Pengembaraan Tak Pernah Usai Seniman Nurhidayat

Jum'at, 26 Juli 2024 - 10:45 WIB
loading...
A A A
Sosok-sosok pesolek, pria yang mengutamakan penampilan fisik dan dandanan pribadi, bahasa yang santun nan halus berbunga, bertenaga bagai kuda, dan penggunaan waktu luang yang banyak, kemudian berciri desain segala hal dengan komposisi elegan dan tertata diimbuhi kerumunan manusia-manusia yang menggambarkan Eropa klasik dalam keraguan.

Pengembaraan Tak Pernah Usai Seniman Nurhidayat


Kanvas-kanvas Nurhidayat hampir semua selalu menampilkan horizon, bertemunya kaki-langit dan bumi dengan sebuah drama tentang orang-orang berpakaian necis, baik laki-laki dan para lady, perempuan anggun selalu muncul dalam pose yang nyaris sempurna. Berpakaian yang indah serta pose yang benar-benar elok, sebagai misal di karya Flanerie #3, 2024, Drawing on canvas, 110 x 90 cm.

Mereka semua citraan-citraan itu hadir di lansekap hutan, kebun-kebun luas pedesaan Eropa, binatang-binatang yang jinak dan bertopeng teka-teki, gunung-gunung serta ngarai, bahkan panorama alam bawah laut yang mengagumkan seolah impian tentang kesempurnaan hidup dalam pengembaraan imajinasi.

“Saya selalu mencari idealisasi, ingin merenggut kesempurnaan dengan tata-letak yang sebagus mungkin, dan menggunakan seluruh waktu saya untuk membuat detil-detil drawing dan coloring dengan sejumlah instrumen seperti drawing-pen berbagai medium dan sistem pewarnaan yang berlapis; warna menjadi benar-benar matang,” ujar Nurhidayat.

Alhasil, karya-karya Nurhidayat membawa kita jauh ke idealisasi manusia yang seolah mengguman kagum, berfantasi untuk memaksimalkan potensi intelektual serta menghubungkan tiap simbol dan lambang pun berdamai dalam keterasingan.

Penyair legendaris Perancis abad ke-19, Charles Baudelaire mungkin benar, bahwa bisa jadi Nurhidayat ingin menangkap spirit ini, yakni seperti dikatakannya kebiasaan berkeliling tanpa tujuan—mengelandang tanpa arah sebagai Flaneur—adalah lebih dari sekadar pengembara namun pengendapan hati dan nalar tentang imajinasi kota-kota dan sesiapa saja mendadak menjadi filsuf. Easi Baudelaire tentang itu, dibuat di Paris di The Painter of Modern Life, yang diterbitkan di Le Figaro pada 1863.

Perempuan Nurhidayat di Pusat Semesta

Dari sekian lukisan pose perempuan yang anggun yang beberapa kali hadir, penulis cermati wanita-wanita yang memberi impresi tubuh-tubuh yang ayu dengan pakaian sempurna seolah di sebuah pesta, memegang payung atau sekadar menopang kepala dengan elegan, rebah di sofa, berbusana gaun malam sempurna bahkan seolah menjadi “pusat semesta” di dua karya.

Semisal di judul Jardin, 2024, Acrylic on canvas, 90 x 80 cm dengan warna-warna eksotis dan binatang-binatang yang jinak, misteriusnya topeng-topeng dan bunga-bunga serta pohon-pohon rindang ditengah hutan bak kisah Alice in Wonderland.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)