Kementan Dorong Pemasaran Digital untuk Tingkatkan Hasil Komoditas
loading...
A
A
A
BOGOR - UPLAND Project Kementerian Pertanian menggelar pelatihan publikasi media pada pendamping petani di 13 daerah binaan di seluruh Indonesia. Pelatihan digelar untuk meningkatkan kemampuan pemasaran digital hasil komoditas di daerah masing-masing.
Project Manajer UPLAND Kementan Muhammad Ikhwan menuturkan di zaman yang serba digital, pelatihan pemasaran perlu digalakkan untuk meningkatkan kompetensi para pendamping UPLAND Project.
"Sekarang sudah zamannya digital, konvensional ya mungkin beberapa produk. Meskipun sampai sekarang semuanya sudah beralih ke pemasaran digital, marketplace, dan online," ujar Ikhwan saat memberikan arahan kepada para peserta dalam pelatihan di Bogor, Senin (9/9/2024).
Dia menekankan pentingnya pelatihan pemasaran digital di era saat ini. Meskipun beberapa produk masih menggunakan pemasaran konvensional, dominasi pemasaran digital menjadi sangat penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Setelah pelatihan, pendamping dari 13 lokasi UPLAND termasuk penambahan Cirebon tahun 2025 dapat beradaptasi dengan strategi pemasaran digital.
"Perubahan dari pemasaran konvensional ke digital merupakan langkah penting untuk memastikan produk kita dapat bersaing di pasar online," ucapnya.
Pelatihan ini juga diharapkan dapat memberikan bekal yang memadai bagi peserta untuk menerapkan strategi yang telah dipelajari di daerah masing-masing.
UPLAND Project yang awalnya direncanakan berakhir pada 2024 kini diperpanjang hingga 2026 dengan pertimbangan dana dan kebijakan pemerintah. Proyek ini telah melibatkan investasi sebesar Rp1,8 triliun dengan alokasi untuk pelatihan dan pengembangan infrastruktur yang sangat signifikan.
Ikhwan berharap investasi ini tidak hanya memberikan dampak langsung, tetapi juga meninggalkan legacy yang dapat dimanfaatkan di masa depan.
"K yang pertama itu adalah kualitas yang baik. Sudahkah produk UPLAND kita yang dihasilkan memenuhi unsur kualitas yang baik. K yang kedua adalah kuantitas atau jumlahnya, harus sesuai dengan yang diminta pasar. Kita kontrak, sanggup berapa setiap bulan, sekian ton. K ketiga adalah kontinuitas, keberlanjutan harus terus menerus. Jangan bulan ini ada, bulan depan nggak ada," ungkapnya.
Project Manajer UPLAND Kementan Muhammad Ikhwan menuturkan di zaman yang serba digital, pelatihan pemasaran perlu digalakkan untuk meningkatkan kompetensi para pendamping UPLAND Project.
"Sekarang sudah zamannya digital, konvensional ya mungkin beberapa produk. Meskipun sampai sekarang semuanya sudah beralih ke pemasaran digital, marketplace, dan online," ujar Ikhwan saat memberikan arahan kepada para peserta dalam pelatihan di Bogor, Senin (9/9/2024).
Dia menekankan pentingnya pelatihan pemasaran digital di era saat ini. Meskipun beberapa produk masih menggunakan pemasaran konvensional, dominasi pemasaran digital menjadi sangat penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Setelah pelatihan, pendamping dari 13 lokasi UPLAND termasuk penambahan Cirebon tahun 2025 dapat beradaptasi dengan strategi pemasaran digital.
"Perubahan dari pemasaran konvensional ke digital merupakan langkah penting untuk memastikan produk kita dapat bersaing di pasar online," ucapnya.
Pelatihan ini juga diharapkan dapat memberikan bekal yang memadai bagi peserta untuk menerapkan strategi yang telah dipelajari di daerah masing-masing.
UPLAND Project yang awalnya direncanakan berakhir pada 2024 kini diperpanjang hingga 2026 dengan pertimbangan dana dan kebijakan pemerintah. Proyek ini telah melibatkan investasi sebesar Rp1,8 triliun dengan alokasi untuk pelatihan dan pengembangan infrastruktur yang sangat signifikan.
Ikhwan berharap investasi ini tidak hanya memberikan dampak langsung, tetapi juga meninggalkan legacy yang dapat dimanfaatkan di masa depan.
"K yang pertama itu adalah kualitas yang baik. Sudahkah produk UPLAND kita yang dihasilkan memenuhi unsur kualitas yang baik. K yang kedua adalah kuantitas atau jumlahnya, harus sesuai dengan yang diminta pasar. Kita kontrak, sanggup berapa setiap bulan, sekian ton. K ketiga adalah kontinuitas, keberlanjutan harus terus menerus. Jangan bulan ini ada, bulan depan nggak ada," ungkapnya.