Menteri Era Gus Dur Ini Paparkan Strategi Pertanian di Era 4.0
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan di Indonesia pada dasarnya adalah transformasi struktural dan perilaku, yakni proses dinamis modernisasi, kependudukan, institusi dan tatakelola pembangunan yang memungkinkan negara ini meningkat menuju ketahapan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, yaitu Indonesia bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur.
(Baca juga: Enam Hal Ini Patut Dicermati dari Pidato Kenegaraan Jokowi)
Berdasarkan tahapan kemajuannya, strategi pembangunan yang dipandang paling sesuai bagi Indonesia ialah yang berdasarkan pada paradigma pertanian untuk pembangunan, dan menyatakan bahwa pembangunan nasional dirancang dan dilaksanakan berdasarkan pada tahapan pembangunan pertanian.
(Baca juga: UNY Wisuda Virtual 810 Lulusan, Sarjana Diminta Tingkatkan Kemampuan Teknologi Informasi)
"Menjadikan sektor pertanian sebagai motor penggerak transformasi berimbang dan menyeluruh dengan cakupan aspek demografi, spasial, institusional, dan tatakelola pembangunan," papar Prof Bomer Pasaribu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), lewat tulisannya berjudul Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0: Solusi Pembangunan Indonesia Masa Depan, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045, Minggu (16/8/2020).
(Baca juga: Selama Pandemi, Ciptakan Pendidikan Menyenangkan bagi Anak di Rumah)
Tulisan keren ini dituangkan Prof Bomer dalam buku Jebakan Krisis dan Ketahanan Pangan: Sehimpun Saran & Solusi. Buku yang tak lama lagi terbit ini diinisiasi lembaga Pandu Tani Indonesia (Patani), sebagai kado HUT ke-75 Kemerdekaan RI dan HUT ke-12 Patani.
Menurut Prof Bomer, paradigma pembangunan untuk pertanian mutlak diperlukan karena isu-isu pertanian memiliki skala kepentingan yang luas dan tinggi. Pertanian juga merupakan leading sector untuk ketahanan pangan, bersifat multifungsi termasuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dan sosial.
Pembangunan sektor-sektor lain dalam perekonomian tidak boleh menghambat tetapi harus mendukung pembangunan pertanian. Pandangan ini sekaligus menolak salah satu paradigma lama pembangunan yang sengaja menekan pembangunan pertanian untuk mendorong pembangunan sektor industri dan sektor-sektor lainnya.
"Penempatan posisi yang tepat (positioning) sektor pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur," tukas diplomat asal Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini.
Sekadar diketahui, selain Prof Bomer Pasaribu, ada delapan tokoh lainnya yang menyumbang tulisan di buku bunga rampai berjudul Jebakan Krisis dan Ketahanan Pangan: Sehimpun Saran & Solusi. Mereka adalah Prof Rokhmin Danuri (Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong), Dr Anton Apriyantono (Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia Bersatu), dan tokoh milenial yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Lalu, ada doktor bidang keahlian ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Harry Santoso, Direktur Indofood Franciscus Welirang, Direktur Utama Perum Bulog 2009-2014 Sutarto Alimoeso, Guru Besar IPB yang juga Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar, serta Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) sekaligus Managing Director di East West Seed Glenn Pardede.
"Dunia menghadapi resesi yang dalam. Pertumbuhan ekonomi global dekat ke minus dua digit. Tetapi bila melihat negara-negara lain, kita masih beruntung karena Tanah Air kita subur. Meski demikian, produktivitas kita masih terbilang rendah. Buku ini memotivasi, memberi jalan, dan mendorong pertanian kita semakin produktif agar kita memiliki ketahanan pangan jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan kedaulatan pangan," kata Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie, dalam testimoni singkatnya di buku ini.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(Baca juga: Enam Hal Ini Patut Dicermati dari Pidato Kenegaraan Jokowi)
Berdasarkan tahapan kemajuannya, strategi pembangunan yang dipandang paling sesuai bagi Indonesia ialah yang berdasarkan pada paradigma pertanian untuk pembangunan, dan menyatakan bahwa pembangunan nasional dirancang dan dilaksanakan berdasarkan pada tahapan pembangunan pertanian.
(Baca juga: UNY Wisuda Virtual 810 Lulusan, Sarjana Diminta Tingkatkan Kemampuan Teknologi Informasi)
"Menjadikan sektor pertanian sebagai motor penggerak transformasi berimbang dan menyeluruh dengan cakupan aspek demografi, spasial, institusional, dan tatakelola pembangunan," papar Prof Bomer Pasaribu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), lewat tulisannya berjudul Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0: Solusi Pembangunan Indonesia Masa Depan, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045, Minggu (16/8/2020).
(Baca juga: Selama Pandemi, Ciptakan Pendidikan Menyenangkan bagi Anak di Rumah)
Tulisan keren ini dituangkan Prof Bomer dalam buku Jebakan Krisis dan Ketahanan Pangan: Sehimpun Saran & Solusi. Buku yang tak lama lagi terbit ini diinisiasi lembaga Pandu Tani Indonesia (Patani), sebagai kado HUT ke-75 Kemerdekaan RI dan HUT ke-12 Patani.
Menurut Prof Bomer, paradigma pembangunan untuk pertanian mutlak diperlukan karena isu-isu pertanian memiliki skala kepentingan yang luas dan tinggi. Pertanian juga merupakan leading sector untuk ketahanan pangan, bersifat multifungsi termasuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dan sosial.
Pembangunan sektor-sektor lain dalam perekonomian tidak boleh menghambat tetapi harus mendukung pembangunan pertanian. Pandangan ini sekaligus menolak salah satu paradigma lama pembangunan yang sengaja menekan pembangunan pertanian untuk mendorong pembangunan sektor industri dan sektor-sektor lainnya.
"Penempatan posisi yang tepat (positioning) sektor pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur," tukas diplomat asal Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini.
Sekadar diketahui, selain Prof Bomer Pasaribu, ada delapan tokoh lainnya yang menyumbang tulisan di buku bunga rampai berjudul Jebakan Krisis dan Ketahanan Pangan: Sehimpun Saran & Solusi. Mereka adalah Prof Rokhmin Danuri (Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong), Dr Anton Apriyantono (Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia Bersatu), dan tokoh milenial yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Lalu, ada doktor bidang keahlian ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Harry Santoso, Direktur Indofood Franciscus Welirang, Direktur Utama Perum Bulog 2009-2014 Sutarto Alimoeso, Guru Besar IPB yang juga Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar, serta Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) sekaligus Managing Director di East West Seed Glenn Pardede.
"Dunia menghadapi resesi yang dalam. Pertumbuhan ekonomi global dekat ke minus dua digit. Tetapi bila melihat negara-negara lain, kita masih beruntung karena Tanah Air kita subur. Meski demikian, produktivitas kita masih terbilang rendah. Buku ini memotivasi, memberi jalan, dan mendorong pertanian kita semakin produktif agar kita memiliki ketahanan pangan jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan kedaulatan pangan," kata Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie, dalam testimoni singkatnya di buku ini.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(maf)