Kemenkes Imbau Orang Tua Tidak Jadikan Gawai sebagai Pengasuh Kedua Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Orang tua memegang peranan penting terhadap literasi digital pada anak, tak hanya mendampingi tapi juga membimbing penggunaan internet pada anak. Pada era digital penggunaan internet tak dapat lepas dari setiap aspek kehidupan, terlebih untuk pengasuhan anak.
Hal itu dibahas dalam Obral Obrol liTerasi Digital dengan tema "Petwoalangan Aprlittle: Kasih Literasi Digital Ibu Kepada Beta" yang diselenggarakan Kementerian Kominfo (Kemenkominfo) bersama Komunitas Birthday Club.
Talk show yang dihadiri Selebritis Andien Aisyah dan Spesialis Anak, dr. William Jayadi Iskandar ini, diisi dengan saling berbagi pengalaman dan pembelajaran agar orang tua memiliki literasi digital yang mumpuni dan mudah diterapkan pada pola pengasuhan anak.
“Tumbuh kembang anak saat ini, sangat terpengaruh dengan dunia digital. Karena itu, orang tua harus bijaksana dalam mengenalkan gawai pada anak. Jika tidak maka stimulasi tumbuh kembang anak akan terpengaruh, dan bisa memiliki dampak tidak baik,” ujar Spesialis Anak, dr. William Jayadi Iskandar, Senin (20/5/2024).
Menurut William, seribu hari pertama kehidupan anak akan sangat memengaruhi kesehatan dan perkembangan saat dewasa nanti. Karena pada tahun-tahun pertama perkembangan anak, 80% otak anak sudah terbentuk dan mulai merekam informasi yang mereka peroleh.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan 98% anak usia 6-12 tahun sudah menggunakan gawai, dan rata-rata anak menggunakan gawai per hari selama 6 jam 45 menit untuk nonton video, memakai aplikasi game, dan menggunakan media sosial. Untuk itu, William menekankan agar orang tua memahami faktor risiko penggunaan gawai pada anak dan harus menetapkan batasan penggunaan gawai dan internet.
"Batasi screen time. Dari Organisasi Profesi Dokter Anak sudah menetapkan batasan screen time untuk anak. Misalkan anak umur dibawah 2 tahun, tidak boleh sama sekali kecuali video call. Antara 2-5 Tahun maksimal 1 jam per hari. Anak di atas 5 tahun maksimal 2 jam per hari,” ujar William.
Di sisi lain, sebagai ibu dua orang anak, Andien Aisyah merasakan manfaat internet memberikan kemudahan pada anak dalam mengakses pengetahuan. Meski demikian, Andien juga menyadari risiko penggunaan internet, bahwa seakan internet mengakomodasi rasa ingin tahu tapi seringnya justru mendistraksi, dan menggiring pada penelusuran informasi pada topik random.
"Tapi aku yakin di antara semuanya, nomor satu adalah komunikasi dengan anak. Jika komunikasi di luar dunia digital baik maka di dunia digital juga akan baik,” kata Andien.
Menurut Andien model pengasuhan di dunia yang penuh distraksi seperti saat ini adalah secara demokratis, di mana anak diajak bermusyawarah dan bisa ngobrol dengan asyik dan menerapkan hal yang sama-sama enak. Bahkan, saat anak marah maka orang tua sebaiknya mengidentifikasi sebab anak marah dan menerapkan kesepakatan terhadap anak saat menggunakan gawai.
Untuk mencegah kecanduan gawai pada anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan pada orang tua agar meluangkan waktu lebih banyak dengan anak dan memiliki inisiatif melakukan aktivitas yang menstimulus anak melakukan kegiatan menarik seperti bermain boneka atau petak umpet.
”Agar terhindar dari kecanduan gadget, orang tua juga harus bijak dengan tidak menggunakan gawai sebagai pengasuh kedua atau sarana untuk mengalihkan perhatian untuk anak saat sibuk. Alih-alih menggunakan gadget untuk menarik perhatian anak, orang tua juga disarankan untuk aktif menanyakan kegiatan apa yang ingin dilakukan dengan orang tuanya,” paparnya.
