Survei Galidata: Ganjar-Mahfud Pimpin Elektabilitas Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei yang dilakukan oleh Galidata menempatkan pasangan Capres dan Cawapres Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di puncak elektabilitas sebesar 36,2% di Pilpres 2024. Diikuti oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan 33,3% dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 26,1%.
Penetili Galidata, Bey Arif Budiman mengatakan, terkait dengan program yang ditawarkan oleh Paslon, 56,8% responden menyukai program yang ditawarkan Ganjar, 21,7% responden suka dengan program makan siang Prabowo, dan 21,5% menyukai program Anies.
"Tiga program yang ditawarkan oleh Ganjar-Mahfud, yakni KTP Sakti, Satu Sarjana untuk satu keluarga miskin, dan internet gratis cukup populer di kalangan responden. Hal ini tentu mengindikasikan komunikasi yang dibangun oleh capres dipahami oleh masyarakat," ujarnya pada wartawan, Kamis (11/1/2024).
Menanggapi hasil survei tersebut, Pengamat Politik Ray Rangkuti memberikan pandangan kritis terhadap kinerja pemerintah dan elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. Ia menyoroti bahwa tidak adanya pergerakan signifikan dari pasangan tersebut mungkin disebabkan oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden yang dinilai stagnan bahkan menurun.
“Pertama, pasangan nomor 2 mutlak mengandalkan Kinerja Pak Jokowi. Jika Pak Jokowi stabil maka akan meningkatkan elektabilitas 2. Jika turun, maka hasilnya mengikuti,” ujar Ray di Hotel Tamarin, Jakarta Pusat, Kamis11 Janurai 2024.
Ray Rangkuti menekankan bahwa strategi kampanye Pasangan Prabowo-Gibran seperti branding "goyang gemoy" dan janji susu gratis, mulai kehilangan popularitasnya.
Menurutnya, masyarakat yang terus mendapatkan informasi baru, baik dari kampanye calon legislator maupun media konvensional, semakin cerdas dalam menyikapi substansi kampanye. Kehilangan keviralan janji kampanye dapat disebabkan oleh pemahaman masyarakat bahwa hal tersebut hanya merupakan upaya branding semata.
“Di tengah masyarakat yang saat ini terus mendapati informasi-informasi baru, baik itu dari kampanye calon legislator ataupun dari media yang mereka konsumsi, hilangnya keviralan gemoy dan susu gratis bisa jadi karena masyarakat mulai mengerti substansi kampanye yang digencarkan oleh Pasangan Prabowo-Gibran tersebut hanya branding semata,” ucap Ray.
Selanjutnya, peran gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil dalam menolak politik dinasti juga menjadi sorotan Ray Rangkuti.
Penetili Galidata, Bey Arif Budiman mengatakan, terkait dengan program yang ditawarkan oleh Paslon, 56,8% responden menyukai program yang ditawarkan Ganjar, 21,7% responden suka dengan program makan siang Prabowo, dan 21,5% menyukai program Anies.
"Tiga program yang ditawarkan oleh Ganjar-Mahfud, yakni KTP Sakti, Satu Sarjana untuk satu keluarga miskin, dan internet gratis cukup populer di kalangan responden. Hal ini tentu mengindikasikan komunikasi yang dibangun oleh capres dipahami oleh masyarakat," ujarnya pada wartawan, Kamis (11/1/2024).
Menanggapi hasil survei tersebut, Pengamat Politik Ray Rangkuti memberikan pandangan kritis terhadap kinerja pemerintah dan elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. Ia menyoroti bahwa tidak adanya pergerakan signifikan dari pasangan tersebut mungkin disebabkan oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden yang dinilai stagnan bahkan menurun.
“Pertama, pasangan nomor 2 mutlak mengandalkan Kinerja Pak Jokowi. Jika Pak Jokowi stabil maka akan meningkatkan elektabilitas 2. Jika turun, maka hasilnya mengikuti,” ujar Ray di Hotel Tamarin, Jakarta Pusat, Kamis11 Janurai 2024.
Ray Rangkuti menekankan bahwa strategi kampanye Pasangan Prabowo-Gibran seperti branding "goyang gemoy" dan janji susu gratis, mulai kehilangan popularitasnya.
Menurutnya, masyarakat yang terus mendapatkan informasi baru, baik dari kampanye calon legislator maupun media konvensional, semakin cerdas dalam menyikapi substansi kampanye. Kehilangan keviralan janji kampanye dapat disebabkan oleh pemahaman masyarakat bahwa hal tersebut hanya merupakan upaya branding semata.
“Di tengah masyarakat yang saat ini terus mendapati informasi-informasi baru, baik itu dari kampanye calon legislator ataupun dari media yang mereka konsumsi, hilangnya keviralan gemoy dan susu gratis bisa jadi karena masyarakat mulai mengerti substansi kampanye yang digencarkan oleh Pasangan Prabowo-Gibran tersebut hanya branding semata,” ucap Ray.
Selanjutnya, peran gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil dalam menolak politik dinasti juga menjadi sorotan Ray Rangkuti.