RI-Inggris Garap Riset Kebencanaan Senilai Rp31 Miliar

Jum'at, 08 Februari 2019 - 07:58 WIB
RI-Inggris Garap Riset Kebencanaan Senilai Rp31 Miliar
RI-Inggris Garap Riset Kebencanaan Senilai Rp31 Miliar
A A A
JAKARTA - Kemenristekdikti dan Inggris meluncurkan kerjasama riset dibidang kebencanaan. Riset dibidang hidrometrologi ini bernilai Rp31 miliar.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, Kemenristekdikti mengadakan kerja sama dengan Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund untuk mendanai penelitian terbaik dalam bidang hidrometeorologi (penelitian tentang hujan lebat dan dampaknya).

"Tiga penelitian terbaik di bidang kebencanaan hidrometeorologi mendapatkan Rp31 miliar untuk pendanaan riset dalam jangka waktu 3 tahun. Satu peneliti Indonesia akan berkolaborasi dengan satu peneliti Inggris untuk melakukan penelitian kebencanaan," katanya saat Peluncuran Kerja Sama Riset Kebencanaan Indonesia–Inggris melalui Program Newton Fund di kantor Kemenristekdikti.

Tiga riset yang akan didanai itu adalah Mitigating hydro meteorological hazard impacts through transboundary river management in the Ciliwung River basin yang akan diteliti oleh Harkunti Rahayu (ITB) dan Richard Haigh (University of Huddersfield). Riset ini ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan badan sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir.

Kedua, Java Flood One, yang diteliti oleh Agus Mochamad Ramdhan (ITB) dan Simon Mathias (Durham University). Hasil riset ini akan meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota pulau Jawa, termasuk Jakarta, Bandung dan Surakarta.

Ketiga, Extreme rainfall and its effects on flood risk in Indonesia, yang diteliti oleh Suroso (Universitas Jenderal Soedirman) dan Chris Kilsby (Newcastle University). Riset ini ditujukan untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi risiko bencana.

Nasir menjelaskan, selain dengan Inggris Kemenristekdikti dan peneliti Indonesia juga telah menginisiasi kerja sama riset kebencanaan gempa bumi, tsunami, asap, dan bencana alam lainnya dengan negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat, Perancis dan negara lainnya.

Banyaknya penelitian ini dianggap penting sebab Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup sering dilanda bencana alam. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang tahun 2018, terjadi lebih dari 2.564 bencana alam di Indonesia. Bencana alam ini tidak hanya mengakibatkan kerugian materil namun juga menimbulkan korban jiwa.

"Oleh karena itu Pemerintah menjadikan penelitian di bidang kebencanaan sebagai salah satu program utama, sebagai upaya memetakan, mencari solusi dan mencegah jatuhnya korban akibat bencana alam yang terjadi," katanya.

Dubes Inggris Moazzam Malik berharap melalui skema kerja sama ini peneliti Indonesia dan peneliti Inggris dapat menghasilkan penelitian yang berdampak besar pada penanggulangan bencana banjir.

"Bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia akan bekerja sama saling belajar agar bisa membuat suatu perubahan besar serta menginspirasi generasi ilmuwan muda berikutnya," ungkapnya.

Moazzam juga menyampaikan Inggris bangga dapat berkolaborasi dengan Indonesia dalam mengembangkan penelitian dan inovasi terkait kebencanaan.

"Bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia, 54 % hasil penelitiannya masuk ke dalam kategori terbaik dunia. Hasil riset Inggris dikutip lebih banyak, bila dibandingkan dengan hasil riset negara lainnya. 38 % peraih Nobel memilih untuk bersekolah di Inggris. Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia serta berkontribusi membangun Indonesia yang lebih aman, lebih makmur dan lebih unggul,” ujarnya.

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Muhammad Dimyati menyatakan, Kemenristekdikti membuka kesempatan kolaborasi dengan negara lain dalam bidang riset selama mendukung Prioritas Riset Nasional 2020 - 2024 berdasarkan Perpres No 38/2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-2045.

Dia berharap, ketiga riset yang dipilih ini akan membangun kekayaan ilmu pengetahuan bidang kebencanaan. Dimana kesiapan terhadap ancaman bencana di Indonesia dapat lahir dan berkembang dari penelitian-penelitian ini.

Dia menjelaskan, proses pemilihan tiga penelitian yang didanai dilakukan dengan proses yang terbuka, transparan, dan kompetitif. 23 proposal yang masuk dinilai oleh reviewer dari Indonesia dan Inggris, 10 proposal yang lolos didiskusikan pada panel meeting bulan Agustus 2018, sampai akhirnya diputuskan bersama tiga proposal yang didanai bersama dengan total dana Rp31 miliar rupiah selama tiga tahun. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8390 seconds (0.1#10.140)