Tali Kasih TNI, Wujudkan Mimpi Warga Desa Tertinggal di Aceh
loading...
A
A
A
Letkol Inf Beni Maradona
Dansatgas TMMD Ke-119 Kodim Abdya
MENTARI tersipu malu membawa cahayanya di pukul 05.20 WIB di tanah Barat Daya Aceh. Siulan burung di ranting dan gesekan dahan pohon berdendang riang, seakan melempar tanda kepada penghuni bumi bahwa putaran waktu yang dinanti telah tiba.
Lantunan syahdu 'Shadaqallahul-'adzim' menjadi penutup doa rutin para hamba di wilayah itu, tidak terkecuali Nurmala. Salah satu sosok perempuan tangguh asal Desa Alue Manggota, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh.
75 tahun sudah Nurmala hidup di udik itu. Sebuah kampung yang asri nan indah dengan hamparan persawahan dan perbukitan hijau yang menjulang tinggi. Dalam piramid hijau tersebut ragam jenis rempah dan tanaman tumbuh dengan sangat subur. Ironisnya, 1.210 jiwa penghuni Alue Manggota yang menggantungkan lumbungnya pada mahakarya alam ini taraf hidupnya masih stagnan.
Sejak puluhan tahun, Nurmala (75) bersama sang anak Junawati (45) dan ketiga cucunya tinggal di sebuah gubuk yang tidak layak untuk dihuni berukuran 4x4 meter yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Bila hujan tiba, kelima orang perempuan di rumah itu harus berjibaku menutup dinding-dinding papan dengan buntalan plastik. Tidak hanya kayu dan papan, material seng yang jadi atap pelindung rumah pun turut lapuk termakan usia.
Bila rembulan tiba, di mana penghuni lain tengah lelap dalam tidurnya, Nurmala beserta keluarganya harus getir menahan dinginnya angin malam yang menusuk hingga ke nadi. Hempasan angin beragresi bebas melewati rongga-rongga dinding papan yang hanya ditutup tempelan kertas koran usang.
Kondisi ini diperparah dengan serangan badai. Lempengan papan yang menempel di dinding dan lembaran seng yang telah menghitam pekat kerap lepas tersapu gelombang.
Selain gangguan dari alam, Nurmala beserta keluarganya juga acap kali harus getir menahan sesaknya buang air besar (BAB) di tengah malam. Pasalnya, hunian yang dibangun sang suami pada 4 dekade silam ini tidak menyediakan ruang khusus MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus).
Meski usianya tidak lagi muda, Nurmala pantang menyerah menjalani hidup. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi harian, Nurmala menggantungkan hidup pada hasil ladang miliknya yang berada di atas perbukitan.
Hasil kebun seperti pisang, pepaya, cabai, pala, kopi, pinang dan jengkol yang ia petik langsung dijual untuk dibarter menjadi beras dan sembako. Uang sisa yang didapat dari penjualan itu ia simpan sebagai modal biaya rehab rumah, sebagaimana mimpi yang ia lukis bersama sang mendiang.
Setiap pagi usai salat Subuh, Nurmala hempaskan kaki pergi ke gunung untuk memetik hasil kebun buah tangan almarhum suaminya. Untuk sampai di lokasi, Nurmala dan penduduk Alue Manggota lainnya harus berjalan kaki selama 3 hingga 4 jam lebih melewati jalan setapak yang curam dan licin.
Tidak sedikit warga terpeleset jatuh dan bahkan mencampakkan hasil panennya di pelerengan, lantaran geram tidak ada akses jalan yang memadai.
"Nek, preh dilee siat. Na haba get untuk Nek dan geutanyoe mandum (Nek tunggu sebentar. Ada kabar baik untuk Nenek dan kita semua)," teriak seorang pria hentikan langkah Nurmala di ujung jalan desa pada Selasa (20/2/2024).
Sosok pria misterius itu bergegas lari menghampiri Nurmala dan warga lainnya. Meski terengah-engah, raut wajahnya terlukis penuh kegembiraan.
