Siti Atikoh Dinobatkan sebagai Bunda Asuh Difabel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siti Atikoh Supriyanti, istri calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dinobatkan sebagai Bunda Asuh Difabel di Jakarta. Hal itu karena kepeduliannya terhadap kaum disabilitas dan mendukung kesetaraan.
Tak hanya itu, simbol 3 dengan lambang metal ini diartikan Atikoh sebagai 'I Love You' bagi kaum difabel. "Salam tiga jari lambang metal, I love You artinya," ujar Atikoh sambil mencontohkan simbol tersebut, seperti dikutip dalam One on One SINDOnewstv, Selasa (6/2/2024).
Atikoh menjelaskan alasan memberikan arti lain untuk simbol tersebut. Atikoh bercerita ketika bertemu dengan teman-teman tuli mencoba untuk berkomunikasi dengan bahasa mereka, dan mereka selalu memberi lambang I Love You.
"Bahasa yang dipahami kita berdua bareng-bareng, karena salah satu yang kita perlukan adalah kesetaraan dari sisi komunikasi. Komunikasi enggak hanya menggunakan bahasa standar kita tapi merangkul semuanya," tuturnya.
Memiliki kepedulian terhadap kaum difabel, Atikoh mengatakan perlu adanya pemahaman tentang basic untuk berkomunikasi dengan kaum difabel. Adanya sekolah inklusif untuk perusahaan dan ruang publik memudahkan kaum difabel.
"Misalnya terkait rumah sakit, keluhannya apa, mereka paham jadi mereka nggak kesulitan walaupun bisa menulis tapi merasa dihargai kalau menggunakan bahasa mereka," tuturnya.
Atikoh menceritakan pengalaman tak mengenakannya saat menghadiri sebuah acara dan berkomunikasi dengan masyarakat banyak. Di tempat yang sama juga dihadiri kaum difabel namun tidak ada penerjemahnya atau orang yang mengerti bahasa isyarat.
"Sementara teman-teman tuli yang hadir banyak sekali dan itu saya merasa bersalah sekali karena berarti saya kurang merangkul mereka dan itu jadi pembelajaran buat kita juga ketika ada acara yang itu banyak melibatkan teman-teman tuli harus ada penerjemah karena saya juga ada keterbatasan juga," bebernya.
Atikoh mengaku sangat menyerap aspirasi dari kaum difabel. Ada banyak hal-hal yang selama ini menjadi kendala dari kaum difabel. "Kalau teman-teman difabel butuh aksesibilitas, karena enggak semua transportasi ramah disabilitas. Kalau tunanetra butuh jalan, teman-teman tuli butuh bahasa isyarat. Itu yang disampaikan dan juga tentang kesetaraan di sekolah dan dunia kerja.
Tak hanya itu, simbol 3 dengan lambang metal ini diartikan Atikoh sebagai 'I Love You' bagi kaum difabel. "Salam tiga jari lambang metal, I love You artinya," ujar Atikoh sambil mencontohkan simbol tersebut, seperti dikutip dalam One on One SINDOnewstv, Selasa (6/2/2024).
Atikoh menjelaskan alasan memberikan arti lain untuk simbol tersebut. Atikoh bercerita ketika bertemu dengan teman-teman tuli mencoba untuk berkomunikasi dengan bahasa mereka, dan mereka selalu memberi lambang I Love You.
"Bahasa yang dipahami kita berdua bareng-bareng, karena salah satu yang kita perlukan adalah kesetaraan dari sisi komunikasi. Komunikasi enggak hanya menggunakan bahasa standar kita tapi merangkul semuanya," tuturnya.
Memiliki kepedulian terhadap kaum difabel, Atikoh mengatakan perlu adanya pemahaman tentang basic untuk berkomunikasi dengan kaum difabel. Adanya sekolah inklusif untuk perusahaan dan ruang publik memudahkan kaum difabel.
"Misalnya terkait rumah sakit, keluhannya apa, mereka paham jadi mereka nggak kesulitan walaupun bisa menulis tapi merasa dihargai kalau menggunakan bahasa mereka," tuturnya.
Atikoh menceritakan pengalaman tak mengenakannya saat menghadiri sebuah acara dan berkomunikasi dengan masyarakat banyak. Di tempat yang sama juga dihadiri kaum difabel namun tidak ada penerjemahnya atau orang yang mengerti bahasa isyarat.
"Sementara teman-teman tuli yang hadir banyak sekali dan itu saya merasa bersalah sekali karena berarti saya kurang merangkul mereka dan itu jadi pembelajaran buat kita juga ketika ada acara yang itu banyak melibatkan teman-teman tuli harus ada penerjemah karena saya juga ada keterbatasan juga," bebernya.
Atikoh mengaku sangat menyerap aspirasi dari kaum difabel. Ada banyak hal-hal yang selama ini menjadi kendala dari kaum difabel. "Kalau teman-teman difabel butuh aksesibilitas, karena enggak semua transportasi ramah disabilitas. Kalau tunanetra butuh jalan, teman-teman tuli butuh bahasa isyarat. Itu yang disampaikan dan juga tentang kesetaraan di sekolah dan dunia kerja.
(cip)