Hal itu dibahas dalam Obral Obrol liTerasi Digital dengan tema "Petwoalangan Aprlittle: Kasih Literasi Digital Ibu Kepada Beta" yang diselenggarakan Kementerian Kominfo (Kemenkominfo) bersama Komunitas Birthday Club.
Talk show yang dihadiri Selebritis Andien Aisyah dan Spesialis Anak, dr. William Jayadi Iskandar ini, diisi dengan saling berbagi pengalaman dan pembelajaran agar orang tua memiliki literasi digital yang mumpuni dan mudah diterapkan pada pola pengasuhan anak.
“Tumbuh kembang anak saat ini, sangat terpengaruh dengan dunia digital. Karena itu, orang tua harus bijaksana dalam mengenalkan gawai pada anak. Jika tidak maka stimulasi tumbuh kembang anak akan terpengaruh, dan bisa memiliki dampak tidak baik,” ujar Spesialis Anak, dr. William Jayadi Iskandar, Senin (20/5/2024).
Menurut William, seribu hari pertama kehidupan anak akan sangat memengaruhi kesehatan dan perkembangan saat dewasa nanti. Karena pada tahun-tahun pertama perkembangan anak, 80% otak anak sudah terbentuk dan mulai merekam informasi yang mereka peroleh.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan 98% anak usia 6-12 tahun sudah menggunakan gawai, dan rata-rata anak menggunakan gawai per hari selama 6 jam 45 menit untuk nonton video, memakai aplikasi game, dan menggunakan media sosial. Untuk itu, William menekankan agar orang tua memahami faktor risiko penggunaan gawai pada anak dan harus menetapkan batasan penggunaan gawai dan internet.
"Batasi screen time. Dari Organisasi Profesi Dokter Anak sudah menetapkan batasan screen time untuk anak. Misalkan anak umur dibawah 2 tahun, tidak boleh sama sekali kecuali video call. Antara 2-5 Tahun maksimal 1 jam per hari. Anak di atas 5 tahun maksimal 2 jam per hari,” ujar William.
Di sisi lain, sebagai ibu dua orang anak, Andien Aisyah merasakan manfaat internet memberikan kemudahan pada anak dalam mengakses pengetahuan. Meski demikian, Andien juga menyadari risiko penggunaan internet, bahwa seakan internet mengakomodasi rasa ingin tahu tapi seringnya justru mendistraksi, dan menggiring pada penelusuran informasi pada topik random.
"Tapi aku yakin di antara semuanya, nomor satu adalah komunikasi dengan anak. Jika komunikasi di luar dunia digital baik maka di dunia digital juga akan baik,” kata Andien.
Menurut Andien model pengasuhan di dunia yang penuh distraksi seperti saat ini adalah secara demokratis, di mana anak diajak bermusyawarah dan bisa ngobrol dengan asyik dan menerapkan hal yang sama-sama enak. Bahkan, saat anak marah maka orang tua sebaiknya mengidentifikasi sebab anak marah dan menerapkan kesepakatan terhadap anak saat menggunakan gawai.
Untuk mencegah kecanduan gawai pada anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan pada orang tua agar meluangkan waktu lebih banyak dengan anak dan memiliki inisiatif melakukan aktivitas yang menstimulus anak melakukan kegiatan menarik seperti bermain boneka atau petak umpet.
”Agar terhindar dari kecanduan gadget, orang tua juga harus bijak dengan tidak menggunakan gawai sebagai pengasuh kedua atau sarana untuk mengalihkan perhatian untuk anak saat sibuk. Alih-alih menggunakan gadget untuk menarik perhatian anak, orang tua juga disarankan untuk aktif menanyakan kegiatan apa yang ingin dilakukan dengan orang tuanya,” paparnya.
(cip)