"Alhamdulillah, mimpi Nek untuk rehab rumah akan terkabul. Dan mimpi kita semua miliki jalan yang baik ke gunung juga akan terwujud," ungkap pria itu dengan sumringah.
Menanggapi kabar tersebut, Nurmala dan warga lainnya mencoba menyadarkan pria itu. Mereka menganggap pria yang dihormatinya ini sedang berhalusinasi.
"Nyang beutoi Pak Keuchik. Bek sulet. Soe nyang ek peugot (yang benar Pak Kepala Desa/Kades. Jangan bohong. Siapa yang mau buat)," ujar Nurmala pada pria itu yang belakangan diketahui Kepala Desa Alue Manggota bernama T Fakri.
Kades mengungkap sosok yang akan mewujudkan mimpi Nurmala dan penduduk desa memiliki wajah garang.
Seratusan orang itu berpakaian loreng membawa ransel dan senjata. Pasukan tersebut telah sampai di desanya dan telah membuat tenda-tenda markas di ujung jalan desa, tepatnya berjarak 500 meter dari posisi Nurmala dan warga berdiri saat itu.
Fakri mengatakan selama satu bulan pasukan loreng tersebut akan mengobrak-abrik gunung dan warga desa dengan kekuatan penuh. Mereka juga membawa 2 unit alat berat ekscavator dan bulldozer.
"Tapi jangan salah. Wajahnya saja yang garang, namun hati dan tingkahnya sangat lembut. Mereka sangat baik dan suka bersaudara. Karena mereka adalah TNI bukan yang lain," katanya.
Fakri menjelaskan pasukan TNI tersebut hadir di desanya dengan sebuah misi progam, yaitu TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-119. Program tersebut digagas oleh Kodim 0110/Abdya untuk membantu tugas Pemerintah Daerah Abdya dalam upaya percepatan pembangunan di wilayah pedesaan.
Oleh karena itu, Fakri mengajak seluruh warga agar turut memberikan dukungan terhadap pelaksanaan TMMD dalam bentuk moril dan moral. "Mari kita bantu mereka dengan moral tenaga. Bagi warga yang tidak ada kegiatan, mohon keridhaannya agar bisa hadir secara begantian untuk gotong royong. Dan sambutlah mereka dengan ramah, agar moril mereka dalam melaksanakan pengabdiannya kepada kita tinggi," kata Fakri.
TNI Bangun Desa Alue Manggota
Nurmala menangis haru. Gubuk reot miliknya yang ia tempati selama puluhan tahun diobrak-abrik oleh TNI. Tidak lebih dari satu jam, bongkahan kayu, papan serta seng lapuk telah selesai dibongkar oleh Satgas TMMD ke-119 Kodim Abdya.
Nurmala bahagia, impiannya untuk memiliki rumah layak huni akan segera terwujud. Progres rehab RTLH milik Nurmala ini juga mendapat tinjauan langsung dari Penjabat (Pj) Bupati Abdya Darmansah beserta jajaran Forkopimda setempat.
Selain dari pejabat Pemda, pengerjaan rehab RTLH Nurmala ini juga dicek langsung oleh Jenderal Bintang Satu TNI, yaitu tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TMMD ke-119 dari Mabesad yang diketuai Brigjen TNI M Bakri pada Selasa (5/3/2024).
"Lon lage meulumpo. Siteungoh peucaya siteungoh hana. Rumoh lon beutoi akan direhab jeut get. Tapi kali nyoe lon peucaya nyoe bukon lumpo. Alhamdulillah teurimong geunaseh beuh untuk TNI mandum (Saya seperti bermimpi. Setengah percaya setengah tidak. Rumah saya beneran akan direhab baik. Tapi kali ini saya percaya ini bukan mimpi. Alhamdulillah, terima kasih ya untuk semua prajurit TNI)," ujar Nurmala dengan nada terbata-bata seraya mengusap tetesan air bahagia di pipi.
Terpisah, puluhan masyarakat Alue Manggota dan Satgas TMMD berjibaku melakukan pembukaan badan jalan di atas perbukitan sejauh 3 km. Akses jalan lingkar perkebunan tersebut terbagi dalam 2 ruas masing-masing ruas I berjarak 1.900 meter dan 110 meter pada ruas II.
