Jokowi Ajak Buat Lompatan Besar, PKS: Jangankan Melompat, Berjalan pun Susah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar semua elemen masyarakat memanfaatkan momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar ditanggapi miring Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Pandangan saya, jangankan melompat, berjalan pun kita susah kalau tidak ada perubahan fundamental. Mulai line up kabinet, penajaman anggaran. UMKM kita jangankan suruh lari sekarang, siuman dari pingsannya saja berat," ungkap Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKS Mardani Ali Sera, Jumat (14/8/2020).
Menurut Mardani, sebagai seorang presiden berbicara memang mudah bagi Jokowi. Namun, yang dinantikan masyarakat lebih dari sekadar pidato. "Aksi yang ditunggu kita semua. Aksi itu jelas, 1, 2, 3 hari ke depan ini apa aksi Pak Jokowi dari pidato yang dalam tanda kutip bagus," katanya.
(Baca: Wasekjen Demokrat Sebut Tak Ada yang Istimewa dari Pidato Jokowi)
Anggota Majelis Syuro PKS, Aboe Bakar Alhabsy menilai pidato kenegaraan Jokowi itu masih memiliki banyak kekurangan. "Banyak hal yang belum diangkat mengenai kondisi Indonesia di usia 75 tahun. Dalam posisi masalah hukum aja deh, terlalu banyak yang tidak terungkap dan tidak ada kelihatan ikhtiar untuk semangat penyelesaian permasalahan," ujar Aboe Bakar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Namun, anggota komisi III DPR ini enggan terlalu panjang mengomentari pidato kenegaraan Presiden Jokowi tadi. Menurut dia, pidato presiden harus ditindaklanjuti elemen pemerintahan dan lembaga negara yang lain.
"Menurut saya oke-oke aja sebagai pidato. Tapi kementerian dan DPR harus terus lebih mem-follow up dan menegakkan hal-hal yang belum terungkap oleh presiden kita," ujar dia.
(Baca: Pujian Jokowi untuk Pelayanan Lembaga-Lembaga Peradilan)
Sebelumnya, dalam pidato kenegaraan HUT ke-75 Kemerdekaan RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memaksa pola pikir dan etos kerja berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan.
Karena itu, Jokowi meminta agar momentum krisis tidak disia-siakan dan harus digunakan untuk mendorong kemajuan. “Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” ungkapnya. (Baca juga: Sidang Pertama DPR 2020-2021 Dihadiri 98 Anggota Secara Fisik, 231 Virtual )
"Pandangan saya, jangankan melompat, berjalan pun kita susah kalau tidak ada perubahan fundamental. Mulai line up kabinet, penajaman anggaran. UMKM kita jangankan suruh lari sekarang, siuman dari pingsannya saja berat," ungkap Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKS Mardani Ali Sera, Jumat (14/8/2020).
Menurut Mardani, sebagai seorang presiden berbicara memang mudah bagi Jokowi. Namun, yang dinantikan masyarakat lebih dari sekadar pidato. "Aksi yang ditunggu kita semua. Aksi itu jelas, 1, 2, 3 hari ke depan ini apa aksi Pak Jokowi dari pidato yang dalam tanda kutip bagus," katanya.
(Baca: Wasekjen Demokrat Sebut Tak Ada yang Istimewa dari Pidato Jokowi)
Anggota Majelis Syuro PKS, Aboe Bakar Alhabsy menilai pidato kenegaraan Jokowi itu masih memiliki banyak kekurangan. "Banyak hal yang belum diangkat mengenai kondisi Indonesia di usia 75 tahun. Dalam posisi masalah hukum aja deh, terlalu banyak yang tidak terungkap dan tidak ada kelihatan ikhtiar untuk semangat penyelesaian permasalahan," ujar Aboe Bakar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Namun, anggota komisi III DPR ini enggan terlalu panjang mengomentari pidato kenegaraan Presiden Jokowi tadi. Menurut dia, pidato presiden harus ditindaklanjuti elemen pemerintahan dan lembaga negara yang lain.
"Menurut saya oke-oke aja sebagai pidato. Tapi kementerian dan DPR harus terus lebih mem-follow up dan menegakkan hal-hal yang belum terungkap oleh presiden kita," ujar dia.
(Baca: Pujian Jokowi untuk Pelayanan Lembaga-Lembaga Peradilan)
Sebelumnya, dalam pidato kenegaraan HUT ke-75 Kemerdekaan RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memaksa pola pikir dan etos kerja berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan.
Karena itu, Jokowi meminta agar momentum krisis tidak disia-siakan dan harus digunakan untuk mendorong kemajuan. “Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” ungkapnya. (Baca juga: Sidang Pertama DPR 2020-2021 Dihadiri 98 Anggota Secara Fisik, 231 Virtual )
(muh)