Silsilah Sejarah dalam Sunyi Puisi

Sabtu, 24 Februari 2024 - 20:04 WIB
loading...
A A A
Ia menulis: Duhai, sudah kaureguk khusyuk dendang Fanshuri,/ gumam gurindam, pantun di dusun-dusun, hingga mabuk/ dalam mantera Tardji, mangkir sejalang Chairil, hanyut/ di lirih Sapardi, lalu absen dari kenangan/Kwatrin Sebuah Poci./ Duhai…/Kalaulah bisa kutebus ketersianmu dengan nafasku/ Kalaulah mungkin huruf-hurufmu kuhapus/ dari setiap kata yang pernah kuutus/ Betapa aku ingin seluruh kalimat tamat dari setiap lembar/ kitab, dari semua kisah yang tak mendapat tempat/ (hal. 57)

Akhirnya memang, Iswadi menyerahkan segalanya kepada pembaca puisi-puisinya. Ia telah meyakini bila puisi-puisi telah “mengembara” ke pelbagai hal. Ia telah melepaskannya, bahkan untuk perihal yang tak indah sekalipun. Membiarkan puisi-puisinya terus mengembara dan membuka khazanah lain di benak para pembacanya. Dengan membacanya, mungkin kita tak terjebak dalam tuna bahasa:Dan di sajak lasak ini/ Kau mengelak dari tiap diksi/ tata Bahasa hanya tuna/ Kau tuang yang tetap sabah/ (Puisi “Tuna Bahasa”, hal. 17)

Judul Buku : Lacrimosa (kumpulan puisi)

Penulis : Iswadi Pratama

Penerbit : Dyandra

Terbit : Juli 2023

Tebal : 84 halaman
(hdr)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2009 seconds (0.1#10.140)