Di lokasi tersebut TMMD juga membangun 1 unit jembatan pelat, 1 unit jembatan darurat, dan 2 unit gorong-gorong.
Pengerjaan fisik tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat. Sejak hari pertama sampai dengan selesai, secara sukarela warga bergantian hadir bergotong royong membantu pengerjaan sasaran fisik TMMD.
Tidak hanya fokus pada kontruksi fisik, TMMD ke-119 Kodim Abdya juga komit melakukan pembangunan mental dan ideologi masyarakat melalui ragam penyuluhan/sosialisasi. Kegiatan non fisik tersebut meliputi penyuluhan wawasan kebangsaan dan bela negara, antinarkoba, hukum, pertanian, kehutanan, pencegahan stunting, serta aksi sosial pelayanan kesehatan Posyandu dan Posbindu.
Kegiatan tersebut juga dipadukan dengan aksi sosial pembagian sembako gratis kepada warga kurang mampu. Bantuan pangan ini disalurkan secara berkala dengan sistem door to door dipimpin langsung oleh Dansatgas TMMD Letkol Inf Beni Maradona didampingi Pasiter Kapten Inf Azwani dan aparatur desa setempat.
Selama satu bulan full operasi pembangunan di Desa Alue Manggota digeber progresnya oleh TNI dan gotong royong masyarakat. Tanpa mengenal waktu dan cuaca, Kemanunggalan TNI-Rakyat telah berhasil mewujudkan impian yang telah lama tertunda.
Roh dari TMMD itu sendiri adalah spirit gotong royong. Esensinya TNI dengan rakyat tidak dapat dipisahkan. Kekuatan gotong royong TNI-Rakyat ditambah dengan sinergi persatuan dari komponen lintas sektor lainnya adalah modal utama dalam mendukung tujuan pemerintah. Salah satu cita-cita tersebut yaitu mewujudkan percepatan pembangunan di wilayah.
Muara dari rumusan tersebut adalah untuk mendukung cita-cita bangsa. Globalnya yaitu dalam rangka upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Mengikat Tali Kasih Rayat
Kehadiran Satgas TMMD di lingkungan Desa Alue Manggota disambut baik oleh masyarakat setempat. Warga antusias menawarkan diri jadi orangtua angkat para prajurit Satgas.
"Kami sudah menganggap mereka adalah bagian dari keluarga kami. Mereka semuanya baik, oleh karenanya kami pun tidak segan memperlakukan mereka seperti adik dan abang sendiri. Kami minta Satgas TMMD tetap di desa ini, jangan tinggalkan kami," ujar tokoh pemuda, Hamdi.
Warga menilai program TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya telah berdampak positif pada perekonomian wilayah setempat. Akses jalan yang dibuka oleh TMMD telah memudahkan petani dalam berkebun. Selain dapat memangkas jarak rute ke lahan perkebunan, petani juga dapat langsung memobilisasi hasil panen dari kebun ke pasar.
Masyarakat Alue Manggota menganggap pengabdian tulus yang telah diberikan TNI ini adalah rajutan tali kasih yang sangat berharga dan tak akan pernah terlupakan. Sebagai bentuk balasan dan resfect-nya atas bakti TNI, para petani setempat pun kerap memberikan hasil panen kebun kepada Satgas TMMD yang ditemuinya.
Sikap ini juga dilakukan salah satunya oleh Nurmala, seusai pulang dari kebun. Dengan tulus dan berani Nurmala menghampiri salah satu TNI yang tidak lain adalah Dansatgas TMMD Lektol Inf Beni Maradona tepat di atas jembatan plat yang tidak seberapa jauh dari area kebunnya.
Dengan polos, Nurmala memberikan pinggulan hasil panennya untuk personel TNI berupa 1 buah pepaya, 1 sisir pisang, 1 ikat rambutan, dan 1 ikat daun singkong. Dengan tangisan haru dan bangga Nek Nurmala juga memeluk erat tubuh anggota TNI yang baru saja mencium tangannya. Nurmala merasakan tali kasih TNI pada rakyat tulus layaknya bakti seorang anak pada ibu.
