Mahfud MD: Pilih Pemimpin Harus Lihat Rekam Jejak, Jangan Cuma Visi Misinya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD mengatakan, dalam memilih pemimpin tidak cukup hanya melihat visi misi yang disusun dan dikampanyekan. Selain itu, juga harus mempertimbangkan rekam jejak dari calon tersebut.
Menurut Mahfud, setiap kontestan pasti menulis sebaik mungkin visi misinya sebagai bahan kampanye untuk mendapat dukungan dari masyarakat.
"Visi misi itu, tidak bisa dilihat dari visi dan misi yang ditulis dan dipidatokan, karena visi misi yang diumumkan, dan didebatkan oleh sebuah tim ahli, sehingga bagus," kata Mahfud di Surabaya, Kamis (11/1/2024).
Mahfud menjelaskan, dalam memilih pemimpin juga harus melihat track record atau rekam jejak para peserta pemilu, jangan hanya terbuai oleh janji manis yang sampaikan. Track record yang dimaksud misalnya, ketika seorang kontestan politik berjanji memberantas korupsi, maka perlu dilihat jejak hidupnya ke belakang apakah pernah terlibat kasus korupsi.
"Misalnya, (ada janji) saya akan menegakkan hukum, tidak bisa kita percaya dia bisa menegakkan hukum, kalau sebelum itu dia melanggar hukum, suka jual belikan hukum, suka membeli hukum," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) itu.
"Kemudian (janji), saya akan melindungi hak asasi manusia, tidak bisa kalau masa Lalunya berlumuran darah dengan pelanggaran hak asasi manusia," lanjutnya.
Komponen tersebut yang seharusnya bisa menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih pemimpin dalam pesta demokrasi pada 14 Februari 2024. Baik untuk memilih calon legislatif, maupun calon eksekutif yaitu Presiden.
"Itu yang disebut rekam jejak, jadi visi misi kalau dibaca tulisan bagus semua, tapi kita kalau memilih orang itu, harus punya rekam jejak yang bagus, yang punya pengalaman terbukti dalam perjalanan hidupnya melewati berbagai jabatan, dia tidak tercoreng perbuatan yang dilarang hukum," tutupnya.
Menurut Mahfud, setiap kontestan pasti menulis sebaik mungkin visi misinya sebagai bahan kampanye untuk mendapat dukungan dari masyarakat.
"Visi misi itu, tidak bisa dilihat dari visi dan misi yang ditulis dan dipidatokan, karena visi misi yang diumumkan, dan didebatkan oleh sebuah tim ahli, sehingga bagus," kata Mahfud di Surabaya, Kamis (11/1/2024).
Mahfud menjelaskan, dalam memilih pemimpin juga harus melihat track record atau rekam jejak para peserta pemilu, jangan hanya terbuai oleh janji manis yang sampaikan. Track record yang dimaksud misalnya, ketika seorang kontestan politik berjanji memberantas korupsi, maka perlu dilihat jejak hidupnya ke belakang apakah pernah terlibat kasus korupsi.
"Misalnya, (ada janji) saya akan menegakkan hukum, tidak bisa kita percaya dia bisa menegakkan hukum, kalau sebelum itu dia melanggar hukum, suka jual belikan hukum, suka membeli hukum," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) itu.
"Kemudian (janji), saya akan melindungi hak asasi manusia, tidak bisa kalau masa Lalunya berlumuran darah dengan pelanggaran hak asasi manusia," lanjutnya.
Komponen tersebut yang seharusnya bisa menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih pemimpin dalam pesta demokrasi pada 14 Februari 2024. Baik untuk memilih calon legislatif, maupun calon eksekutif yaitu Presiden.
"Itu yang disebut rekam jejak, jadi visi misi kalau dibaca tulisan bagus semua, tapi kita kalau memilih orang itu, harus punya rekam jejak yang bagus, yang punya pengalaman terbukti dalam perjalanan hidupnya melewati berbagai jabatan, dia tidak tercoreng perbuatan yang dilarang hukum," tutupnya.
(abd)