Denny JA: Menilai Kredibilitas Lembaga Survei Bisa Lewat Jejak Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pendiri Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) yang merupakan asosiasi lembaga survei pertama di Indonesia, Denny JA angkat bicara perihal dipertanyakannya kredibilitas lembaga survei di Pilpres 2024 . Pasalnya, lembaga survei dalam waktu bersamaan juga merangkap sebagai konsultan politik bagi calon tertentu.
“Lihat saja jejak digitalnya. Itulah cara yang paling mudah untuk menilai kredibilitas lembaga survei, juga konsultan politik,” ujar Denny JA dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).
“Kita bisa menjadikan studi kasus LSI Denny JA, sebagai lembaga survei (dan quick count), dan sebagai konsultan politik. Lihat jejaknya pada Pilpres 2019 saja, pilpres yang paling dekat, yang sudah terjadi,” sambungnya.
Lantas bagaimana caranya? Dia menjelaskan sama-sama masyarakat melacak di Google Search yang bisa dilakukan secara sangat mudah oleh siapa pun. Kita mulai dari berita ketika media mengumumkan hasil resmi KPU mengenai Pilpres 2019.
"Ini hasilnya. KPU mengumumkan di tanggal 21 Mei 2019. Itu berarti sekitar 5 Minggu setelah hari pencoblosan. Hasilnya, diberitakan sama di semua media. Jokowi-Ma’ruf menang di angka 55,50% dan Prabowo-Sandi di angka 44,50%. Jokowi-Ma’ruf menang dan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden," jelasnya.
Tanggal 12 April 2019, lima hari sebelum hari pencoblosan, sebuayh media online memuat prediksi survei LSI Denny JA. Saat itu, LSI Denny JA menyampaikan prediksi survei dengan prosentase dalam bentuk interval.
Tertera dalam berita itu, LSI Denny JA memprediksi Jokowi-Ma’ruf menang dengan range yang minimal dan maksimal. Diberitakan Jokowi akan memperoleh dukungan sebesar 55,9% sampai 65,8%. Sementara, Prabowo 34,2% sampai 44,1%.
Denny JA menjelaskan mengapa Lembaganya menyampaikan angka dalam interval? Itu karena tiga variabel yang masih tak pasti harus juga diperhitungkan saat itu. Variabel pertama yakni masih ada pemilih yang belum menentukan pilihan.
Variabel kedua, masih ada pemilih yang sudah memilih tapi masih bisa berubah. Ketiga, tak bisa persis diketahui pemilih masing-masing capres-cawapres seberapa banyak yang golput.
“Lihat saja jejak digitalnya. Itulah cara yang paling mudah untuk menilai kredibilitas lembaga survei, juga konsultan politik,” ujar Denny JA dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).
“Kita bisa menjadikan studi kasus LSI Denny JA, sebagai lembaga survei (dan quick count), dan sebagai konsultan politik. Lihat jejaknya pada Pilpres 2019 saja, pilpres yang paling dekat, yang sudah terjadi,” sambungnya.
Lantas bagaimana caranya? Dia menjelaskan sama-sama masyarakat melacak di Google Search yang bisa dilakukan secara sangat mudah oleh siapa pun. Kita mulai dari berita ketika media mengumumkan hasil resmi KPU mengenai Pilpres 2019.
"Ini hasilnya. KPU mengumumkan di tanggal 21 Mei 2019. Itu berarti sekitar 5 Minggu setelah hari pencoblosan. Hasilnya, diberitakan sama di semua media. Jokowi-Ma’ruf menang di angka 55,50% dan Prabowo-Sandi di angka 44,50%. Jokowi-Ma’ruf menang dan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden," jelasnya.
Tanggal 12 April 2019, lima hari sebelum hari pencoblosan, sebuayh media online memuat prediksi survei LSI Denny JA. Saat itu, LSI Denny JA menyampaikan prediksi survei dengan prosentase dalam bentuk interval.
Tertera dalam berita itu, LSI Denny JA memprediksi Jokowi-Ma’ruf menang dengan range yang minimal dan maksimal. Diberitakan Jokowi akan memperoleh dukungan sebesar 55,9% sampai 65,8%. Sementara, Prabowo 34,2% sampai 44,1%.
Denny JA menjelaskan mengapa Lembaganya menyampaikan angka dalam interval? Itu karena tiga variabel yang masih tak pasti harus juga diperhitungkan saat itu. Variabel pertama yakni masih ada pemilih yang belum menentukan pilihan.
Variabel kedua, masih ada pemilih yang sudah memilih tapi masih bisa berubah. Ketiga, tak bisa persis diketahui pemilih masing-masing capres-cawapres seberapa banyak yang golput.