Peluang Ma'ruf Amin Dampingi Jokowi Tergantung Peta Oposisi
A
A
A
JAKARTA - Peluang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai tergantung pada peta koalisi yang dibangun oleh pihak oposisi.
Pengamat Politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menilai Ma'ruf dianggap ideal untuk mendampingi Jokowi karena pimpinan tertinggi pada lembaga yang menaungi ormas-ormas Islam, yaitu MUI. "Dia juga petinggi NU sebagai ormas Islam terbesar," kata Said kepada SINDOnews, Jumat (13/7/2018).
Dia mengatakan, suara Ma'ruf sering dijadikan rujukan oleh para ulama. "Dalam hal ini jelas suara Kyai Ma'ruf lebih didengar dibandingkan dengan TGB, misalnya," ujarnya.
Selain itu, kata dia, Ma'ruf juga tidak mendapatkan resistensi dari Parpol-parpol pendukung Jokowi, sebab selama ini ia cenderung menjaga jarak dengan kelompok oposisi. "Pendek kata, Kyai Ma'ruf dipandang mampu menggaet suara umat Islam dan diyakini tidak akan merecoki urusan sharing power," ujarnya.
Dia juga mengakui mendengar nama Ma'ruf masuk dalam daftar Cawapres Jokowi. "Tetapi dari tiga daftar yang dibuat oleh parpol pendukung Jokowi, yaitu long list, short list, dan daftar prioritas, saya tidak tahu nama Kyai Ma'ruf terseleksi sampai pada daftar yang mana," katanya.
Yang jelas, lanjut dia, Ma'ruf punya peluang untuk mendampingi Jokowi. Namun, Said menduga kepastian Ma'ruf menjadi Cawapres pendamping Jokowi akan sangat bergantung pada peta koalisi yang dibangun oleh pihak oposisi.
"Jika karakter tokoh yang dijadikan sebagai capres-cawapres oleh pihak oposisi adalah figur yang dekat dengan para ulama, maka di situ lah peluang Kyai Ma'ruf untuk mendampingi Jokowi menjadi semakin terbuka," pungkasnya.
Pengamat Politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin menilai Ma'ruf dianggap ideal untuk mendampingi Jokowi karena pimpinan tertinggi pada lembaga yang menaungi ormas-ormas Islam, yaitu MUI. "Dia juga petinggi NU sebagai ormas Islam terbesar," kata Said kepada SINDOnews, Jumat (13/7/2018).
Dia mengatakan, suara Ma'ruf sering dijadikan rujukan oleh para ulama. "Dalam hal ini jelas suara Kyai Ma'ruf lebih didengar dibandingkan dengan TGB, misalnya," ujarnya.
Selain itu, kata dia, Ma'ruf juga tidak mendapatkan resistensi dari Parpol-parpol pendukung Jokowi, sebab selama ini ia cenderung menjaga jarak dengan kelompok oposisi. "Pendek kata, Kyai Ma'ruf dipandang mampu menggaet suara umat Islam dan diyakini tidak akan merecoki urusan sharing power," ujarnya.
Dia juga mengakui mendengar nama Ma'ruf masuk dalam daftar Cawapres Jokowi. "Tetapi dari tiga daftar yang dibuat oleh parpol pendukung Jokowi, yaitu long list, short list, dan daftar prioritas, saya tidak tahu nama Kyai Ma'ruf terseleksi sampai pada daftar yang mana," katanya.
Yang jelas, lanjut dia, Ma'ruf punya peluang untuk mendampingi Jokowi. Namun, Said menduga kepastian Ma'ruf menjadi Cawapres pendamping Jokowi akan sangat bergantung pada peta koalisi yang dibangun oleh pihak oposisi.
"Jika karakter tokoh yang dijadikan sebagai capres-cawapres oleh pihak oposisi adalah figur yang dekat dengan para ulama, maka di situ lah peluang Kyai Ma'ruf untuk mendampingi Jokowi menjadi semakin terbuka," pungkasnya.
(maf)