Dansatgas TMMD Ke-119 Kodim Abdya
MENTARI tersipu malu membawa cahayanya di pukul 05.20 WIB di tanah Barat Daya Aceh. Siulan burung di ranting dan gesekan dahan pohon berdendang riang, seakan melempar tanda kepada penghuni bumi bahwa putaran waktu yang dinanti telah tiba.
Lantunan syahdu 'Shadaqallahul-'adzim' menjadi penutup doa rutin para hamba di wilayah itu, tidak terkecuali Nurmala. Salah satu sosok perempuan tangguh asal Desa Alue Manggota, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh.
75 tahun sudah Nurmala hidup di udik itu. Sebuah kampung yang asri nan indah dengan hamparan persawahan dan perbukitan hijau yang menjulang tinggi. Dalam piramid hijau tersebut ragam jenis rempah dan tanaman tumbuh dengan sangat subur. Ironisnya, 1.210 jiwa penghuni Alue Manggota yang menggantungkan lumbungnya pada mahakarya alam ini taraf hidupnya masih stagnan.
Sejak puluhan tahun, Nurmala (75) bersama sang anak Junawati (45) dan ketiga cucunya tinggal di sebuah gubuk yang tidak layak untuk dihuni berukuran 4x4 meter yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Bila hujan tiba, kelima orang perempuan di rumah itu harus berjibaku menutup dinding-dinding papan dengan buntalan plastik. Tidak hanya kayu dan papan, material seng yang jadi atap pelindung rumah pun turut lapuk termakan usia.
Bila rembulan tiba, di mana penghuni lain tengah lelap dalam tidurnya, Nurmala beserta keluarganya harus getir menahan dinginnya angin malam yang menusuk hingga ke nadi. Hempasan angin beragresi bebas melewati rongga-rongga dinding papan yang hanya ditutup tempelan kertas koran usang.
Kondisi ini diperparah dengan serangan badai. Lempengan papan yang menempel di dinding dan lembaran seng yang telah menghitam pekat kerap lepas tersapu gelombang.
Selain gangguan dari alam, Nurmala beserta keluarganya juga acap kali harus getir menahan sesaknya buang air besar (BAB) di tengah malam. Pasalnya, hunian yang dibangun sang suami pada 4 dekade silam ini tidak menyediakan ruang khusus MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus).
Meski usianya tidak lagi muda, Nurmala pantang menyerah menjalani hidup. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi harian, Nurmala menggantungkan hidup pada hasil ladang miliknya yang berada di atas perbukitan.
Hasil kebun seperti pisang, pepaya, cabai, pala, kopi, pinang dan jengkol yang ia petik langsung dijual untuk dibarter menjadi beras dan sembako. Uang sisa yang didapat dari penjualan itu ia simpan sebagai modal biaya rehab rumah, sebagaimana mimpi yang ia lukis bersama sang mendiang.
Setiap pagi usai salat Subuh, Nurmala hempaskan kaki pergi ke gunung untuk memetik hasil kebun buah tangan almarhum suaminya. Untuk sampai di lokasi, Nurmala dan penduduk Alue Manggota lainnya harus berjalan kaki selama 3 hingga 4 jam lebih melewati jalan setapak yang curam dan licin.
Tidak sedikit warga terpeleset jatuh dan bahkan mencampakkan hasil panennya di pelerengan, lantaran geram tidak ada akses jalan yang memadai.
"Nek, preh dilee siat. Na haba get untuk Nek dan geutanyoe mandum (Nek tunggu sebentar. Ada kabar baik untuk Nenek dan kita semua)," teriak seorang pria hentikan langkah Nurmala di ujung jalan desa pada Selasa (20/2/2024).
Sosok pria misterius itu bergegas lari menghampiri Nurmala dan warga lainnya. Meski terengah-engah, raut wajahnya terlukis penuh kegembiraan.
"Alhamdulillah, mimpi Nek untuk rehab rumah akan terkabul. Dan mimpi kita semua miliki jalan yang baik ke gunung juga akan terwujud," ungkap pria itu dengan sumringah.
