Cegah Karhutla, Menteri Siti: KLHK Manfaatkan Modifikasi Cuaca dan Tingkatkan Patroli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meski saat ini masih dalam musim penghujan, namun di beberapa daerah, mulai berlangsung musim panas dan terlihat titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) . Hal ini pun menjadi fokus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Karenanya, untuk mengantisipasi karhutla menjelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi), KLHK koordinasi dengan lembaga terkait yang selama ini bekerja sama dengan baik guna mengatasi karhutla tersebut.
Pandangan ini disampaikan Menteri LHK ketika memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Karhutla yang digelar di KLHK, akhir pekan ini.
"Salah satu yang cukup strategis adalah pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), lalu peningkatan kapasitas Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA), serta penetapan status siaga darurat," kata Menteri LHK, Siti Nurbaya dalam keterangannya, Senin (19/2/2024).
Menteri LHK mengapresiasi seluruh pihak atas kerja sama dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2023, di mana luas karhutla di tahun 2023 mengalami penurunan 29,59 persen dibanding luas karhutla di tahun 2019. Hal ini merupakan suatu pencapaian yang baik mempertimbangkan intensitas El Nino di tahun 2023 lebih Moderat-kuat dibanding tahun 2019.
Dalam kaitan keberhasilan menurunnya persentase karhutla, Menteri LHK Siti Nurbaya berulang kali menyatakan apresiasi atas kerja sama yang sangat tinggi.
"Dengan tulus saya ingin sampaikan di sini ucapan terima kasih kami, terutama selama masa-masa yang berat dalam penanganan karhutla kepada BNPB. BMKG, BRIN, TNI, Polri, dan tentunya Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA)," ucap Menteri Siti.
Menteri Siti menyebutkan, salah satu upaya pengendalian karhutla yaitu operasi TMC. Mulai tahun 2019 di mana situasi sangat sulit, TMC menjadi hal baru sekaligus penting yang dapat dijadikan sebagai percontohan aksi pencegahan karhutla di luar negeri.
"Operasi TMC di Indonesia tidak hanya dilaksanakan untuk pengendalian karhutla, tetapi pada beberapa momen kenegaraan dapat dilaksanakan untuk mengantisipasi hujan," tuturnya.
Mengenai pemanfaatan TMC, Menteri Siti mengungkapkan, TMC merupakan inovasi yang akhirnya sangat surprise bagi Indonesia, sebab teknologi ini selain mampu menekan karhutla, juga lebih murah dibandingkan water boombing. TMC diakui sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa sebagai salah satu terobosan sangat penting dalam penanganan karhutla di Indonesia.
"Negara lain mulai meniru TMC lho untuk menangani karhutla," tegas Menteri Siti.
KLHK mencatat hingga Februari 2024, telah terjadi karhutla di sebagian wilayah Sumatera Utara dan Riau. Hal ini terjadi karena pada wilayah tersebut sudah mulai memasuki musim kering periode pertama. "Ini menjadi penting untuk dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian karhutla di daerah rawan," ujar Menteri Siti.
Dalam pengarahannya, Menteri Siti mengingatkan, potensi El Nino tahun 2024 ini masih berada pada level moderat, sehingga upaya pengendalian karhutla harus terus ditingkatkan. Kesiapsiagaan harus sudah dimulai serta perlunya langkah cepat di lapangan.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino Moderat akan berlangsung hingga Semester I 2024. Berdasarkan data yang diperoleh dari KLHK, hingga Bulan Februari 2024 dilaporkan telah terjadi 18 kejadian karhutla di sebagian besar provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
"Upaya-upaya pencegahan karhutla diharapkan dapat ditingkatkan, salah satunya melalui operasi TMC di wilayah rawan karhutla. Selain itu upaya lainnya seperti patroli dan penyadartahuan dapat terus dilakukan sebagai langkah antisipasi pengendalian karhutla di bulan Ramadan," tutupnya.
