketahui ada beberapa guru yang terinfeksi, kata Nadiem, sekolah-sekolah yang ditemukan ada kasus pun langsung ditutup kembali. "Sesuai apa yang Presiden sebutkan, harus ada rem dan gas. Beberapa kasus yang gurunya positif, kami investigasi, itu kebanyakan pas PJJ, bukan karena kebijakan relaksasi, tapi karena kondisi infeksi yang sudah terjadi sebelumnya yang baru ketahuan saat kita berencana tatap muka," tuturnya.
Nadiem pun mengingatkan bahwa mengenai kebijakan kembali sekolah di zona hijau dan kuning, merupakan hak dan tanggung jawab pemda masing-masing. "Karena mereka yang lebih tahu kondisi riil di lapangan, baik hak maupun tanggung jawab di zona kuning dan hijau itu adalah Pemda," katanya.
Menurut Nadiem, misi terpenting Kemendikbud sekarang adalah bagaimana mengembalikan anak-anak ke sekolah dengan seaman mungkin dan secepat mungkin. "Kita tidak ingin terlalu panjang kita melakukan kegiatan tanpa tatap muka sama sekali. Ini hal yang sangat sulit karena terkait stakeholders dan opini publik yang berbeda-beda. Kami cari segala jalan agar anak bisa tatap muka seaman mungkin dan secepat mungkin, itu sulitnya," tuturnya.
Nadiem menerangkan, para guru tersebut selama proses Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) tetap berkegiatan di sekolah. Banyak dari mereka pun tidak menyadari kalau terinfeksi Covid-19. Ketika ada rencana pembelajaran tatap muka kembali, barulah mereka dites dan ketahuan positif mengidap Covid-19.
"Kita tidak tahu mereka positif sampai adanya rencana pembukaan, sekolah mau tatap muka, ketahuan gurunya positif," ujar Nadiem saat Rapat Kerja dengan Komisi X DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020).
(Baca: Akhirnya Pemerintah Alokasikan Rp9 Triliun untuk Pulsa Siswa dan Guru)
Setelah diketahui ada beberapa guru yang terinfeksi, kata Nadiem, sekolah-sekolah yang ditemukan ada kasus pun langsung ditutup kembali. "Sesuai apa yang Presiden sebutkan, harus ada rem dan gas. Beberapa kasus yang gurunya positif, kami investigasi, itu kebanyakan pas PJJ, bukan karena kebijakan relaksasi, tapi karena kondisi infeksi yang sudah terjadi sebelumnya yang baru ketahuan saat kita berencana tatap muka," tuturnya.
Nadiem pun mengingatkan bahwa mengenai kebijakan kembali sekolah di zona hijau dan kuning, merupakan hak dan tanggung jawab pemda masing-masing. "Karena mereka yang lebih tahu kondisi riil di lapangan, baik hak maupun tanggung jawab di zona kuning dan hijau itu adalah Pemda," katanya.
Menurut Nadiem, misi terpenting Kemendikbud sekarang adalah bagaimana mengembalikan anak-anak ke sekolah dengan seaman mungkin dan secepat mungkin. "Kita tidak ingin terlalu panjang kita melakukan kegiatan tanpa tatap muka sama sekali. Ini hal yang sangat sulit karena terkait stakeholders dan opini publik yang berbeda-beda. Kami cari segala jalan agar anak bisa tatap muka seaman mungkin dan secepat mungkin, itu sulitnya," tuturnya.
(muh)