Menanggapi kabar tersebut, Nurmala dan warga lainnya mencoba menyadarkan pria itu. Mereka menganggap pria yang dihormatinya ini sedang berhalusinasi.
"Nyang beutoi Pak Keuchik. Bek sulet. Soe nyang ek peugot (yang benar Pak Kepala Desa/Kades. Jangan bohong. Siapa yang mau buat)," ujar Nurmala pada pria itu yang belakangan diketahui Kepala Desa Alue Manggota bernama T Fakri.
Kades mengungkap sosok yang akan mewujudkan mimpi Nurmala dan penduduk desa memiliki wajah garang.
Seratusan orang itu berpakaian loreng membawa ransel dan senjata. Pasukan tersebut telah sampai di desanya dan telah membuat tenda-tenda markas di ujung jalan desa, tepatnya berjarak 500 meter dari posisi Nurmala dan warga berdiri saat itu.
Fakri mengatakan selama satu bulan pasukan loreng tersebut akan mengobrak-abrik gunung dan warga desa dengan kekuatan penuh. Mereka juga membawa 2 unit alat berat ekscavator dan bulldozer.
"Tapi jangan salah. Wajahnya saja yang garang, namun hati dan tingkahnya sangat lembut. Mereka sangat baik dan suka bersaudara. Karena mereka adalah TNI bukan yang lain," katanya.
Fakri menjelaskan pasukan TNI tersebut hadir di desanya dengan sebuah misi progam, yaitu TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-119. Program tersebut digagas oleh Kodim 0110/Abdya untuk membantu tugas Pemerintah Daerah Abdya dalam upaya percepatan pembangunan di wilayah pedesaan.
Oleh karena itu, Fakri mengajak seluruh warga agar turut memberikan dukungan terhadap pelaksanaan TMMD dalam bentuk moril dan moral. "Mari kita bantu mereka dengan moral tenaga. Bagi warga yang tidak ada kegiatan, mohon keridhaannya agar bisa hadir secara begantian untuk gotong royong. Dan sambutlah mereka dengan ramah, agar moril mereka dalam melaksanakan pengabdiannya kepada kita tinggi," kata Fakri.
TNI Bangun Desa Alue Manggota
Nurmala menangis haru. Gubuk reot miliknya yang ia tempati selama puluhan tahun diobrak-abrik oleh TNI. Tidak lebih dari satu jam, bongkahan kayu, papan serta seng lapuk telah selesai dibongkar oleh Satgas TMMD ke-119 Kodim Abdya.
Nurmala bahagia, impiannya untuk memiliki rumah layak huni akan segera terwujud. Progres rehab RTLH milik Nurmala ini juga mendapat tinjauan langsung dari Penjabat (Pj) Bupati Abdya Darmansah beserta jajaran Forkopimda setempat.
Selain dari pejabat Pemda, pengerjaan rehab RTLH Nurmala ini juga dicek langsung oleh Jenderal Bintang Satu TNI, yaitu tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TMMD ke-119 dari Mabesad yang diketuai Brigjen TNI M Bakri pada Selasa (5/3/2024).
"Lon lage meulumpo. Siteungoh peucaya siteungoh hana. Rumoh lon beutoi akan direhab jeut get. Tapi kali nyoe lon peucaya nyoe bukon lumpo. Alhamdulillah teurimong geunaseh beuh untuk TNI mandum (Saya seperti bermimpi. Setengah percaya setengah tidak. Rumah saya beneran akan direhab baik. Tapi kali ini saya percaya ini bukan mimpi. Alhamdulillah, terima kasih ya untuk semua prajurit TNI)," ujar Nurmala dengan nada terbata-bata seraya mengusap tetesan air bahagia di pipi.
Terpisah, puluhan masyarakat Alue Manggota dan Satgas TMMD berjibaku melakukan pembukaan badan jalan di atas perbukitan sejauh 3 km. Akses jalan lingkar perkebunan tersebut terbagi dalam 2 ruas masing-masing ruas I berjarak 1.900 meter dan 110 meter pada ruas II.
