Debat Capres Perdana Akan Menarik karena Polarisasi Semakin Kuat
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto menilai debat capres perdana pemilihan presiden ( Pilpres) 2019 akan lebih menarik. Sebab menurutnya indikasi polarisasi sudah semakin kuat.
"Saya melihat agak berbeda dengan debat 2014, 2019 ini debatnya akan lebih menarik bagi publik. Karena satu, polarisasinya sudah semakin tajam karena sudah ada prakondisinya, misal Pilkada DKI, mereka ribut rematch sejak 2014," ujar Gun Gun dalam diskusi akhir pekan Polemik MNC Trijaya, dengan tema 'Jelang Debat siapa Hebat', di d'consulate resto, KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (12/1/2019).
Dari posisi tersebut, kata Gun Gun membentuk yang disebut dengan prakondisi polarisasi yang tajam. Mereka menunggu paslonnya atau superstarnya tampil sehingga akan ada reaksi yang jauh lebih euforia dibanding 2014. (Baca juga: TKN Jokowi-Ma'ruf Sebut Prabowo-Sandiaga Tidak Berpengalaman)
Gun Gun juga melihat adanya proses inisiasi di masing-masing kubu yang cukup lama contoh misal #2019gantipresiden dan itu kemudian di kubu Jokowi perdebatan soal presiden itu sudah bergulir sebelum debat tapi lebih pada isu-isu yang sifatnya personal, isu-isu yang sifatnya rumor, gosip, belum ada momentum program diperdebatkan sehingga masyarakat masih penasaran.
"Sebenarnya kebijakan soal pemberantasan korupsi Prabowo kayak apa, kan belum sepenuhnya utuh atau Jokowi bagaimana menyelesaikan kasus HAM di Papua atau kasus-kasus korupsi kenapa masih banyak di era Pak Jokowi. Itu akan memantik rasa ingin tahu dan rasa ingin tahu biasanya menstimulasi forumnya jauh lebih ramai," jelasnya.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta juga menyebut rekam jejak pemerintah incumbent akan menjadi semacam tekanan, misal di kasus hukum Novel Baswedan atau korupsi yang juga masih banyak. Lanjut dia, itu berarti tekanan ada pada satu periode kekuasaan Jokowi, bagaimana dia punya exit strategy untuk mengatakan sekarang baik-baik saja.
"Sementara Prabowo dipastikan record masa lalu yang pasti juga akan jadi tekanan seperti bagaimana menjelaskan isu yang kerap kali berulang ketika Prabowo nyalon yaitu yang berkaitan pelanggaran HAM. Dan itu pasti akan terus digoreng terutama kasus penculikan aktivis dan dipecatnya Prabowo dari militer. Isu itu pasti kontra narasinya sudah disiapkan, cuman seberapa ada aspek reliance, orang percaya atau tidak pada omongannya dan datanya," tuturnya.
"Saya melihat agak berbeda dengan debat 2014, 2019 ini debatnya akan lebih menarik bagi publik. Karena satu, polarisasinya sudah semakin tajam karena sudah ada prakondisinya, misal Pilkada DKI, mereka ribut rematch sejak 2014," ujar Gun Gun dalam diskusi akhir pekan Polemik MNC Trijaya, dengan tema 'Jelang Debat siapa Hebat', di d'consulate resto, KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (12/1/2019).
Dari posisi tersebut, kata Gun Gun membentuk yang disebut dengan prakondisi polarisasi yang tajam. Mereka menunggu paslonnya atau superstarnya tampil sehingga akan ada reaksi yang jauh lebih euforia dibanding 2014. (Baca juga: TKN Jokowi-Ma'ruf Sebut Prabowo-Sandiaga Tidak Berpengalaman)
Gun Gun juga melihat adanya proses inisiasi di masing-masing kubu yang cukup lama contoh misal #2019gantipresiden dan itu kemudian di kubu Jokowi perdebatan soal presiden itu sudah bergulir sebelum debat tapi lebih pada isu-isu yang sifatnya personal, isu-isu yang sifatnya rumor, gosip, belum ada momentum program diperdebatkan sehingga masyarakat masih penasaran.
"Sebenarnya kebijakan soal pemberantasan korupsi Prabowo kayak apa, kan belum sepenuhnya utuh atau Jokowi bagaimana menyelesaikan kasus HAM di Papua atau kasus-kasus korupsi kenapa masih banyak di era Pak Jokowi. Itu akan memantik rasa ingin tahu dan rasa ingin tahu biasanya menstimulasi forumnya jauh lebih ramai," jelasnya.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta juga menyebut rekam jejak pemerintah incumbent akan menjadi semacam tekanan, misal di kasus hukum Novel Baswedan atau korupsi yang juga masih banyak. Lanjut dia, itu berarti tekanan ada pada satu periode kekuasaan Jokowi, bagaimana dia punya exit strategy untuk mengatakan sekarang baik-baik saja.
"Sementara Prabowo dipastikan record masa lalu yang pasti juga akan jadi tekanan seperti bagaimana menjelaskan isu yang kerap kali berulang ketika Prabowo nyalon yaitu yang berkaitan pelanggaran HAM. Dan itu pasti akan terus digoreng terutama kasus penculikan aktivis dan dipecatnya Prabowo dari militer. Isu itu pasti kontra narasinya sudah disiapkan, cuman seberapa ada aspek reliance, orang percaya atau tidak pada omongannya dan datanya," tuturnya.
(kri)