Hadiri Apel Bela Negara, Menhan Tegaskan Tak Ada Sangkut Paut Politik
A
A
A
SEMARANG - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu hadir dan memberikan pengarahan pada kegiatan Apel Bela Negara “Thariqah Kebangsaan” di Lapangan Pancasila Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018). Namun, Menhan menegaskan kehadirannya bukan bagian dari agenda politik terkait Pemilu 2019.
“Kehadiran saya di sini tak ada sangkut pautnya dengan politik. Jangan disangkutkan dengan tahun politik. Politik saya adalah politik negara. Politik negara adalah bagaimana bangsa ini bersatu,” tegasnya.
Dalam Apel Bela Negara yang diikuti 15 ribu anggota Patriot Garda NKRI (PGN) se Jawa Tengah, Ryamizard kembali mengingatkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI. Persatuan tanpa membedakan asal, suku maupun agama dapat menangkal penyebaran faham radikalisme yang terus berupaya merongrong falsafah Pancasila.
“Kita ingat sejarah ke belakang, mulai sumpah pemuda, kesepakatan waktu proklamasi, bahwa kita dalam beragam agama. Itu yang saya sampaikan, ingat bangsa Indonesia itu dari Aceh sampai Papua, agama itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuco dan lain, itu Indonesia,” tandas dia.
Menurutnya, NKRI sudah menjadi harga mati, maka bicara persatuan adalah dengan tidak menjelekkan, memojokkan atau bahkan memfitnah orang lain yang tidak sekeyakinan. Terlebih mengkafirkan atau bahkan menggolongkan mereka yang tidak seagama dengan pernyataan akan masuk neraka.
“Dalam rujukan Islam, lakum diinikum wa liya diin, untukmu agamamu dan untukku agamaku. Ya udahlah kita tidak usah omong masuk surga dan neraka, itu yang tentukan Tuhan. Mari kita hidup bersatu bela saja negara, bersatu untuk negara,” ujar mantan KSAD ini.
“Kehadiran saya di sini tak ada sangkut pautnya dengan politik. Jangan disangkutkan dengan tahun politik. Politik saya adalah politik negara. Politik negara adalah bagaimana bangsa ini bersatu,” tegasnya.
Dalam Apel Bela Negara yang diikuti 15 ribu anggota Patriot Garda NKRI (PGN) se Jawa Tengah, Ryamizard kembali mengingatkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI. Persatuan tanpa membedakan asal, suku maupun agama dapat menangkal penyebaran faham radikalisme yang terus berupaya merongrong falsafah Pancasila.
“Kita ingat sejarah ke belakang, mulai sumpah pemuda, kesepakatan waktu proklamasi, bahwa kita dalam beragam agama. Itu yang saya sampaikan, ingat bangsa Indonesia itu dari Aceh sampai Papua, agama itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuco dan lain, itu Indonesia,” tandas dia.
Menurutnya, NKRI sudah menjadi harga mati, maka bicara persatuan adalah dengan tidak menjelekkan, memojokkan atau bahkan memfitnah orang lain yang tidak sekeyakinan. Terlebih mengkafirkan atau bahkan menggolongkan mereka yang tidak seagama dengan pernyataan akan masuk neraka.
“Dalam rujukan Islam, lakum diinikum wa liya diin, untukmu agamamu dan untukku agamaku. Ya udahlah kita tidak usah omong masuk surga dan neraka, itu yang tentukan Tuhan. Mari kita hidup bersatu bela saja negara, bersatu untuk negara,” ujar mantan KSAD ini.
(rhs)