Ambisi Prabowo di Laut, Antara Asa dan Realita
loading...
A
A
A
KRI Irian bahkan menjadi tulang punggung Indonesia saat melakukan Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Papua Barat. Kehadirannya telah menggentarkan kapal induk Belanda, HNLMS Karel Doorman. Berbagai alutsista matra laut yang ditumpuk pemerintah era Orde Lama pun tidak sebatas menjadikan TNI AL terkuat di ASEAN, tapi memposisikan Indonesia sebagai negara terkuat di belahan bumi bagian selatan.
Capaian ambisi Prabowo mengembalikan kejayaan Indonesia di lautan masih jauh bisa menyamai era Soekarno. Untuk kapal selam misalnya, Indonesia saat ini baru memiliki empat kapal selam plus dua kapal selam Scorpene Evolved yang akan dibangun di PT PAL. Sedangkan destroyer sudah tidak punya semenjak KRI Irian purna tugas.
Apalagi jika dibandingkan dengan kekuatan beberapa negara yang berada di bumi bagian selatan seperti Australia dan India. Dibanding Australia misalnya. Negeri Kanguru itu sudah memiliki tiga destroyer Hobart Class dan tengah membangun 3-5 kapal selam bertenaga nuklir, Virginia Class.
Negara benua yang bertetangga langsung dengan Indonesia itu dipastikan semakin memperkuat otot di lautan demi mengimbangi China, karena telah mengumumkan menyiapkan anggaran Rp113,5 triliun untuk periode satu dekade ke depan demi melipatgandakan armada lautnya, dan menjadikan angkatan lautnya terkuat sejak akhir Perang Dunia II.
Begitupun dibanding India, Indonesia masih tertinggal. Negara anak benua itu saat ini memiliki satu kapal induk aktif -INS Vikrant berbobot 40.000 ton, 10 kapal destroyer, dan 16 kapal selam - satu di antaranya kapal selam rudal balistik. Lebih dahsyat lagi, negeri tersebut memiliki senjata nuklir.
Namun, harus diakui kebijakan Prabowo meningkatkan kekuatan TNI AL menunjukkan progresivitas dibanding era sebelumnya. Berbagai akuisisi dan modernisasi -bukan hanya untuk kapal perang, tapi juga beragam alutsista lain yang dibutuhkan TNI AL- telah mengakselerasi target Minimum Essential Force (MEF) 2019-2024 dan memberi fondasi sekaligus kerangka kokoh untuk membangun kekuatan TNI AL lebih tangguh, berdaya gentar yang mampu mengimbangi kekuatan di kawasan dan meningkatkan kesiapan merespons dinamika konflik di kawasan setiap saat.
Walaupun proses memperkuat armada laut belum tuntas, langkah progresif yang ditunjukkan Prabowo saat ini telah menunjukkan perkembangan positif. Salah satu indikatornya adalah penasbihan World Directory of Modern Military Warships (WDMMW) yang menempatkan TNI AL pada posisi ke-4 daftar Peringkat Kekuatan Angkatan Laut Global 2023. Dalam daftarnya, posisi kekuatan ini hanya berada di belakang AS, China, dan Rusia, dengan True Value Rating(TvR) sebesar 137,3 poin.
TvR disebut sebagai indikator penilaian kekuatan militer berdasarkan jumlah alattempur,dukungan logistik, kemampuan serangan, kemampuan pertahanan, dan lain-lainnya. Berdasar data yang dihimpun WDMMW, per Juli 2023 Indonesia memiliki 243 armada tempur laut, dengan rincian 4 kapal selam, 7 fregat, 25 korvet, 9 kapal penyapu ranjau, 168 kapal patrol, dan 30 kapal tempur amfibi.
baca juga: Prabowo Diangkat Jadi Warga Kehormatan Korps Marinir TNI AL
Siapa tidak bangga dengan penilaian fantastis yang disampaikan WDMMW kepada TNI AL. Namun, jika melihat kondisi sesungguhnya, besaran kekuatan TNI lebih mencerminkan kuantitas, karena mayoritas armada laut TNI sudah uzur dan kini tengah menjalani program R-41.
Capaian ambisi Prabowo mengembalikan kejayaan Indonesia di lautan masih jauh bisa menyamai era Soekarno. Untuk kapal selam misalnya, Indonesia saat ini baru memiliki empat kapal selam plus dua kapal selam Scorpene Evolved yang akan dibangun di PT PAL. Sedangkan destroyer sudah tidak punya semenjak KRI Irian purna tugas.
Apalagi jika dibandingkan dengan kekuatan beberapa negara yang berada di bumi bagian selatan seperti Australia dan India. Dibanding Australia misalnya. Negeri Kanguru itu sudah memiliki tiga destroyer Hobart Class dan tengah membangun 3-5 kapal selam bertenaga nuklir, Virginia Class.
Negara benua yang bertetangga langsung dengan Indonesia itu dipastikan semakin memperkuat otot di lautan demi mengimbangi China, karena telah mengumumkan menyiapkan anggaran Rp113,5 triliun untuk periode satu dekade ke depan demi melipatgandakan armada lautnya, dan menjadikan angkatan lautnya terkuat sejak akhir Perang Dunia II.
Begitupun dibanding India, Indonesia masih tertinggal. Negara anak benua itu saat ini memiliki satu kapal induk aktif -INS Vikrant berbobot 40.000 ton, 10 kapal destroyer, dan 16 kapal selam - satu di antaranya kapal selam rudal balistik. Lebih dahsyat lagi, negeri tersebut memiliki senjata nuklir.
Namun, harus diakui kebijakan Prabowo meningkatkan kekuatan TNI AL menunjukkan progresivitas dibanding era sebelumnya. Berbagai akuisisi dan modernisasi -bukan hanya untuk kapal perang, tapi juga beragam alutsista lain yang dibutuhkan TNI AL- telah mengakselerasi target Minimum Essential Force (MEF) 2019-2024 dan memberi fondasi sekaligus kerangka kokoh untuk membangun kekuatan TNI AL lebih tangguh, berdaya gentar yang mampu mengimbangi kekuatan di kawasan dan meningkatkan kesiapan merespons dinamika konflik di kawasan setiap saat.
Walaupun proses memperkuat armada laut belum tuntas, langkah progresif yang ditunjukkan Prabowo saat ini telah menunjukkan perkembangan positif. Salah satu indikatornya adalah penasbihan World Directory of Modern Military Warships (WDMMW) yang menempatkan TNI AL pada posisi ke-4 daftar Peringkat Kekuatan Angkatan Laut Global 2023. Dalam daftarnya, posisi kekuatan ini hanya berada di belakang AS, China, dan Rusia, dengan True Value Rating(TvR) sebesar 137,3 poin.
TvR disebut sebagai indikator penilaian kekuatan militer berdasarkan jumlah alattempur,dukungan logistik, kemampuan serangan, kemampuan pertahanan, dan lain-lainnya. Berdasar data yang dihimpun WDMMW, per Juli 2023 Indonesia memiliki 243 armada tempur laut, dengan rincian 4 kapal selam, 7 fregat, 25 korvet, 9 kapal penyapu ranjau, 168 kapal patrol, dan 30 kapal tempur amfibi.
baca juga: Prabowo Diangkat Jadi Warga Kehormatan Korps Marinir TNI AL
Siapa tidak bangga dengan penilaian fantastis yang disampaikan WDMMW kepada TNI AL. Namun, jika melihat kondisi sesungguhnya, besaran kekuatan TNI lebih mencerminkan kuantitas, karena mayoritas armada laut TNI sudah uzur dan kini tengah menjalani program R-41.