Perkuat Pariwisata Regeneratif, ARTI Resmi Diluncurkan

Kamis, 06 Juni 2024 - 22:15 WIB
loading...
Perkuat Pariwisata Regeneratif, ARTI Resmi Diluncurkan
Atourin Regeneratif Tourism Initiative (ARTI) resmi diluncurkan tepat pada Hari Lingkungan Hidup, Rabu (5/6/2024). FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Atourin Regeneratif Tourism Initiative (ARTI) resmi diluncurkan tepat pada Hari Lingkungan Hidup, Rabu (5/6/2024). Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pariwisata regeneratif terhadap para pemangkup kepentingan di Indonesia.

Berbagai acara menarik digelar saat launching, antara lain ARTI Talkshow bertajuk Langkah Bersama Kolaborasi Multipihak dalam Mewujudkan Pariwisata Regeneratif Indonesia, ARTI Marathon, ARTI Showcase Produk Desa Wisata.

CEO Atourin, Benarivo T Putra menjelaskan, ARTI adalah inisiatif yang terdiri dari 4 pilar yakni ARTI Fund, ARTI Knowledge, ARTI Community, dan ARTI Event. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman akan pariwisata regeneratif terhadap para pemangkup kepentingan pariwisata Indonesia sekaligus menyediakan platform berbasis teknologi yang mereka bisa gunakan Bernama ARTI. ARTI akan menghubungkan mereka dengan berbagai kegiatan, baik ofline maupun online, seperti penanaman pohon, konservasi mata air, pelestarian flora fauna, atau kegiatan berbasis peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pendampingan untuk para pegiat wisata.

Dalam konteks platform berbasis teknologi, Atourin menyediakan fitur carbon offsetting Bernama ARTI Button. Wisatawan yang membeli produk Atourin akan bisa mengetahui berapa banyak karbon yang dihasilkan dari aktivitas wisata yang dilakukan serta berapa jumlah pohon yang harus ditanam untuk meng-offset emisi karbon tersebut.

"Setiap produk wisata di marketplace Atourin sudah dihitung emisi karbonnya (carbon footprint) oleh para mitra dan emisi karbonnya bisa dinetralkan oleh wisatawan melalui aktivitas penanaman pohon di destinasi wisata tersebut. Saat ini kami juga sedang giat memperluas literasi Pariwisata Regeneratif kepada mitra-mitra kami," kata Benarivo T Putra dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/6/2024).

COO Atourin, Reza Permadi menambahkan, pihaknya berkomitmen menjadi perusahaan teknologi pariwisata yang ramah alam/ lingkungan, ramah sosial, dan ramah ekonomi dengan terus menyebarkan narasi tentang pariwisata regeneratif. Melalui pendekatan dan pelibatan multipemangku kepentingan, pihaknya ingin menyebarkan dan memperbesar dampak yang dihasilkan melalui berbagai produk dan aktivitas yang dilakukan.

Menurut Reza, langkah Atourin tersebut sudah berlangsung sejak 2020 melalui berbagai program kampanye dan program berbasis pariwisata regeneratif di berbagai lokasi.

"Sejak tahun 2020, kami menggiatkan beberapa program berbasis pariwisata regeneratif. Salah satunya bertajuk One Traveler One Tree, di mana kami telah menanam lebih dari 1.500 pohon di beberapa provinsi seperti DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Kami ingin mempeluas dampak dari inisiatif Atourin melalui pendekatan dan cara yang lebih komprehensif," ujar

Untuk diketahui, pariwisata, seperti halnya dua sisi koin mata uang, membawa dampak positif dan dampak negatif sekaligus. Dampak negatif, salah satunya yang diasosiasikan dengan kualitas lingkungan hidup. Aktivitas wisata menimbulkan potensi permasalahan sampah, eksploitasi yang cenderung merusak alam dan keanekaragaman hayati, penurunan daya dukung lingkungan, dan alih fungsi lahan.

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan biodiversitas atau keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, tidak bisa lengah akan hal ini. Karena jika wisata yang kontraproduktif terhadap keberlanjutan lingkungan terus dibiarkan maka akan memperburuk dampak terhadap biodiversitas tersebut.

Pariwisata regeneratif lahir seiring dengan konsep ekonomi restoratif. Menurut organisasi Earth Check, pariwisata regeneratif didefinisikan sebagai proses di mana para pemangku kepentingan sektor pariwisata, secara kolektif, memberikan perhatian dan perwalian (melalui pengambilan keputusan dan praktik) untuk perbaikan dan peningkatan elemen alam, manusia, dan buatan manusia ketika pindah, berkunjung, tinggal atau beroperasi di suatu destinasi. Dengan melakukan hal ini, para pemangku kepentingan membiarkan elemen-elemen ini melampaui kondisi kemampuan bertahan hidup mereka saat ini.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1107 seconds (0.1#10.140)
pixels