Terpilih Jadi Ketua Kopri PMII, Wulan Raih 175 Suara

Kamis, 22 Agustus 2024 - 20:33 WIB
loading...
Terpilih Jadi Ketua...
Wulan Sari Aliyatus Sholikhah terpilih jadi Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Putri (Kopri) dalam Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) XXI. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 Wulan Sari Aliyatus Sholikhah terpilih sebagai Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Putri (Kopri) dalam Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) XXI di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (22/8/2024). Pemilik gelar S1 jurusan Kimia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2021 itu mengantongi mayoritas suara.

Wulan meraih 175 dari 298 suara. Pemilik gelar magister Ilmu Komunikasi di London School Public Relation itu pun menjadi nakhoda badan tersebut hingga 2027. Diketahui, pemilihan Ketua Kopri tersebut menjadi salah satu agenda utama Kongres PMII XXI di Jakabaring Sport City (JSC).

Wanita kelahiran Bengkulu, 31 Agustus 1994 itu dikenal sebagai aktivis yang cekatan dan piawai dalam memimpin organisasi. Wulan dipercaya memimpin organisasi sekolah seperti OSIS, Pramuka, hingga kepala asrama.



Bakat kepemimpinan Wulan semakin matang saat mengenyam pendidikan strata satu di UIN Syarif Hidayutllah Jakarta. Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Mahasiswa, hingga Unit Kegiatan Mahasiswa bidang bahasa dan olahraga menjadi bagian dari wahana yang menempa karakter seorang Wulan.

Wulan sebagai mahasiswa Nahdliyin tumbuh dan berkembang dalam naungan organisasi PMII. Dia menjadi salah satu kader perempuan yang bersinar dan menerangi jalan bagi kader perempuan lain yang tumbuh dari rahim PMII Ciputat.

Kepemimpinan Wulan sebagai ketua komisariat Fakultas Sains dan Teknologi serta Ketua Kopri Cabang Ciputat diakui dan menjadi inspirasi bagi banyak kader perempuan setelahnya. Tidak sedikit yang menjadikannya sebagai panutan, karena selain pengabdi di berbagai organisasi, ia juga banyak meraih prestasi.

Kejuaraan debat bahasa Arab, Inggris, dan debat ekonomi berhasil diraihnya. Wulan juga kerap menjadi delegasi mahasiswa dalam forum di luar negeri. Wulan melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Komunikasi di London School of Public Relation.

Wulan menilai Kopri merupakan wadah yang memainkan peran penting dalam memberdayakan entitas perempuan melalui berbagai strategi penguatan kapasitas intelektual. Kopri mendorong anggotanya untuk mengembangkan dan mengasah kemampuan setiap individu.

“Upaya pemberdayaan perempuan tidak hanya menciptakan kesetaraan gender dalam lingkungan organisasi ataupun masyarakat, tetapi juga untuk memastikan bahwa progresifitas sebuah organisasi ataupun pembangunan negara didasarkan pada inklusi dan keadilan,” ujarnya.

Dia berharap kader Kopri berdaya secara Individu, mampu mengembangkan keterampilan, bakat, dan potensi yang dimiliki melalui pendidikan formal, pelatihan, maupun ruang mandiri dalam berbagai bidang. Selain itu, berdaya secara individu juga melibatkan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan dan kegagalan dengan tangguh.

“Sehingga, individu yang berdaya juga memiliki tingkat motivasi dan inisiatif yang tinggi,” tuturnya.

Dia juga berharap setiap kader dapat berdaya bersama Kopri dengan adanya elaborasi minat dan bakat kader dan Kopri sebagai organisasi yang menjadi wadah. Organisasi yang berdaya diyakininya dapat membuka ruang untuk kader berkontribusi dengan ide-ide baru, menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas dan inovasi, dan mempromosikan kolaborasi lintas instrument untuk mencapai tujuan bersama.

Kemudian, kader Kopri dan secara ruang gerak organisasi Kopri diharapkan mampu memiliki daya saing global merujuk pada kemampuan individu ataupun organisasi untuk beradaptasi, berinteraksi, dan berkolaborasi di tingkat nasional, internasional atau lintas batas.

Dia melanjutkan, berpegang pada makna-makna pemberdayaan diatas diharapkan kader-kader Kopri dapat menjadi individu-individu berkualitas yang dapat berkontribusi secara maksimal menyongsong Indonesia Emas 2045. PMII lebih khususnya Kopri dinilai sebagai wadah mahasiswa/i untuk berorganisasi memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menyukseskan Indonesia Emas 2045.

Dia menambahkan, Indonesia pada 2045 akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70% nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun pada periode 2025-2045.

Dia berpendapat, jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk terutama masalah social seperti kemiskinan, Pendidikan yang rendah, Kesehatan yang buruk, pengangguran, dan kriminalitas yang tinggi. “Maka dari itu, generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan harus disiapkan sejak dini menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045,” pungkasnya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2636 seconds (0.1#10.140)