Kisah Djoni Liem, TNI Keturunan Tionghoa yang Disiksa di Malaysia untuk Bocorkan Rahasia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah Djoni Liem yang merupakan seorang perwira TNI keturunan Tionghoa mungkin jarang diketahui publik. Padahal kisahnya ini cukup menginspirasi karena mampu membuat sejumlah tentara Inggris takjub.
Pascakemerdekaan, Indonesia memang sempat berkonflik dengan Malaysia yang didukung oleh Inggris. Kala itu Negeri Jiran sangat berambisi mencaplok Sabah, Sarawak, bahkan Brunei Darussalam, di Pulau Borneo atau Kalimantan bagian utara.
Ambisi besar dari Malaysia inilah yang sangat ditentang oleh Presiden Soekarno. Pembentukan negara Federasi Malaysia yang hendak mengincar sebagian wilayah Kalimantan ini dianggap sebagai bentuk imperialisme baru, menurut Bung Karno.
Hal tersebut lantas membuat Presiden Pertama Indonesia ini menyerukan gerakan 'Ganyang Malaysia'. Tepatnya pada Desember tahun 1963, semua angkatan bersenjata dikerahkan ke perbatasan hingga masuk ke garis-garis pertahanan musuh. Saat itulah kisah Djoni Liem dimulai, ia ditugaskan untuk menyusup sebagai satuan KKO/Marinir.
Sebagai seorang pasukan elite TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan infiltrasi (penyusupan), Djoni Liem dibekali dengan bela diri mumpuni yang membuatnya mampu berhadapan dengan tangan kosong.
Selain itu, Djoni juga dijuluki "Semburan Mulut Berbisa" karena bisa meluncurkan jarum, mata kail pancing, silet, dan beras dari mulutnya dengan jarak kurang lebih sekitar 30 meter. Sayangnya ketika menjalankan misi berbahaya demi menyabotase wilayah musuh, Serma KKO Djoni Matius Liem tertangkap oleh pasukan Royal Army Inggris di Malaysia.
Ketika tertangkap, Djoni yang menggunakan nama samaran berulang kali diinterogasi dan disiksa oleh tentara Malaysia karena tidak mau membuka mulutnya. Setelah identitas aslinya terkuak, Djoni akhirnya divonis hukuman mati. Sebelum dieksekusi, adanya perubahan situasi (perdamaian), Djoni Liem dibebaskan dalam keadaan hidup dan menetap di Surabaya.
Atas dedikasinya yang tinggi terhadap negara, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Suhartono, M.Tr (Han) memberikan Piagam Penghargaan kepada Serma KKO (Purn) Djoni Matius Liem.
Pascakemerdekaan, Indonesia memang sempat berkonflik dengan Malaysia yang didukung oleh Inggris. Kala itu Negeri Jiran sangat berambisi mencaplok Sabah, Sarawak, bahkan Brunei Darussalam, di Pulau Borneo atau Kalimantan bagian utara.
Ambisi besar dari Malaysia inilah yang sangat ditentang oleh Presiden Soekarno. Pembentukan negara Federasi Malaysia yang hendak mengincar sebagian wilayah Kalimantan ini dianggap sebagai bentuk imperialisme baru, menurut Bung Karno.
Baca Juga
Hal tersebut lantas membuat Presiden Pertama Indonesia ini menyerukan gerakan 'Ganyang Malaysia'. Tepatnya pada Desember tahun 1963, semua angkatan bersenjata dikerahkan ke perbatasan hingga masuk ke garis-garis pertahanan musuh. Saat itulah kisah Djoni Liem dimulai, ia ditugaskan untuk menyusup sebagai satuan KKO/Marinir.
Sebagai seorang pasukan elite TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan infiltrasi (penyusupan), Djoni Liem dibekali dengan bela diri mumpuni yang membuatnya mampu berhadapan dengan tangan kosong.
Selain itu, Djoni juga dijuluki "Semburan Mulut Berbisa" karena bisa meluncurkan jarum, mata kail pancing, silet, dan beras dari mulutnya dengan jarak kurang lebih sekitar 30 meter. Sayangnya ketika menjalankan misi berbahaya demi menyabotase wilayah musuh, Serma KKO Djoni Matius Liem tertangkap oleh pasukan Royal Army Inggris di Malaysia.
Ketika tertangkap, Djoni yang menggunakan nama samaran berulang kali diinterogasi dan disiksa oleh tentara Malaysia karena tidak mau membuka mulutnya. Setelah identitas aslinya terkuak, Djoni akhirnya divonis hukuman mati. Sebelum dieksekusi, adanya perubahan situasi (perdamaian), Djoni Liem dibebaskan dalam keadaan hidup dan menetap di Surabaya.
Atas dedikasinya yang tinggi terhadap negara, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Suhartono, M.Tr (Han) memberikan Piagam Penghargaan kepada Serma KKO (Purn) Djoni Matius Liem.
(abd)