Ray: Kalau Ada Tim Transisi Berarti Timbul Masalah di Internal Prabowo-Gibran

Senin, 26 Februari 2024 - 22:52 WIB
loading...
Ray: Kalau Ada Tim Transisi...
Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti melihat tidak perlu adanya Tim Transisi dalam peralihan kekuasaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Prabowo Subianto. Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti melihat tidak perlu adanya Tim Transisi dalam peralihan kekuasaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Prabowo Subianto. Jika Tim Transisi dibentuk, dia menduga ada persoalan terjal di internal pendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo-Gibran .

Secara teori, Tim Transisi tidak diperlukan dalam pergantian kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo. “Apa yang mau ditransisikan kalau visi misinya sama. Ini kan kelanjutan (pemerintahan sebelumnya),” ujar Ray, Senin (26/2/2024).



Hal yang dibutuhkan sebatas tim kerja saja. Tim ini yang menyiapkan kepemimpinan baru yang sifatnya berkelanjutan.

Jika bicara Tim Transisi maka yang terbayang adalah tim yang menyiapkan perubahan visi sehingga dari perubahan visi misi ini perlu perubahan terkait suprastruktur .

Sementara, Tim Kerja lebih pada tim yang bekerja untuk menyiapkan kerja-kerja teknis tanpa ada perubahan visi misi presiden yang baru.

“Ini kan dari ayah ke anak. Bapaknya menginginkan begini, anaknya yang melaksanakan. Jadi untuk apa ada Tim Transisi? Tidak ada hal yang secara prinsip mengharuskan mengubah perilaku, orientasi, model pendekatan, dan sebagainya,” ungkap Ray.

Sehingga yang dibutuhkan sebatas panitia pemindahan kekuasaan dari Presiden Jokowi ke Prabowo. Bukan pembentukan Tim Transisi.

Jika Prabowo-Gibran membentuk Tim Transisi, menurut Ray, justru publik akan melihat kalau ada persoalan internal. Artinya ada sesuatu yang cukup terjal di internal Prabowo-Gibran.

“Kalau yang dibentuk Tim Kerja berarti biasa-biasa saja. Tidak akan banyak berubah. Cukup disiapkan oleh Tim Kerja,” katanya.

Kalau memang ada masalah di internal Prabowo-Gibran, Ray menganalisa ada tiga kelompok di sana. “Kelompok Jokowi, Kelompok Golkar yang sekarang lagi naik daun, serta Kelompok Gerindra dan Prabowo,” ujar Ray.

Golkar naik daun karena perolehan suaranya di Pemilu 2024 berdasar hitung cepat berada di posisi kedua terbanyak. Selain itu, isu angket membuat posisi Golkar menjadi kuat. “Presiden butuh Golkar untuk menahan agar angket tidak berkelanjutan,” ungkapnya.

Kalau memang ada Tim Transisi, dia menyebut berarti ada upaya mempertemukan kepentingan tiga kelompok tersebut. Dia mencontohkan Golkar yang tidak bekerja begitu keras (saat pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin) saja mendapat 4 kursi kabinet.

“Masak sekarang saja (Golkar) dapat empat, mungkin sekarang dapat tujuh, setidaknya enam kursi. Makanya kelihatannya ini ada tiga faksi,” ucapnya.

Ray bahkan menyebut bisa saja karena dari faksi-faksi ini juga menginginkan agar jatah untuk Jokowi jangan terlalu banyak.

Apalagi Jokowi sudah mengatakan kalau dia adalah jembatan. Pernyataan ini dimaknai Ray bahwa siapa pun yang mau bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran harus lewat Jokowi. “Ini bisa tidak diterima oleh dua kelompok lainnya,” ujarnya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1704 seconds (0.1#10.140)