Untuk diketahui, Rakornis tersebut selain diikuti pejabat KLHK seperti Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro, juga Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Fajar Setyawan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A. Fachri Radjab, dan Asdep 4/V Kamtibmas Nyoman Sukasana.
Karenanya, untuk mengantisipasi karhutla menjelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi), KLHK koordinasi dengan lembaga terkait yang selama ini bekerja sama dengan baik guna mengatasi karhutla tersebut.
Pandangan ini disampaikan Menteri LHK ketika memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Karhutla yang digelar di KLHK, akhir pekan ini.
"Salah satu yang cukup strategis adalah pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), lalu peningkatan kapasitas Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA), serta penetapan status siaga darurat," kata Menteri LHK, Siti Nurbaya dalam keterangannya, Senin (19/2/2024).
Menteri LHK mengapresiasi seluruh pihak atas kerja sama dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2023, di mana luas karhutla di tahun 2023 mengalami penurunan 29,59 persen dibanding luas karhutla di tahun 2019. Hal ini merupakan suatu pencapaian yang baik mempertimbangkan intensitas El Nino di tahun 2023 lebih Moderat-kuat dibanding tahun 2019.
Dalam kaitan keberhasilan menurunnya persentase karhutla, Menteri LHK Siti Nurbaya berulang kali menyatakan apresiasi atas kerja sama yang sangat tinggi.
"Dengan tulus saya ingin sampaikan di sini ucapan terima kasih kami, terutama selama masa-masa yang berat dalam penanganan karhutla kepada BNPB. BMKG, BRIN, TNI, Polri, dan tentunya Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA)," ucap Menteri Siti.
Menteri Siti menyebutkan, salah satu upaya pengendalian karhutla yaitu operasi TMC. Mulai tahun 2019 di mana situasi sangat sulit, TMC menjadi hal baru sekaligus penting yang dapat dijadikan sebagai percontohan aksi pencegahan karhutla di luar negeri.
"Operasi TMC di Indonesia tidak hanya dilaksanakan untuk pengendalian karhutla, tetapi pada beberapa momen kenegaraan dapat dilaksanakan untuk mengantisipasi hujan," tuturnya.
Mengenai pemanfaatan TMC, Menteri Siti mengungkapkan, TMC merupakan inovasi yang akhirnya sangat surprise bagi Indonesia, sebab teknologi ini selain mampu menekan karhutla, juga lebih murah dibandingkan water boombing. TMC diakui sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa sebagai salah satu terobosan sangat penting dalam penanganan karhutla di Indonesia.
"Negara lain mulai meniru TMC lho untuk menangani karhutla," tegas Menteri Siti.
KLHK mencatat hingga Februari 2024, telah terjadi karhutla di sebagian wilayah Sumatera Utara dan Riau. Hal ini terjadi karena pada wilayah tersebut sudah mulai memasuki musim kering periode pertama. "Ini menjadi penting untuk dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian karhutla di daerah rawan," ujar Menteri Siti.
Dalam pengarahannya, Menteri Siti mengingatkan, potensi El Nino tahun 2024 ini masih berada pada level moderat, sehingga upaya pengendalian karhutla harus terus ditingkatkan. Kesiapsiagaan harus sudah dimulai serta perlunya langkah cepat di lapangan.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino Moderat akan berlangsung hingga Semester I 2024. Berdasarkan data yang diperoleh dari KLHK, hingga Bulan Februari 2024 dilaporkan telah terjadi 18 kejadian karhutla di sebagian besar provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
"Upaya-upaya pencegahan karhutla diharapkan dapat ditingkatkan, salah satunya melalui operasi TMC di wilayah rawan karhutla. Selain itu upaya lainnya seperti patroli dan penyadartahuan dapat terus dilakukan sebagai langkah antisipasi pengendalian karhutla di bulan Ramadan," tutupnya.
Untuk diketahui, Rakornis tersebut selain diikuti pejabat KLHK seperti Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro, juga Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Fajar Setyawan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A. Fachri Radjab, dan Asdep 4/V Kamtibmas Nyoman Sukasana.
(maf)