Di lokasi tersebut TMMD juga membangun 1 unit jembatan pelat, 1 unit jembatan darurat, dan 2 unit gorong-gorong.
Pengerjaan fisik tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat. Sejak hari pertama sampai dengan selesai, secara sukarela warga bergantian hadir bergotong royong membantu pengerjaan sasaran fisik TMMD.
Tidak hanya fokus pada kontruksi fisik, TMMD ke-119 Kodim Abdya juga komit melakukan pembangunan mental dan ideologi masyarakat melalui ragam penyuluhan/sosialisasi. Kegiatan non fisik tersebut meliputi penyuluhan wawasan kebangsaan dan bela negara, antinarkoba, hukum, pertanian, kehutanan, pencegahan stunting, serta aksi sosial pelayanan kesehatan Posyandu dan Posbindu.
Kegiatan tersebut juga dipadukan dengan aksi sosial pembagian sembako gratis kepada warga kurang mampu. Bantuan pangan ini disalurkan secara berkala dengan sistem door to door dipimpin langsung oleh Dansatgas TMMD Letkol Inf Beni Maradona didampingi Pasiter Kapten Inf Azwani dan aparatur desa setempat.
Selama satu bulan full operasi pembangunan di Desa Alue Manggota digeber progresnya oleh TNI dan gotong royong masyarakat. Tanpa mengenal waktu dan cuaca, Kemanunggalan TNI-Rakyat telah berhasil mewujudkan impian yang telah lama tertunda.
Roh dari TMMD itu sendiri adalah spirit gotong royong. Esensinya TNI dengan rakyat tidak dapat dipisahkan. Kekuatan gotong royong TNI-Rakyat ditambah dengan sinergi persatuan dari komponen lintas sektor lainnya adalah modal utama dalam mendukung tujuan pemerintah. Salah satu cita-cita tersebut yaitu mewujudkan percepatan pembangunan di wilayah.
Muara dari rumusan tersebut adalah untuk mendukung cita-cita bangsa. Globalnya yaitu dalam rangka upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Mengikat Tali Kasih Rayat
Kehadiran Satgas TMMD di lingkungan Desa Alue Manggota disambut baik oleh masyarakat setempat. Warga antusias menawarkan diri jadi orangtua angkat para prajurit Satgas.
"Kami sudah menganggap mereka adalah bagian dari keluarga kami. Mereka semuanya baik, oleh karenanya kami pun tidak segan memperlakukan mereka seperti adik dan abang sendiri. Kami minta Satgas TMMD tetap di desa ini, jangan tinggalkan kami," ujar tokoh pemuda, Hamdi.
Warga menilai program TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya telah berdampak positif pada perekonomian wilayah setempat. Akses jalan yang dibuka oleh TMMD telah memudahkan petani dalam berkebun. Selain dapat memangkas jarak rute ke lahan perkebunan, petani juga dapat langsung memobilisasi hasil panen dari kebun ke pasar.
Masyarakat Alue Manggota menganggap pengabdian tulus yang telah diberikan TNI ini adalah rajutan tali kasih yang sangat berharga dan tak akan pernah terlupakan. Sebagai bentuk balasan dan resfect-nya atas bakti TNI, para petani setempat pun kerap memberikan hasil panen kebun kepada Satgas TMMD yang ditemuinya.
Sikap ini juga dilakukan salah satunya oleh Nurmala, seusai pulang dari kebun. Dengan tulus dan berani Nurmala menghampiri salah satu TNI yang tidak lain adalah Dansatgas TMMD Lektol Inf Beni Maradona tepat di atas jembatan plat yang tidak seberapa jauh dari area kebunnya.
Dengan polos, Nurmala memberikan pinggulan hasil panennya untuk personel TNI berupa 1 buah pepaya, 1 sisir pisang, 1 ikat rambutan, dan 1 ikat daun singkong. Dengan tangisan haru dan bangga Nek Nurmala juga memeluk erat tubuh anggota TNI yang baru saja mencium tangannya. Nurmala merasakan tali kasih TNI pada rakyat tulus layaknya bakti seorang anak pada ibu.
(kri)