Ahmad Gaus Luncurkan 10 Video Pemikiran Denny JA tentang Agama di Era AI
loading...
A
A
A
Di Masjid Agung di Saudi Arabia sejak tahun 2023 juga telah ditempatkan robot AI untuk melayani pertanyaan umat dalam 11 bahasa. Umat dapat meminta informasi tentang siapa yang menjadi imam atau meminta siraman rohani melalui pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an.
"Mereka juga dapat berinteraksi melalui video dengan ulama lokal yang ada dalam daftar.Video buku ini juga hadir dengan penjelasan yang mendalam bahwa agama harus dilihat melalui lensa Neuro-science, Positive Psychology, Arkeologi, dan Data Statistik, sebagaimana tuntutan sains modern," tuturnya.
Dia menjelaskan Neuro-science dimanfaatkan untuk menjelaskan aspek spiritualitas dan pengalaman keagamaan. Ini bisa membantu memperdalam pemahaman tentang bagaimana praktik keagamaan mempengaruhi otak dan kesejahteraan mental.
"Begitu juga Positive Psychology. Video buku ini menjelaskan prinsip-prinsip psikologi positif untuk menunjukkan bagaimana praktik keagamaan bisa meningkatkan kebahagiaan dan kualitas hidup," terang Gaus.
Menurutnya, salah satu bagian penting dalam video buku ini adalah pendekatan kultural dan humanis dalam memandang agama. Denny JA, lanjutnya, mengajak kita untuk melihat agama sebagai warisan kultural yang bisa dihargai oleh semua orang, bukan lagi sebagai kebenaran mutlak.
Tema-tema dalam video buku tersebut adalah Iman Berbasis Riset, Manusia dengan atau Tanpa Agama, Kitab Suci di Abad, Moderasi Agama, Hijrah ke Era Demokrasi, Perebutan Tafsir Agama, Menggandeng Science dan Jalauddin Rumi, Spiritualitas Baru Abad 21, Agama sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama, dan Epilog.
"Setiap bagian disajikan dengan gaya yang menarik dan mudah dipahami, menjadikan pengetahuan ini lebih mudah diakses oleh semua kalangan," ucap dia.
Gaus mengutip pandangan Denny JA bahwa dalam agama tidak ada tafsir tunggal setelah Nabi wafat. Yang tersisa ialah multi penafsiran, di mana satu sama lain saling berebut tafsir.
Justru ruang publik penting sekali diisi oleh kelompok progresif agar tafsir mereka menjadi arus utama dalam isu-isu krusial saat ini seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan LGBT. Perebutan tafsir itu sudah dilakukan oleh kalangan progresif di Amerika dan Eropa.
"Berbeda dengan kaum sekularis dan ateis, Denny JA tidak menolak agama. Alih-alih, Denny justru menyelami samudera agama dan mengambil mutiara yang tersimpan di dalamnya," paparnya.
"Mereka juga dapat berinteraksi melalui video dengan ulama lokal yang ada dalam daftar.Video buku ini juga hadir dengan penjelasan yang mendalam bahwa agama harus dilihat melalui lensa Neuro-science, Positive Psychology, Arkeologi, dan Data Statistik, sebagaimana tuntutan sains modern," tuturnya.
Dia menjelaskan Neuro-science dimanfaatkan untuk menjelaskan aspek spiritualitas dan pengalaman keagamaan. Ini bisa membantu memperdalam pemahaman tentang bagaimana praktik keagamaan mempengaruhi otak dan kesejahteraan mental.
"Begitu juga Positive Psychology. Video buku ini menjelaskan prinsip-prinsip psikologi positif untuk menunjukkan bagaimana praktik keagamaan bisa meningkatkan kebahagiaan dan kualitas hidup," terang Gaus.
Menurutnya, salah satu bagian penting dalam video buku ini adalah pendekatan kultural dan humanis dalam memandang agama. Denny JA, lanjutnya, mengajak kita untuk melihat agama sebagai warisan kultural yang bisa dihargai oleh semua orang, bukan lagi sebagai kebenaran mutlak.
Tema-tema dalam video buku tersebut adalah Iman Berbasis Riset, Manusia dengan atau Tanpa Agama, Kitab Suci di Abad, Moderasi Agama, Hijrah ke Era Demokrasi, Perebutan Tafsir Agama, Menggandeng Science dan Jalauddin Rumi, Spiritualitas Baru Abad 21, Agama sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama, dan Epilog.
"Setiap bagian disajikan dengan gaya yang menarik dan mudah dipahami, menjadikan pengetahuan ini lebih mudah diakses oleh semua kalangan," ucap dia.
Gaus mengutip pandangan Denny JA bahwa dalam agama tidak ada tafsir tunggal setelah Nabi wafat. Yang tersisa ialah multi penafsiran, di mana satu sama lain saling berebut tafsir.
Justru ruang publik penting sekali diisi oleh kelompok progresif agar tafsir mereka menjadi arus utama dalam isu-isu krusial saat ini seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan LGBT. Perebutan tafsir itu sudah dilakukan oleh kalangan progresif di Amerika dan Eropa.
"Berbeda dengan kaum sekularis dan ateis, Denny JA tidak menolak agama. Alih-alih, Denny justru menyelami samudera agama dan mengambil mutiara yang tersimpan di dalamnya," paparnya.